Mohon tunggu...
Queen Foniks
Queen Foniks Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merdeka Menulis

"When we write, we clarify our understanding and deepen our learning." About: - Language; English and Spanish - Short Story - Poetry - Book Review - Self Improvement Book.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelas dan Daun Hati Merah Maroon

7 Mei 2024   13:31 Diperbarui: 7 Mei 2024   14:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Ceroboh kamu! mindahin itu aja gak bisa' bentak ibu Nila padaku.

Aku tak sengaja menjatuhkan gelas kesayangan Ibu Nila, saat dia menyuruhku membersihkan perkakas di dapur. Aku membisu, kepalaku menunduk, dan aku tak sanggup berkata apapun. Aku tak kuasa menahan air mataku, aku sungguh tak bisa dibentak. Aku tahu itu salahku, aku pun minta maaf pada Ibu Nila dan dia hanya diam saja, pergi entah ke mana.

***

Dari pintu, kudengar suara langkah kaki, yang ternyata adalah Jack, anak Ibu Nila. Jack mendatangiku kemudian menenangkanku, dan mengajakku berjalan keliling halaman rumah. Saat berada di taman, aku menghentikan langkahku.

Tepat di pojok itu, mataku terpana dengan daun yang berbentuk hati, berwarna merah maroon, tumbuh di dalam pot gantung warna hitam. Ada 11 garis pada setiap daunnya, dan setelah kuhitung lagi, ternyata tanaman itu hanya memiliki 9 daun, yang mana 2 diantaranya sudah rusak, dalam daun yang rusak itu terdapat bekas gigitan serangga. Dan mungkin, serangga-lah penyebabnya.

Kemudian aku melihat seekor laba-laba hinggap di batang daun, dan mulai mengelilingi daun-daun tersebut.

'Oh tidak, Laba-laba itu hampir terjatuh saat angin sepoi-sepoi membuat daun itu bergerak, dan menari'.  Saat melihat tanaman itu, aku merasa tenang kembali. Warna merah maroon-nya membuat hatiku senang.

Kemudian aku menamai daun itu "daun hati merah maroon". 

Kubuatkan sebatang tanaman itu pada gelas, dan kuberi pada Ibu Nila untuk minta maaf, dia pun memaafkanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun