Mohon tunggu...
Elisa Herlinawati
Elisa Herlinawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hallo, nama saya Elisa Herlinawati dan sedang aktif berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tokoh Charles Tilly

14 Desember 2022   18:58 Diperbarui: 14 Desember 2022   19:12 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Charles Tilly adalah seorang sosiolog Amerika yang lahir pada 27 Mei 1929 di Lombard, Illionois, Amerika. Ia juga seorang ilmuan politik dan sejarawan yang menulis tentang hubungan antara masyarakat dan politik. Menempuh Pendidikan di Universitas Harvard (1958) dan Universitas Oxford,Kolese Balliol. Charles Tilly dipengaruhi oleh beberapa tokoh diantaranya Karl Marx, Max Weber, Herbert Spencer dan lain-lain. Ia berkontribusi dalam sosiologi lewat karya-karyanya seperti Durable Inequality (1998), Why? (2006), Trust and Rule (2005). Ia meninggal di Kota New York, Amerika pada 29 April 2008.

Mendengar nama Charles Thily lekat akan teori Reportoire. Menurut pemahaman saya, Teori Reportoire ini lanjutan dari teori sebelumnya yakni teori gerakan sosial. Kedua teori ini tentunya memiliki keterkaitan satu sama lain. Kita bahas terlebih dahulu apa itu teori gerakan sosial.

Menurut Charles Tilly ini adalah gerakan sosial sebagai rangkaian aksi perlawanan yang terus menerus atas nama kelompok yang dirugikan terhadap pemegang kekuasaan melalui berbagai ragam protes publik, termasuk dalam tindakan-tindakan di luar jalur partisipasi politik formal yang di atur dalam hukum dan perundangan, untuk menunjukan bahwa kelompok tersebut solid, berkomitmen, serta mewakili jumlah yang signifikan. 

Dalam pengertian tersebut menjelaskan bahwa gerakan sosial merupakan aksi tindakan sebuah "rangkaian interaksi berkelanjutan" antara otoritas dengan penentangnya yang membuat tuntutan-tuntutan berdasarkan kepentingan konstituen dengan preferensi khusus (Rachmadian,2019: 31).

Sedangkan konsep repertoar Tilly adalah bentuk dari tindakan kolektif yang digunakan dari satu priode ke priode lainnya dan menggunakan beberapa strategi dan taktik tertentu, berfungsi sebagai alat perlawanan dan diulang-ulang lagi. Pengulangan tindakan kolektif yang ada repertoarnya tersebut untuk menjaga intensitas perlawanan.

Contohnya seperti aksi unjuk rasa dari penolakaan RUU di Kota Magelang yang dilakukan oleh mahasiswa dan sejumlah pelajar lainnya. Aksi ini tentunya ditunjukkan untuk pemerintah Kota magelang yang berada di Gedung DPRD Kota Magelang. Menurut Tilly konsep repertoire bentuk dari Tindakan satu periode ke periode lainnya dan menggunakan beberapa strategi dan taktik tertentu. Dalam kasus ini para mahasiswa mengunakan strategi seperti membawa spanduk sebagai aksi penolakan dan menyanyikan yel-yel mengutuk anggota DRP RI yang mengesahkan RUU KPK.

Contoh lainnya yang ada disekitar tempat tinggal saya adanya aksi unjuk rasa masyarakat sebagai aksi perlawanan yang terus menerus atas nama kelomok yang dirugikan oleh pemegang kekuasaan yakni Kepala Desa yang menilap dana Bantuan Sosial. Meraka melakukan aksi protes secara langsung ke Balai Desa dan meminta agar Kepala Desa secepatnya untuk turun Jabatannya. Sebagai strategi mereka juga menngunakan poster yang berisi ejekan terhadap Kepala Desa agar malu dengan ulahnya sendiri.

Kesimpulan yang dapat saya ambil Teori Reportoire ini lekat dengan kehidupan bermasyarakat. Karena sebuah aksi unjuk rasa dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat yang merasa dirugikan dari berbagai aspek ekonomi,sosial ataupun politik yang berhubungan langsung dengan pemegang kekuasaan diatas mereka. Semakin kesini semakin banyak aksi unjuk rasa yang mengggerkan banyak masyarakat. 

Tentunya akan berdampak bagi sebagian orang. Konsep repertoire ini juga mengajarkan kita untuk menyuarakan suara kelompok yang tertindas agar tidak selalu ditindas atau dimanfaatkan oleh kaum diatasnya. Media sosial semakin canngih tentunya aksi seperti ini dapat secara luas tersebar secara cepat.

Referensi :

Dr. Mohammad Syawaludin. M.A. (2017). Sosiologi Perlawanan Studi Perlawanan Repertoar Petani Di Rengas Ogan Ilir Sumatera Selatan. Penerbit Deepublish

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun