Mohon tunggu...
Elisabet Olimphia Selsyi
Elisabet Olimphia Selsyi Mohon Tunggu... Administrasi - well organized and visioner.

Beri aku sebuah media citizen jounalism, niscaya akan kuguncangkan jagat media. S.I.Kom UAJY.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gerakan Kontra Menantang, Sebuah Perjuangan Status Ketidakproblematisan Pemanasan Global

1 Mei 2016   15:38 Diperbarui: 1 Mei 2016   15:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan hotel di dekat rumah warga yang mengambil lahan hijau dan merusak ekosistem sekitar seringkali menuai protes dari masyarakat. Masyarakat membentuk suatu gerakan sosial, seperti yang terjadi pada warga Paguyuban Warga Karangwuni dan Gadingan di Yogyakarta yang menolak pembangunan hotel dan apartemen. Dengan melihat kerangka framingnya, kita bisa memahami budaya masyarakat sekitar yang masih memegang teguh budaya bertani, sekaligus Indonesia sebagai negara agraris.

Gugatan Balik akan Status Masalah Sosial Pemanasan Global

Setiap upaya perlindungan lingkungan pasti menuai protes dari gerakan oposisi. Seiring dengan anggapan pemanasan global sebagai sebuah masalah, gerakan konservatif mulai bermunculan untuk menantang ini. Gerakan konservatif ini biasanya berdiri pihak-pihak yang menggalakkan reaksi hijau (green backlash) yang terdiri dari pihak oposisi industri, serta masyarakat akar rumput.

Dalam jurnalnya, McCright & Dunlap (2000, hal. 510) menyebutkan ada tiga gugatan balik akan pemanasan global. Pertama, gerakan konservatif mengkritisi bukti ilmiah dan kepercayaan publik dalam mendukung adanya antropogenik (hubungan antara manusia dengan lingkungan geografisnya) dari pemanasan global. Kedua, gerakan konservatif menekankan manfaat potensial dari pemanasan global, jika itu boleh terjadi. Ketiga, gerakan konservatif tertekan jikalau usulan aksi mengikat secara internasional akan memunculkan banyak konsekuensi negatif.

Dua tuntutan pertama ditujukan dalam menghadapi percobaan framing akan pemanasan global sebagai masalah sosial oleh pendukung lingkungan. Sedangkan tuntutan ketiga berusaha menghadapi perkiraan framing akan solusi yang digadang-gadang oleh pendukung lingkungan Tuntutan pertama menantang ketidakjelasan dan ketidakautentikan bukti-bukti dalam bentuk penelitian. Studi-studi yang ada hanya melulu menceritakan bualan para ahli lingkungan dan birokrat. Penelitian hanya berusaha merebut perhatian publik, tanpa menunjukkan esensi perubahan iklim global terhadap kehidupan manusia. Perubahan iklimnya masih spekulatif, namun kebijakan perubahan iklimnya sangat nyata. Ini yang membuat kebijakan yang ada dipertanyakan.

Tuntutan kedua memanfaatkan kondisi pada tuntutan pertama dalam menantang bahwa situasi probrematis nyatanya tidak muncul, sehingga dapat ditemui manfaat potensial dari pemanasan global itu sendiri. Artinya, kondisi lingkungan bisa ‘dikondisikan’ untuk tidak problematis, misalnya dapat bermanfaat bagi kesehatan, pertanian, bahkan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ini diperkuat dengan pernyataan dalam penelitian oleh Competitive Enterprise InstitutedanHeartland Institute bahwa secara wajar iklim yang lebih hangat akan jauh lebih baik bagi kemanusiaan. Penelitian yang dilakukan Hoover Institution pun mengatakan hal serupa, bahwa umat manusia akan dapat memeroleh manfaat dari setiap termometer yang menaik (dalam McCright & Dunlap, 2000, hal. 514).

Termometer yang lebih hangat akan sangat bermanfaat bagi manusia yang tinggal di daerah iklim dingin, karena mereka tidak terlalu repot karena salju. Selain itu suhu yang hangat juga menjauhkan manusia dari bahaya malnutrisi, mengurangi pertumbuhan penyakit dan angka kematian. Pemanasan global juga membuat kadar CO2 di udara meningkat sehingga baik untuk nutrisi tanaman.

Lalu, pada tuntutan ketiga gerakan konservatif berpendapat bahwa solusi yang ditawarkan penggerak lingkungan malah bersifat merusak daripada memperbaiki. Kondisi ini seperti membahayakan ekonomi nasional, melemahkan keamanan nasional, mengancam kedaulatan nasional, dan parahnya akan berdampak pada lingkungan. Ini bisa terjadi karena ada kepentingan dominan yang bermain di sini. Pemerintah dalam mengeluarkan pernyataan untuk memerangi pemanasan global seharusnya mampu membaca kondisi masyarakatnya. Ini menyasar pada kesiapan kita dalam usaha mencegah pemanasan global. Jangan sampai kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca (pembakaran fosil) justru melemahkan keadaan suatu negara, penutupan perusahaan industri dan manufaktur justru memporak-porandakan kedaulatan nasional, dan lain sebagainya.

Adanya gugatan balik bukan berarti dapat mengurangi perhatian publik pada agenda media, melainkan malah menunjukkan bahwa ada kontroversi terkait pemanasan global dan bagaimana para penggerak gerakan oposisi tersebut mengalami kesulitan dalam mempertahankannya pada agenda publik. Jadi ini berfokus pada bagaimana kekuatan dari gerakan kontra yang muncul dari pemanasan global sebagai masalah sosial yang serius.

Daftar Pustaka:

McCright, A. M. & Dunlap, R. E. (2000). Challenging global warming as a social problem: an analysis of the conservative movement's counter-claims. Social Problems, 47(4), 499-522.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun