Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Administrasi - Influencer

Saya ibu rumah tangga dengan dua anak. gemar memasak, menulis, membaca dan traveling. Blog saya dapat di intip di\r\nhttp://puisinyaicha.blogspot.com/\r\nhttp://www/elisakoraag.com/ \r\nhttp:www.pedas.blogdetik.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Berbagi Tak Selalu Materi

14 November 2014   00:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_375068" align="aligncenter" width="600" caption="Berbagi Ilmu bersama Mazaya (Kompasiana/Wawa)"][/caption]

Masih ingat kasus pembulian di salah satu sekolah dasar di Sumatera Barat? Videonya beredar sangat cepat di jejaring sosial. Beragam reaksi ditampakan. Mulai dari marah, memaki, mengecam sampai cuma menangis.

Saya, ibu dengan dua anak. Sulung kelas tiga SMP dan bungsu kelas 6 SD. Video pembulian itu menjadi topik yang kami perbincangkan. Menurut Si sulung, harusnya guru lebih memberi perhatian. Si bungsu berpendapat, sesama kawan harusnya saling menyayangi. Pertanyaan saya, mengapa kawan-kawan sekelas semua cuek bebek alias masa bodoh alias tidak peduli?

Halooo, ada yang salah di sini. Demikian parahkan ketidakpedulian dengan sesama? Sampai ada pembulian di sekitarnya, sesama pelajar tersebut acuh saja? Mengikuti perkembangan berita tersebut di media massa, ternyata korban sudah lama dibuli. Karena sudah lama, maka pembulian menjadi biasa.

Itu hanya contoh salah satu kasus, bagaimana ketidakpedulian berkembang sama pesatnya dengan teknologi gadget. Tidak sampai hitungan tahun, gadget baru keluar dengan fitur lebih canggih. Sedangkan ketidakpedulian berkembang seiring, matinya rasa/keinginan untuk berbagi.

Dalam satu acara ngobrol santai mengenai kehidupan dalam sebuah keluarga, ditemukan fenomena "Lonely Togethernes" Sendiri ditengah kebersamaan. Maksudnya? Perhatikan sekeliling saat anda berada di pusat perbelanjaan, ditempat makan atau di rumah. Saat semua anggota keluarga berkumpul dalam satu ruangan, semua sama-sama sibuk dengan gadgetnya. Jangankan dalam keluarga, saat berkumpul dengan banyak kawan, terkadang kita atau kawan kita ada yang tetap asyik dengan gadgetnya. Itu yang disebut sendiri di tengah kebersamaan.

Mengapa tidak bisa menyisihkan gadget sejenak saat berkumpul dengan manusia lain? Untuk apa ada manusia lain di dekat kita, jika kita tetap melakukan interaksi lewat gadget dengan manusia yang tak ada di dekat kita? Misalnya yang berbicara lewat gadget adalah pasangan/anak/ keluarga dekat (Orangtua), kita bisa menjauh sebentar lalu menerima telephone. Kalau penting, tentu kita harus meninggalkan kumpulan kawan-kawan kita. Kalau tidak penting, kita bisa menyimpan sejenak gadgetnya lalu berinteraksi dengan kawan-kawan yang berkumpul bersama kita. Jujur saja, saya tersinggung jika sedang berkumpul lalu ada satu atau dua orang yang tetap asyik dengan gadgetnya.

Membagi perhatian adalah bentuk penghargaan. Berbincang dan menanggapi percakapan adalah tujuan dari sebuah pertemuan. Jika dari hal sepele saja, kita tidak mau mengerti, pantaslah kalau ketidakpedulian menjadi sesuatu yang menakutkan. Berbagi tidak harus selalu materi, perhatian dan kepedulian adalah sesuatu yang sangat mendasar. Ketika kita berbagi perhatian, berbagi kepedulian, saat itu nurani yang berbicara.

Kepedulian pada sesama hanya terasah jika kita melatihnya. Bagaimana? Mulailah dengan tindakan nyata. Jika di kendaraan umum, ada yang merokok, tegurlah. Jika ada penumpang istimewa (berkebutuhan khusus, dengan kursi roda atau dengan kayu penyanggah baik lelaki atau perempuan), Ibu hamil, perempuan dengan bayi-balita, berilah tempat duduk. Jika anda sendiri dengan kondisi yang sama dan tidak mungkin memberikan tempat duduk, mintalah pada anak-anak muda yang sehat dan kuat di sekitar situ untuk memberikan tempat duduknya pada mereka yang istimewa. Tidak membuang sampah sembarangan karena buang sampah sembarang (walau cuma kulit permen atau kulit kacang) kecil/sedikit tapi bisa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Banjir, misalnya.

Sikap masa bodoh kita, sikap acuh dan memikirkan keselamatan diri sendiri, adalah bibit yang mematikan hati nurani. Bukan juga berati harus menjadi pahlawan, sedikit perhatian dan kepedulian kita pada sesama dapat menyelamatkan banyak hal. Salah satunya tetap menghidupkan kebersamaan.

Atau berbagi ilmu. Orang bijak mengatakan hanya ilmu dan amalan yang dibawa saat seseorang meninggal. Ilmu yang dibagi tidak akan pernah habis. Bahkan orang yang membagika ilmunya, ia akan menjadi lebih pandai. Karena ilmu dapat berkembang justru karena dibagikan kepada banyak orang. Semakin banyak yang menggunakan ilmu tersebut, maka ilmu itu makin berguna dan si empunya ilmu tidak akan menjadi miskin karena berbagi.

Saya bukan orang berilmu tinggi, saya hanya punya sedikit pemikiran yang bisa saya bagikan lewat tulisan. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun