Angin pilu menemaniku di malam sepi.
Ruang yang hampa, gelisah hati, tatapan kosong, tanpa makna.
Tetiba air mataku terjatuh.
Semuanya ambigu, aku kehilangan akal.
Angin seakan memahamiku
Jiwaku gundai gulana.
Pantulan sinar rembulan,
hingga rembulan pudar.
Merah padam rupaku penuh antipati,
berulang kali kumengutuk diri,
penuh tanya akan makna hayatku di jagat ini,
sungguh tak berarti.
nyaris aku dulu menduakan-MU
kumenaruh cinta dan percaya padanya
sosokku tertawa lepas saat bersamanya
Nyatanya, semua berlumur harapan palsu.
Tak ada kata yang bisa menyakinkanku.
Kini, kumawas diri.
Taukah Engkau Tuhan,
tagihan empatiku pada sesamaku menjatuhkanku pada satu titik temu.
Ya, semua akan kacau saat jauh dari-Mu.
Seketika, terbesit dalam benakku.
Engkau memenuhi relung jiwaku seakan
Engkau mendekapku, hingga berbisik lembut
' Tenanglah jiwa nan sendu, kamu berharga,
Aku di sini bersamamu, selalu mencintaimu, selamanya.'
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI