Lalu kalau kembali pada pertanyaan dalam tulisan ini "Pelajaran bahasa Asing Bagi Batita, Perlukah?" Menurut Praktisi dosen Psikologi di Universitas Atmaja Jaya, sekaligus Direktur Klinik Psikologi dan Pusat Terapi Anak “Mentari Anakku”: Firesta Farizal, M.Psi atau biasa dipanggil Mba Eta, perlu atau tidak perlunya batita belajar bahasa asing, harus dilihat dari tujuannya. Kalau dalam waktu dekat si anak dan keluarganya akan pindah dan menetap di luar negeri, mempelajari bahasa asing tentu menjadi sebuah kebutuhan.
Yang perlu diingat atau diperhatikan adalah bagaimana pelajaran itu diberikan. Ada anggapan pelajaran bahasa asing tidak perlu. Pada batita perlu diajarkan bahasa utamanya lebih dulu. hal ini untuk menghindari kebingungan pada batita dalam berbahasa. Tapi dalam banyak kasus, justru terlihat anka-anak sangat mudah mempelajari bahasa. Kalau kita mengingat pada istilah Golden Age atau masa keemasan anak dalam pertumbuhan otaknya, perumpamanya tentang spons (Sponge) adalah perumpamaan yang paling pas. Di mana anak akan menyerap semua informasi dan pengetahuan yang diberikan kepadanya. Hanya sesuai perumbuhan usia dan mentalnya, anak belum dapat memilah baik-tidak baik atau benar-tidak benar.
Peran orangtua sangat besar dalam proses ini karena ketika anak menyerap semua informasi dan pengetahuan, mereka menyimpannya dalam-dalam. Pada suatu waktu yang kita tidak tahu, informasi dan pengetahuan yang didapat dapat keluar begitu saja menunjang kemampuan yang memang sudah dimiliki si anak. Demikian juga dalam hal berbahasa.
Pilihan ada pada orangtua, akankah memperkuat bahasa utama lebih dulu atau langsung memberikan rangsangan bahasa asing. Karena ini tidak bisa dihindari mengingat tv dan lagu-lagu berbahasa asing sangat dekat dengan anak. Saya tidak mengajarkan kedua anak saya berbahasa asing secara khusus (Termasuk tidak memberi les tambahan), Saya mengajar mereka mengoptimalkan dengan fasilitas yang ada seperti tv, lagu, film sebagai media untuk belajar.
Saya senang ketika mendengar kedua anak saya tanpa sadar (saya yakin tanpa sadar) mereka bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Mulanya mereka mengikuti petikan percakapan (Dialog) dari film lalu keduanya akan tertawa senang ketika sampai pada bagian yang lucu. Di lain kesempatan baik si adik maupun si kakak ketika di sapa dengan bahasa Inggris, reflek menjawab juga dalam bahasa Inggris. Padahal saya suka menegur mereka untuk tidak bercakap-cakap dalam bahasa inggris jika dalam angkutan umum atau di mall. Soalnya pasti jadi perhatian. Tapi saya sadar, itu bukan cara mereka menarik perhatan, justru cara mereka tidak ingin orang lain mengetahui apa yang mereka percakapkan. Berikan rangsangan sebanyak-banyaknya, agar anak belajar segala hal. Sebagai orangtua, kita mengawasi.
[caption id="attachment_386769" align="aligncenter" width="300" caption="Narsis Bareng usai menuntut ilmu"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H