Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Administrasi - Influencer

Saya ibu rumah tangga dengan dua anak. gemar memasak, menulis, membaca dan traveling. Blog saya dapat di intip di\r\nhttp://puisinyaicha.blogspot.com/\r\nhttp://www/elisakoraag.com/ \r\nhttp:www.pedas.blogdetik.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panggil Aku, Kartini

24 April 2017   22:24 Diperbarui: 25 April 2017   07:01 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menonton Film Kartini terbaru, besutan sutradara Hanung Bramantyo, saya mendapat banyak pemahaman baru. Peringatan yang digelar setiap tangal 21 April, membentuk opini saya, kalau Ibu kartini itu tua atau ibu-ibu. Padahal diusia saya yang sudah lewat 1/2 abad saya masih merasa muda. artinya tahun ke tahun sejak saya sekolah, telah diarahkan seolah Raden Ajeng Kartini yang harum namanya itu "orang tua", orang yang sudah tua. Kenyataannya Kartini meninggal diusia 23 tahun, dewasa muda.  

Film Kartini banyak versi tapi dalam film Kartini 2017, hanung begitu cerdas mengolah sosok Kartini dari usia anak-anak, remaja hingga dewasa. Luluh semua pandangan saya terhadap RA. kartini yang lama. Saya tercerahkan, sebenarnya KARTINI adalah orang muda yang penuh semangat untuk maju. Memang orang bebas menafsirkan tetapi saya melihat ada sesuatu yang baru. Selama ini, saya beranggapan Kartini menjadi Kartini yang kita kenal, sosok muda, penuh semangat, memberontak terhadap sistem di masanya. karena sang kakak, Si kartono. lelaki yang memiliki kemampuan berbahasa sangat baik bahkan banyak yang menyebutka kartono si jenius.

Dalam Film Kartini 2017, Hanung hanya nmenampilkan secuplik sosok kartono yang telah membuka jalan pikiran Kartini. Itu berarti besar dalam pembentukan jiwa dan cara Kartini Berpikir. Selain sosok kartono, Sosok Sang Ayahlah yang ternyata mendukung semangat dan keinginan Kartini untuk maju. walau sistem tradisi di masa itu menjadi halangan bagi perempuan tapi sang Ayah, memberi kesempatan bagi kartini dan kedua adik perempuannya untuk berekspresi tanpa harus melanggar tradisi. Berat tapi bukan berarti tidak bisa. Ayah kartini, menyadari potensi yang ada dalam diri Kartini dan sang ayah jiuga menginginkan anaknya maju dan berkembang.

Hal baru yang saya dapati, kenyataan bahwa Kartini terlahir dari istri pertama yang berasal dari rakyat jelata. Demi meneruskan trah bangsawan sang Ayaah terpaksa menikah lagi dengan bangsawan agar terbuka jalan bagi anak-anaknya menjadi bangsawan juga. Tidak sedikit peran ibu kandung Kartini. Walau hanya wanita biasa tapi ketabahan pengorbanannya mendampingi Kartini, dan saudara-saudaranya, adalah jiwa besar yang tak ternilai. Jjadi jangan heran kalau saya butuh beberapa  bungkus tisue saat menonton film ini. Bayangangkan harus merendahkan diri menjadi dan dianggap pembantu. 

Jadi orang keras kepala diperlukan, lihat Kartini. kalau ia tidak punya sifat keras kepala dan keras hati, perjuangannya tidak akan berarti. Saya membuang semua ingatan saya tentang kartini yang tua dan Ibu-Ibu. Kartini adalah perempuan muda. Perempuan muda yang neergik, keras kepala, berkemauan keras dan penuh semangat. pada masanya dianggap sesuatu yan kurang baik karena kartini Perempuan. Di masa ini salah satunya karena perjuangan Kartini, perempuan harus keras hati dan berkemauan besar, agar bisa sejajar. Bisa dibilang saat ini, perempuan tidak perlu minta diakui karena perempuan bisa menunjukan kemampuan. 

semua pintu sudah terbuka, semua jalan sudah diperluas. Kini tinggal para perempuannya mau atau tidak membuka pintu dan melalui jalan-jalan yang ada untuk menempa diri menjadi yang terbaik dan setara dengan kaum pria.  Tidak perlu minta karena saya percaya, secara intelektual perempuan memiliki kemampuan yang sama. Kesempatan saat inipun terbuka lebar. Persaingan sehat bisa terjadi bukan kaena kaum pria legowo mendapat saingan perempuan tapi perempuan memang layak bersaing. demi mencapai tujuan.

Secara keseluruhan, hanung seolah mewakili kaum muda, mengoreksi pemahaman orang muda pada pera Kartini dalam sejarah. Melihat adegan kartini dan kedua adiknya duduk di atas pagar, salah satu contohnya. Entah benar atau tidak tapi seolah simbol kartini muda juga bisa bersikap "melawan" aturan.

Panggil Aku Kartini, sekaligus sebagai penegasan, untuk memiliki kepedulian tidak harus menjadi bangsawan. Siapapun bisa karena sebetulnya kepedulian adalah bentuk tanggung jawab sesama manusia. Pada hakekatnya yang membedakan manusia satu dengan lainnya hanyalah perbuatan baiknya. Kartini sudah menunjukannya.

Para pemain dalam film ini terseleksi dengan baik. Penokohannya terasa pas. Christine Hakim, Deddy Sutomo,  Reza Rahadian, Dian sastro tak perlu dinilai. mereka sudah mumpuni. Tapi para pemain lainnya, berkolaborasi sangat baik, hingga mata ini tak mau lepas memandang sosok mereka. 

Sutradara: Hanung Bramantyo

Produser: Robert Ronny

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun