Sekilas Batam dan Program Pelayanan Kesehatan
Dalam sambutan, sekaligus pembukaan acara, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyakarakat Kemenkes RI, drg. Oscar Primadi, MPH. Mengatakan: “Pres Tour, Kunjungan Lapangan Tematik kali ini dengan target Batam. Pertama, karena Batam memiliki program penanganan HIV AIDS. Tahun 2015, Batam menerima penghargaan karena keberhasilan penerapan program tersebut. Kedua, untuk mengunjungi Tim Nusantara Sehat yang ditempatkan di Pulau Belakang Padang, Batam.
Kepala Dinas Kesehatan Batam, Dr. Chandara Rizal memaparkan kondisi Pelayanan Kesehatan, Program Pelayanan Kesehatan dan fasilitas Kesehatan yang dimiliki kota Batam. Saat ini ada 15 RS, terdiri dari 2 RS Pemerintah dan 13 RS, swasta. Dari 13 RS swasta ada 9 RS yang sudah bekerja sama untuk melayanai masyarakat dengan fasilitas BPJS Kesehatan. Â Batam adalah salah kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura. Dari Pulau Belakang Padang, Batam yang menjadi target kunjungan, dapat melihat dengan jelas, gedung-gedung menjulang tinggi di Singapura. Ke sana bisa di tempuh hanya dengan 30 menit menggunakan perahu bermotor. Di sini disebut Pompong.
Sebagai kota Industri, Batam memiliki banyak permasalahan kesehatan masyarakat. Namun pemerintah daerah sudah berkoordinasi dengan semua institusi kesehatan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Salah satunya dengan terus meningkatan jumlah Puskesmas yang bisa memberikan layanan rawat inap. Hal ini bertujuan mengurangi penumpukan pasien di RS.
Namun Dr. Chandra Rizal juga prihatin dengan pola pikir masyarakat yang kalau sudah percaya pada satu Rumah Sakit, akan terus ke RS itu. Sehingga RS yang ada belum merata dalam menerima dan memberi layanan kesehatan. Namun pemerintah terus mengedukasi masyarakat, memberi pemahaman, bahwasannya semua RS sama dan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan kota Batam tetap memberi perhatian yang sama.
Memanfaatkan data
Pada kesempatan yang sama juga hadir Kordinator data.go.id dari Kantor Sekretariat Presiden. Robert Theodore yang memamparkan bagaimana memanfaatkan data-data, khususnya di Kemenkes RI untuk diolah menjadi informasi yang powerfull. Menurutnya, kini sudah bukan jamannya lagi menyebarluaskan informasi berdasarkan opini saja. Sudah saatnya informasi berdasarkan data yang jelas, akurat dan dapat dipercaya. Banyak sekali data yang ada tapi belum dimanfaatkan. Mengolah deretan angka ke dalam narasi memang bukan persoalan mudah. Apalagi kebanyakan jurnalis bukan berlatar berlatar belakang jurusan eksak. Kemenkes RI, berjanji akan mengadakan pelatihan cara membaca, mengolah dan memanfaatkan data untuk pemberitaan yang lebih baik. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H