Mohon tunggu...
Queen Foniks
Queen Foniks Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merdeka Menulis

“Menulis dan bercahayalah!” ― Helvy Tiana Rosa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengeluh dan Diam

29 Desember 2023   14:48 Diperbarui: 20 April 2024   22:10 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hufff...," desisku pelan di depan layar ponselku, meresapi pesan singkat yang baru saja masuk. "Mau ngobrol?" kata-katanya memecah keheningan malam yang sepi. Senyum tipis merekah di bibirku. Tak disangka, permintaan untuk berbincang ini membawa warna baru dalam keheningan malam.

Aku duduk memikirkan topik apa yang sebaiknya dibahas. Matahari sudah lama tenggelam, dan bulan mulai menampakkan sinarnya. Aku merasa senang, tapi juga kebingungan. Tiba-tiba, sebuah ide muncul. Aku membuat sebuah room virtual dan mengirimkan linknya padanya. Mungkin ini cara terbaik untuk merasa lebih nyaman, ya.

Aku menunggu sambil memutar lagu "Lean on Me". Di dalam room itu, aku menatap layar ponselku, menunggu sosok misterius itu memasuki ruang virtualku. Tak lama kemudian, pesan masuk memberitahu bahwa dia sudah bergabung.

"Aku lelah," ucapku tanpa basa-basi. Aku menceritakan kelelahan dan penderitaan yang kurasakan. Dia hanya mendengarkan, tak banyak berkomentar. Aku terus mengeluh, berharap mendapat simpati atau setidaknya pemahaman darinya. Aku pikir dia akan bosan atau meninggalkan roomku, tapi dia tetap di sana.

Aku menarik nafas panjang, dan entah mengapa dia pun mengikuti gerakanku. Aku menyadari bahwa mungkin aku terlalu banyak mengeluh. Responnya yang diam seolah-olah menjadi cermin bagi diriku sendiri. Aku merasa bersalah.

"Hufff..." aku menghela nafas lagi, kali ini dalam keheningan. Aku tahu aku salah, tapi dia tak menghakimiku. Dia hanya berkata, "Semangat ya." Kata-kata itu mungkin biasa, tapi kali ini, itu seperti suntikan semangat yang kubutuhkan. Senyumku muncul tanpa kusadari.

"Tanyaku padanya, 'apa kamu pernah mengeluh hingga kehilangan motivasi?'" Jawabannya simpel, "Hidup itu mengalir, aku jalani saja." Lagi dan lagi, kata-katanya membuatku tersadar. Dia adalah sosok yang tak terduga, misterius bagiku, dan aku mulai menyadari bahwa dia unik.

Dalam keheningan virtual itu, aku merasa diberi keberanian untuk menghadapi tantangan. Diamnya bukanlah kehampaan, melainkan kebijaksanaan untuk tetap bertahan di sampingku. Aku tersenyum, mengetahui bahwa malam ini, aku menemukan teman sejati yang mungkin selama ini tak pernah kutemui di dunia nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun