Itu adalah jawaban Jenderal Purnawirawan TNI AD Wiranto, di acara Monthly Discussion (MODIS) Kompasiana, 8 November lalu. Kali ini dalam rangka Hari pahlawan. Jawaban itu adalah jawaban atas pertanyaan saya. Saya menanyakan karena beliau berkarir 30 tahun di militer, pernah menjabat sebagai Menhankam dan Pangab, Wiranto juga salah satu tokoh kunci yang mengawal jalannya reformasi 1998. "Saya bukan pahlawan" adalah jawabnya. Menurut Wiranto, pahlawan adalah penilaian orang lain dan biasanya dinilai pada manusia yang sudah meninggal. Wiranto menegaskan, jika ia banyak melakukan hal baik, semata karena sudah seharusnya ia lakukan. Jadi bukan untuk dinilai. Tahuin 1998, berliau memegang posisi tertinggi setelah Presiden yaitu Panglima Angkatan Bersenjata. Bahkan beliau sudah menerima semacam surat perintah yang jika beliau berkehendak, maka bisa menjadi RI 1. Ternyata ego pribadi menjadi orang nomor 1 di Indonesia terkalahkan oleh kesadaran kepentingan keselamatan dan keamanan rakyat. Seperti kita ketahui bersama, setelah parlemen jalanan menggugat cukup lama, proses reformasi akhirnya terjadi dengan ditandai mundurnya Presiden Soeharto. Benar dalam proses ada korban tapi itu semua adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah perjuangan. Namun jika dianalisa lebih jauh, proses peralihan yang terjadi masih bisa dibilang terkendali. Seorang Wiranto, sadar betul posisi sebagai abdi negara. Dimana tidak memihak pada kepentingan pribadi atau kelompok tapi berdiri bersama rakyat dan menjaga keamanan negara. Dalam diskusi yang berjalan penuh gelak tawa, sosok Wiranto hadir tidak seangker dulu. Ini diakui beliau. memang banyak kritikan yang masuk dan menyoal Wiranto yang tak pernah tersenyum. Wiranto mengatakan itu terkait pada posisinya. "Bayangkan jika sebagai Panglima saya cengengesan, apa kata anak buah saya?" Ujarnya dengan tersenyum. Pada hari itu Wiranto memang terlihat banyak tersebyum, bahkan beliau dengan sukarela mempersembahkan beberapa lagu diantaranya Juwita malam yang mengalun lembut dari sosok seorang Jenderal purnawirawan. Diskusi berjalan santai, banyak pertanyaan yang menurut Wiranto sudah seperti Fit and proper test. Namun beliau tak berkebaratan menjawab. Wiranto merasa terpanggil untuk terjun ke politik untuk turut serta mengambil bagian dalam memimpin negara. Menurut Wiranto, perubahan dapat terjadi, bergantung pada sosok pemimpinnya. Apakah mau dan mampu membawa perubahan bagi bangsa dan negara? Dalam konsep kepemimpinan Wiranto membuat jargon STMJ, istilah yang kebanyakan diartikan sebagai Susu Telur Madu Jahe, campuran minuman tradional untuk kesehatan. Jargon STMJ juga tertuang dalam buku kecil yang di bagikan kepada peserta diskuis. Buku berisi cerita mengenai sosok Wiranto. Latar belakang kehidupannya dan perjalanannya hingga terjun ke politik dan mendirikan Partai Hanura (Hati Nurani Rakyat) S= SADAR: Sebagai pemimpin harus sadar bahwasannya posisi dan jabatannya sebagai pemimpin adalah amant. Dari rakyat dan dari Tuhan YME. Jika menyadari sebagai amanat, maka sudah selayaknya bersikap dan bekerja demi kepentingan rakyat. T=TAHU: Seorang pemimpin harus tahu apa yang akan dilakukan demi dan untuk kesejahteraan rakyat. Tahu mendeteksi setiap masalah dan tahu cari mencari solusinya. M=MAMPU: Seorang pemimpin harus mampu dan mau berjuang demi kesejahteraan rakyatnya. Mampu saja tidak cukup tanpa punya kemauan demikian juga mau saja tidak cukup tanpa kemampuan. J=JAMIN Seorang pemimpin dengan kesadarannya tahu dan mampu serta mau menjamin kesejahetraan rakyat dengan memimpin dan mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik. Serta menjamin bahwa rakyat akan sejahtera di bawah pemimpinannya. Jargon STMJ inipula yang dijadikan pertanyaan kuis dan membuat saya mendapatkan satu unit hand phone Samsung galaxy Ch@t. Keterbatasan waktu, membuat diskusi harus diakhiri. Berdiskusi dan berhadapan dengan sosok Wiranto, memberikan pemahaman baru, bahwasannya tak semua Jenderal menyeramkan. Di balik seragam hijau ada sosok yang peduli dan penuh perhatian. Terima kasih untuk diskusinya, Jenderal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H