Batik berasal dari dua suku kata Bahasa Jawa, yaitu amba dan titik. Amba berarti menulis dan titik yang berarti titik. Jadi  dipahami batik adalah kumpulan titik yang membentuk gambar di atas kain.   Walau kata batik dari bahasa jawa dan membatik memang berkembang dari Jawa, kini batik bukan monopoli hasil budaya jawa. batik di indonesia sudah dikembangkan atau dibudidayakanya ke seluruh Indonesia.
Sekarang ada batik Papua, batik Betawi, batik Banten dan banyak lagi yang lahir karena pemekaran wilayah. Â Batik Tangsel salah satunya, yang dipelopori Ibu Nelty Fariza Kusmilianti. pengrajin dan pengusaha batik dari Tangsel. walau aslinya Ibu Nelty bukan dari Tangsel tapi, beliau mendedikasikan karyanya untuk Tangsel. sebelum Tangsel atau Tangerang Selatan menjadi sebuah kotamadya, Ibu Nelty masih turut mengembangkan batik Banten.
Sejak Tangsel berdiri sebagai wilayah kotamdya, walau masih dalam propinsi Banten, ibu Nelty tergelitik untuk mengembangkan batik Tangsel. Beruntunglah saya, sebagai salah satu blogger anggota Komunitas ketapel, yaitu Blogger yang menulis di Blog komunitas Kompasiana berdomisili di Tangerang Selatan dan Tangerang alias KETAPELS. Saya berkesempatan mengikuti kegiatan Komunitas Ketapels yang ke 3, yaitu Mengenal batik Tangsel dan belajar membatik. Bertempat di Workshop batik Tangsel di Galeri Sekar Purnama, Pondok aren Tangerang Selatan.
Acara di buka dengan pengantar dari Ketua Komunitas Ketapels: Rifki Feriandi. menurut beliau, Komunitas tangsel mempunyai program mengedukasi para anggota Komunitas Ketapels. dan masyarakat sekitar. harapannya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masing-masing. Kegiatan hari itu di dukung Bank Danamon.Â
Dengan di pandu Agatha Nirbawati, acara berjalan dengan baik. ibu Nelty menceritakan perjalanan kehidupannya bersama batik dan batik Tangsel. Satu hal yang saya ingat, Ibu Nelty, emangajak peserta yang hadir untuk belajar membatik dan mengekspresikan diri, agar tahu dan merasakan apa yang diarasakan para pembatiik.
Banyak orang mengaku mencintai budaya asli indonesia yang dinobatkan UNESCO yaitu  Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membawahi masalah kebudayaan, mengakui batik sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan oleh Indonesia.namun kenyataannya masih banyak yang beranggpan harga batik mahal.Â
Karena itu Ibu Nelty, mengajak peserta merasakan apa yang dirasaka  pembatik. Para peserta diajak untuk mengetahui proses pembuatan batik dari mulai di gambar hingga di warnai, di cuci/dilorot/rorot hingga menjadi selembar kain batik yang cantik.  kami diminta untuk menilai sendiri, berapa harga yang pantas..
Selain bicara soal harga, Bu Nelty menginatkan bahawasannya motif-motif batik yang ada adalah hasil olah rasa da karsa manusia. bagaimana mengangat atau membuat suatu motif tidak bisa begitu saja. segala sesuatu ada makn ayang dikandung dari tiap motif. motif-motif batik Tangsel diambil atau didasari dari kearifan lokal. Hal-hal yang ada di Tangsel. diolah sedemikian rupa menjadi motif yang unik dan mencirikan Tangsel.
Selain Kacang sangrai Kranggan, ada motif Duren parung. Hmm yang ini harus saya akui iya banget. sampai sekarang parung terkenal sebagai tempat jualan durren. Kehidupan jago-jago diTtangerang yang dikenal dengan istilah Jawarapun dijadikan motif lereng Jawara, daerah rawa dan budidaya anggrek juga diangkat menjadi motif anggrek. Ondel-ondel walau khas Jakarta namun keberadaan Tangsel yang hanya berbatas tipis juga dijadikan motif. masih ada lagi motif bambu dan golok. Bambu termasuk salah satu yang dihasilkan Tangerang dan golok adalah senjata tradisional masyarakat. dari motif-motif batik yanga ada menjadi semacam publikasi bagi potensi ekonomi, wisata yang ada di Tangsel.
Selain Bu Nelty sebagai pengusaha dan pengrajin batik, Komunitas ketapels juga menghadirkan Fashion dan Lifestyle Blogger: Leonita Julian yang berbagi pengalamannya dalam berbusana batik.