Pada senja yang merayu,
Ia mengejar ketenangan dalam dirinya.
Menyatukan diri dengan kecenderungan menunda yang selalu ada.
Kini, Ia akan menjelajahi lautan matematika yang mendalam.
Ia tak pernah merasa sendirian, headset menjadi sahabatnya,
Musik yang menenangkan, serta alarm pengingat setia.
Dengan tekad yang membara, Ia mulai menjelajahi tepi lautan itu.
Namun, ombak keributan datang tak terduga.
Mereka mendekat dengan cepat, seperti badai yang tak terduga.
Suara-suara mereka merasuk ke dalam hatinya.
Ia merasa ragu, kebingungan merayapi pikirannya.
Hingga akhirnya Ia terdampar, dan tak lagi berani menyelam.
Musik yang biasanya menenangkan menjadi hampa,
Ketika ombak keributan semakin keras berdenting.
Ia tak lagi mampu fokus pada satu tujuan.
Ia terpaksa kembali ke permukaan, meninggalkan lautan itu.
Ia merutuki mereka yang menjadi gangguan,
Hampir saja Ia bertengkar dengan kalimat di atas kertas,
Tangannya hampir saja merobek kertas yang selalu menjadi teman setianya,
Bahkan laptop hampir saja terhempas ke keramik putih.
Mereka yang tidak memahami, juga terlihat bingung.
Semua tampaknya menjadi korban dalam situasi ini.
Tiba-tiba, Ia tak tahan lagi dengan semuanya.
'diamlahhh!'
Teriakannya memenuhi ruangan,
Namun, mereka tetap tak peduli.
Mereka masih saja tertawa dan bercanda,
seolah lupa akan makna "saling menghargai".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H