Sungguh, hingga detik ini saya merasa beruntung dan sangat berterima kasih dengan orangtua saya, karena tanpa paksaan dan keputusan tegas mereka maka saya tidak akan pernah mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sejujurnya, tinggal di kota kecil yang tenang dan damai di mana Almarhum ayah saya dahulu bertugas sangat nyaman, karenanya saya sedikit merasa keberatan ketika memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas, Ayah memutuskan saya harus pindah ke kota lain yang merupakan ibukota Provinsi. Bayangkan, terbiasa hidup nyaman bersama orangtua dan saudara lainnya tiba-tiba harus pindah, tinggal, dan bersekolah di tempat yang asing meskipun di kota tersebut saya tinggal bersama keluarga tante atau kakak perempuan ayah saya. Namun, ayah tetap berkeras dan hanya berkata singkat "untuk mencapai masa depan yang lebih baik maka kamu harus mulai bersekolah di tempat yang lebih baik juga." Meskipun di kota kecil saya juga memiliki sekolah dengan jenjang yang sama namun dari sisi kompetensi, fasilitas, dan tenaga pendidik tentu kalah jauh dengan sekolah di kota yang lebih besar. Atas dasar pertimbangan itulah akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk menerima keinginan ayah saya karena pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa semua ini untuk kehidupan saya yang lebih baik di masa depan. Hingga akhirnya saya berhasil menamatkan SMA dan lulus Perguruan Tinggi Negeri di kota tersebut.
Selain pengalaman yang saya dapatkan sendiri selama tinggal dan bersekolah jauh dari orangtua, saya juga mendapatkan banyak pelajaran dari orang lain yang berada di lingkungan saya pada saat itu, diantaranya dari ibu yang merupakan asisten rumah tangga tante saya yang kerap saya panggil dengan sebutan uwak. Uwak sudah bekerja pada keluarga tante saya selama hampir sepuluh tahun, dari belum menikah hingga sekarang memiliki dua orang putri. Beliau tidak tinggal bersama keluarga tante saya, jadi hanya datang di pagi hari dan pulang setelah pekerjaan rumah selesai biasanya menjelang sore hari. Sekilas tampak biasa saja dan interaksi antara saya dengannya tidak terlalu intens, namun semua itu berubah setelah selama beberapa bulan putri sulungnya yang saat itu duduk di bangku kelas 1 SMP sering ikut membantu setelah pulang sekolah. Terkadang sambil menunggu ibunya bekerja, anak tersebut membaca buku atau sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Anaknya baik dan penurut sehingga tante sering meminta bantuan menjaga sepupu saya yang masih balita jika sedang ada keperluan di luar rumah. Biasanya menjelang ujian semester atau kenaikan kelas, dia sering menginap di rumah tante, kebetulan ada kamar kosong di belakang rumah. Usut punya usut ternyata menurut cerita tante di rumahnya saat itu belum terpasang aliran listrik sehingga tante kasihan dan menawarkan menginap di rumah jika ingin belajar di malam hari terutama menjelang ujian atau ulangan, lalu pulang ke rumahnya pagi-pagi sekali untuk berangkat bersekolah.
Kondisi ini berlangsung hingga hampir dua tahun lamanya sehingga saya menjadi cukup akrab karena sering mengobrol jika kebetulan dia menginap di rumah, dan saya baru tahu ternyata anaknya sangat pintar dan selalu masuk juara umum di sekolahnya. Setelah naik ke kelas 3, dia sudah tidak lagi menginap di rumah  tante karena uwak sudah memasang aliran listrik di rumahnya sehingga dia bisa belajar di rumah. Untuk membayar biaya penyambungan listrik, uwak menabung sedikit demi sedikit selama hampir satu tahun. Keputusannya untuk menabung dengan gigih agar bisa membayar biaya sambungan listrik demi kenyamanan belajar putrinya yang akan menghadapi ujian nasional dan putri keduanya yang akan masuk SD. "Wah, wak...sudah dipikirkan biaya untuk membayar tagihan listrik setiap bulan," sepintas saya pernah menanyakan. Ternyata uwak sudah memikirkan segala sesuatunya, termasuk keputusannya untuk lebih berhemat agar bisa membayar tagihan tepat waktu sehingga anaknya bisa menikmati nyala lampu setiap hari, terutama saat belajar di malam hari. Menabung dengan rutin hingga berhasil membayar biaya sambungan listrik ternyata mengajarkan uwak bahwa jika berhemat dia bisa menyisihkan penghasilannya untuk membayar tagihan listrik dan tentu saja harus berhemat menggunakan listrik. "Yang penting anak-anak bisa belajar dengan nyaman supaya kelak memiliki kehidupan dan masa depan yang lebih baik dari saya," kata uwak suatu kali ketika mengobrol dengan saya. Sebuah pemikiran yang sebenarnya sederhana namun bagi saya sarat makna, dan hingga kini masih terngiang di benak saya. Setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa saya jadikan pelajaran untuk saya di masa depan dari seorang uwak yang sederhana.
- Bijak untuk menentukan mana prioritas tujuan yang ingin dicapai di masa depan untuk mendukung kehidupan yang lebih baik, seperti uwak yang dengan kerja keras dan tekad kuat ingin memberikan fasilitas listrik untuk mendukung masa depan pendidikan putrinya di masa depan.
- Tidak mudah mengeluh dan berusaha dengan segenap kemampuan diri untuk mencapai impian atau tujuan yang ingin dicapai, atau bisa dikatakan mandiri. Meskipun bisa saja uwak meminta bantuan tante, namun hal itu tidak dilakukannya karena berusaha dengan kemampuan diri akan membuat uwak lebih menghargai dan bangga pada dirinya sendiri.
Yah...ternyata bagi seorang seperti uwak yang berpikiran sederhana memiliki aliran listrik sendiri di rumah bisa membantunya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya di masa depan, yaitu agar putrinya bisa belajar dan mendapat pendidikan yang lebih baik demi kehidupan yang lebih baik lagi di masa depan. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, listrik bisa di bilang merupakan salah satu kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi sama halnya dengan kebutuhan akan sumber pangan dan rumah tinggal. Pemenuhan kebutuhan dasar yang cukup sedini mungkin secara langsung akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang. Sumber daya manusia yang berkualitas inilah yang pada akhirnya mampu membawa bangsa Indonesia mencapai kehidupan yang lebih baik. Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi insan-insan muda yang berkualitas, yang akan menerima tongkat estafet membangun bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, mulailah untuk berpikir bijak dan mandiri bagaimana cara menggunakan dan memanfaatkan fasilitas listrik yang telah dinikmati selama ini, karena masih banyak saudara kita lainnya seperti halnya uwak yang harus melalui perjuangan berliku untuk bisa menikmati aliran listrik di rumahnya.
Dalam release artikelnya, PLN menyebutkan bahwa kebutuhan akan konsumsi listrik semakin tahun akan semakin bertambah. Setidaknya dalam tahun-tahun mendatang Indonesia akan membutuhkan tambahan listrik 35.000 megawatt (MW), di luar proyek pembangkit existing sekitar 7.000 megawatt yang saat ini sedang tahap konstruksi. PLN juga memperkirakan pertumbuhan kebutuhan listrik periode tahun 2015 - 2019 diprediksi akan naik 8,7% per tahun, terutama dari sektor rumah tangga. Sementara, baru sekitar 84% dari seluruh kebutuhan listrik sektor rumah tangga yang dapat dipenuhi. Untuk alasan itulah, saat ini PLN bersama stakeholder terkait terus berupaya untuk menggali dan memaksimalkan energi terbaru dan terbarukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan aliran listrik. Diharapkan di tahun-tahun mendatang, Indonesia akan termasuk dalam jajaran negara di dunia yang mandiri dalam mencukupi kebutuhan listrik di dalam negeri, serta mampu mengekspor ketersediaan listriknya di negara-negara lainnya. Pada tahap inilah diperlukan dukungan dan kerjasama yang terjalin harmonis antara PLN sebagai penyedia fasilitas listrik negara dengan masyarakat. Salah satu bentuk dukungan masyarakat terhadap upaya dan kerja keras PLN adalah dengan menggunakan Listrik Pintar atau sering di sebut juga Listrik Prabayar, yang secara tidak langsung akan membantu masyarakat untuk lebih bijak dan mandiri dalam pemakaian listrik untuk kebutuhan sehari-hari.
Listrik Pintar Membantu Masyarakat Lebih Bijak dan Mandiri
Listrik Pintar atau kerap di sebut juga listrik pra bayar saat ini telah di kenal luas di masyarakat, hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat yang memilih berimigrasi menggunakan listrik pintar, termasuk saya di tahun 2014. Pada mulanya, seperti halnya masyarakat lainnya, saya belum terlalu mengenal apa itu listrik pintar atau pra bayar meskipun sepintas saya sudah sedikit memahami alurnya yang pastinya serupa tapi tak sama dengan pengisian ulang pulsa handphone. Listrik pintar atau pra bayar pada prinsipnya merupakan bentuk pelayanan yang diberikan PLN, di mana pelanggan atau konsumen sebelum menggunakan listrik harus membeli dahulu voucher listrik atau token sesuai dengan kebutuhan. Di dalam voucher tersebut terdapat besar energi listrik yang telah di beli pelanggan, setelah itu token atau kode angka yang didapatkan dari pembelian voucher listrik dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang telah dipasang di rumah pelanggan mengantikan meteran lama pasca bayar.
- Pelanggan akan lebih mudah mengendalikan pemakaian listrik, karena pada meteran tersebut terdapat angka petunjuk sisa penggunaan KWH yang akan berkurang sesuai besarnya pemakaian listrik setiap saat.
- Pemakaian listrik dapat disesuaikan dengan anggaran belanja, atau dengan kata lain pelanggan dapat mengontrol pemakaiannya sehingga bisa membeli voucher listrik sesuai kebutuhan.
- Tidak akan pernah dikenakan biaya keterlambatan akibat menunggak, telat, atau lupa membayar listrik.
- Privasi lebih terjaga karena tidak perlu repot membukakan pintu jika petugas listrik ingin memeriksa meteran.
- listrik tipe seperti ini sangat cocok untuk digunakan pada rumah kost atau rumah kontrakan sehingga pemilik bisnis sewa tersebut tidak perlu repot harus menagih pembayaran listrik atau mengatur berapa besar pembayaran listrik untuk penyewa.
- Jangan khawatir karena tempat-tempat pembelian voucher listrik pra bayar dengan mudah dapat ditemukan di mana saja, bahkan pada saat tengah malam sekalipun.
Beragam keuntungan yang ditawarkan listrik pintar inilah yang membuat jumlah pelanggan yang beralih menggunakan listrik pintar ini semakin bertambah setiap tahun. Sampai bulan Mei 2012 saja, jumlah pelanggan PLN yang menggunakan listrik pintar mencapai 5 juta pelanggan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Jumlah pelanggan listrik pintar di Indonesia yang fantastis tersebut menjadikannya sebagai negara dengan jumlah pelanggan listrik pintar atau prabayar yang terbesar di dunia mengalahkan Negara Afrika Selatan yang sudah memulai sistem ini sejak tahun 1993 silam. Selain faktor keuntungan yang nyata-nyata telah dirasakan masyarakat, listrik pintar di Indonesia telah menggunakan teknologi meter prabayar yang berstandar internasional. Tidak hanya itu, dalam penyediaan meter listrik pintar ini telah menggunakan sistem terbuka, yang artinya banyak produsen meter listrik prabayar dapat ikut berpartisipasi menyediakan meter listrik jenis ini. Hal inilah yang membuat harga meter lebih kompetitif, berkualitas, ditambah lagi layanan purna jual yang lebih baik.
Namun, keuntungan menggunakan listrik pintar atau prabayar sesungguhnya lebih dari itu, karena diharapkan melalui penggunaan listrik pintar ini secara luas akan membantu masyarakat untuk lebih bijak dan mandiri dalam mengkonsumsi listrik, terutama bagi pengguna listrik rumah tangga. Sejatinya listrik pintar tidak hanya dalam bentuk meteran listrik yang secara cerdas bisa digunakan pelanggan saja, namun lebih dari itu bisa membuat masyarakat menjadi lebih pintar, bijak, dan mandiri karena tipikal masyarakat seperti inilah yang diharapkan akan membuat kehidupan bangsa menjadi lebih baik di masa depan. Lantas jika ditelaah lebih jauh, sejauh mana listrik pintar bisa membantu masyarakat lebih bijak dan mandiri setidaknya bisa dilihat dari indikator berikut ini :
- Listrik Pintar membantu masyarakat mengenali kemampuan sekaligus kebutuhannya dalam satu waktu. Setelah beralih menggunakan listrik pintar, saya baru mengetahui secara detail berapa sih besar pemakaian listrik setiap bulan, termasuk peralatan elektronik mana yang paling besar konsumsi listriknya setiap hari. Pengetahuan ini bisa menjadi dasar bagi saya untuk mengalokasikan berapa besar anggaran listrik setiap bulan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Jika diperkirakan bulan depan saya membutuhkan biaya lebih untuk post anggaran lain, dengan terpaksa saya memangkas atau mengurangi penggunaan peralatan elektronik yang berpotensi menyedot KWH listrik lumayan besar, setidaknya untuk beberapa waktu.
- Mengenali kemampuan dan kebutuhan akan membantu pelanggan menetapkan skala prioritas. Tidak bisa tidak, ternyata menggunakan listrik pintar secara tidak langsung membantu saya menentukan skala prioritas dari semua keinginan dan kebutuhan, seperti ketika harus memilih saat KWH listrik sudah minim antara menggunakan AC atau sementara berhemat dahulu.
- Listrik pintar memberikan pengalaman tersendiri yang secara tidak langsung akan memperkaya pengetahuan masyarakat, bagaimana tips yang tepat dan sesuai untuknya dalam menghemat penggunaan listrik karena kebutuhan masing-masing orang atau rumah tangga tentunya berbeda-beda.
- Kebiasaan baik ini dalam jika dilakukan secara terus-menerus dan berulang dalam jangka waktu yang lama akan membawa pengaruh yang positif bagi pembentukan karakter pada masing-masing individu di rumah tangga tersebut, salah satu contohnya adalah sikap hemat. Tidak bisa dipungkiri bahwa sikap hemat listrik merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk mengurangi beban pemakaian listrik terutama pada jam-jam prime time. Sikap hemat penggunaan liistrik pada akhirnya tidak hanya akan membantu mengurangi konsumsi listrik yang tidak perlu, namun juga akan menghemat anggaran untuk pembelian voucher listrik. Menggunakan listrik pintar tidak bisa dipungkiri akan memberikan tekanan lebih besar bagi konsumen atau pelanggan untuk lebih selektif dan hemat dalam pemakaian listrik. Jika listrik tidak atau telat diisi ulang, maka listrik akan langsung padam atau terputus aliran listriknya.
- Listrik pintar secara tidak langsung membantu memperbaiki pola konsumsi listrik pelanggan yang kurang tepat selama ini, seperti boros, tidak disiplin, tidak memiliki skala prioritas dalam pemakaian listrik, dan kebiasaan membeli peralatan elektronik yang tergolong tidak hemat daya. Untuk itulah setidaknya mulai dari sekarang pilihlah peralatan elektronik yang hemat dalam konsumsi listriknya, dan saat ini sudah banyak produsen yang memproduksi barang elektronik dengan standar konsumsi listrik rendah.
- Listrik pintar membuat pelanggan tidak perlu selalu menunggu petugas PLN yang memeriksa meteran listrik setiap bulan, untuk tahu total besarnya biaya pemakaian listrik yang harus dibayar. Pelanggan secara mandiri dapat menghitung dan memperkirakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi listriknya.
- Listrik pintar memberikan peluang bagi masyarakat untuk mempelajari dan memahami bagaimana mekanisme penghitungan pemakaian listrik atau besarnya KWH, yang didapat setelah pelanggan membeli voucher isi ulang. Namun yang terpenting untuk masyarakat ketahui, cara menghitung jumlah KWH yang didapat pelanggan sangatlah berbeda dengan voucher isi ulang pulsa handphone.
Mari Bersama Memahami Bagaimana Mekanisme Penghitungan Pembelian Listrik Pintar atau Prabayar Agar Lebih Bijak dan Mandiri Menggunakan Energi Listrik
Penting bagi masyarakat untuk memahami dan mengetahui secara jelas bagaimana sistem tagihan listrik prabayar yang tentunya berbeda dengan listrik pasca bayar dan voucher pulsa untuk handphone. Jika pada pembelian voucher pulsa handphone di konversi dalam bentuk uang, maka tidak pada pembelian voucher listrik karena nilai yang didapat telah dikonversi dalam bentuk nilai energi yang menggunakan satuan Kilo Watt Hour (KWH). Besarnya KWH ini berbeda tergantung besarnya daya yang digunakan pelanggan, apakah itu 450 VA, 900 VA, atau 1300 VA. Besarnya daya yang digunakan pelanggan sangat mempengaruhi besarnya biaya per KWH yang diperoleh pelanggan, dan sebagai akibatnya untuk nilai voucher yang sama seperti Rp. 20.000,-, maka jumlah KWH yang didapatkan pelanggan dengan daya 900 VA berbeda dengan pelanggan dengan daya 1300 VA. Selain itu, terdapat variabel lain khususnya untuk pelanggan dengan daya 1300 VA bahwa saat ini telah ditetapkan Penyesuaian tarif tenaga listrik atau Tarif Adjustment yang perhitungannya mengacu pada besaran makro ekonomi berupa kurs, inflasi, dan ICP (Indonesian Crude Price) yang berhubungan dengan harga minyak mentah.
Selain itu, ada biaya lain yang juga harus ditanggung pelanggan, yaitu Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU), di mana PPJU ini adalah sumber pendapatan asli daerah yang dipungut bersama dengan tagihan listrik prabayar dalam satu struk pembelian voucher listrik, namun pungutan ini akan disetorkan kepada pemerintah daerah setempat. Selain itu juga ada biaya administrasi yang harus dibayarkan pelanggan kepada tempat-tempat pembelian voucher listrik, namun kini biaya tersebut telah dipisahkan secara langsung pada saat pembelian voucher listrik. Untuk memudahkan memahaminya mari kita simulasikan dengan sederhana bahwa dalam selembar kertas tanda bukti pembelian voucher listrik pintar terdapat variabel biaya sebagai berikut :
- Biaya PPJ (Pajak Penerangan Jalan), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa biaya ini akan masuk dalam pendapatan asli daerah, karena itulah besar tarif PPJ masing-masing daerah berbeda sesuai dengan ketetapan dari pemerintah daerah setempat dalam range antara 1% - 10%.
- Biaya Materai, biaya ini hanya dikenakan pada pembelian voucher lebih dari 250 ribu, sedangkan untuk pembelian dibawah 250 ribu tidak dikenakan biaya materai.
- Biaya PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10% hanya dikenakan bagi pelanggan dengan daya 3500 VA ke atas atau kategori rumah tangga R2. Pelanggan dengan daya kurang dari itu tidak dikenakan PPN.
- Tarif Dasar Listrik atau Biaya KWH yang dihitung berdasarkan daya yang digunakan pelanggan. Untuk pelanggan 1300 VA ke atas dikenakan Tarif Adjustment yang berubah seperti yang dikemukakan sebelumnya.
- Biaya Adminstrasi yang mulai Oktober 2015 dikenakan diluar harga voucher listrik, dan besarnya biaya ini ditentukan oleh tempat di mana pelanggan membeli voucher listrik prabayar.
Berdasarkan variabel tersebut, jelaslah bahwa voucher listrik sangatlah berbeda dengan voucher untuk pulsa handphone. Selain itu, memahami bagaimana mekanisme atau variabel penghitungan listrik prabayar akan membuat pelanggan serta masyarakat mengerti mengapa jumlah KWH yang diperoleh berbeda dari waktu ke waktu. Dengan memahami bagaimana proses penghitungan listrik prabayar, diharapkan akan memperbaiki pola konsumsi energi listrik di masyarakat agar lebih bijak dan mandiri. PLN sebagai ujung tombak penyediaan fasilitas listrik di Indonesia diharapkan juga terus memberikan edukasi pada masyarakat bahwa memilih menjadi pelanggan listrik pintar berarti ikut berperan serta melistriki Indonesia.
Rasanya sudah saatnya masyarakat ikut berperan dalam melistriki Indonesia, di mana salah satunya dengan beralih menggunakan listrik pintar atau prabayar yang tidak hanya menawarkan keuntungan lebih bagi masyarakat, namun juga membantu masyarakat untuk lebih bijak dan mandiri dalam mengkonsumsi energi listrik. Memang untuk mencapai sebuah tujuan dan kehidupan yang lebih baik dibutuhkan kerja keras dan kemauan yang kuat, tidak ada cara lain. Namun yang pasti, energi listrik harus tetap lestari untuk dinikmati hingga generasi-generasi selanjutnya, karena energi listrik memberikan peluang bagi masyarakat untuk hidup lebih baik di masa depan. Untuk kehidupan yang lebih baik, tentunya harus dimulai dari memilih yang baik.
Â
DuaÂ
TigaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H