[caption caption="Detik.com Pelopor Jurnalisme Online di Indonesia"][/caption]Media yang awalnya hanya berupa media cetak dan penyiaran, kini seiring dengan kemajuan teknologi memunculkan adanya istilah “media baru”. Media baru tersebut hadir seiring dengan kemajuan teknologi informasi, yakni internet. Perkembangan internet dalam ranah jurnalisme, khususnya berita dalam World Wide Web mengarahkan kepada tiga karakteristik media, yakni interaktifitas, personalisasi, dan konvergensi. Selain mengakibatkan ketiga hal tersebut, internet juga berpengaruh terhadap profesi jurnalis di internet.
Internet mengubah profesi jurnalisme sedikitnya dalam tiga cara, yakni internet memiliki potensi untuk membuat peran jurnalis lebih merupakan kekuatan perantara yang penting dalam proses demokrasi, internet memberikan media sebuah alat yang luas untuk mencari sumber dan teknologi tak berujung untuk digunakan pada pekerjaan, dan yang terakhir, internet menciptakan tipe jurnalisme tersendiri yang disebut jurnalisme online.
Seiring perkembangan zaman, saat ini Indonesia menerapkan annotative journalism; tinggal mengklik suatu kata, sudah bisa mendapatkan infromasi sebanyak yang tersedia (Ishwara, 2011: 72-73). Jurnalisme online di Indonesia dipelopori oleh Detik.com yang mulai menayangkan website-nya pada 9 Juli 1998. Server Detik.com sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai dapat diakses secara lengkap pada 9 Juli 1998. Akhirnya pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com yang didirikan Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), Yayan Sopyan eks wartawan DeTik), Budiono Darsono (eks wartawan DeTik) dan Didi Nugrahadi.
Pada awalnya Detik.com berfokus pada pemberitaan tentang politik, ekonomi, dan teknologi informasi yang menjadi isu terkini kala itu. Pada tahun itu pula di Indonesia terjadi Reformasi ’98 yang menyentuh berbagai aspek pemerintahan dan masyarakat yang dibarengi dengan krisis ekonomi. Hal ini mengakibatkan isu politik dan ekonomi menjadi Hot Issues Indonesia. Kemudian setelah situasi politik dan ekonomi mulai mereda Detik.com mulai menampilkan berita hiburan, olahraga, dll.
Adanya Hot Issues politik dan ekonomi yang menjadi topik di kala berdirinya Detik.com, membuat Detik.com memilih menjadi media yang ‘menjual’ breaking news. Sesuai dengan karakteristik media baru berupa internet, informasi lebih mudah dan cepat untuk diakses. Dengan bertumpu pada deskripsi yang jelas dan nyata pada penjualan breaking news tersebut, Detik.com yang saat itu belum memiliki kompetitor melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan users internet.
Kenaikan pengunjung Detik.com terbilang signifikan. Pada Juli 1998 situs detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya dengan rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.240.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Kemudian, pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000.
Alat ukur keberhasilan potensi situs Detik.com tidak hanya diukur melalui jumlah hits, namun juga melalui page view (jumlah halaman yang diakses). Page view Detik.com sekarang mencapai 3 juta per harinya. Sekarang Detik.com menempati posisi ke lima tertinggi dari alexa.com untuk seluruh content di Indonesia.
Perjuangan Detik.com diawali dari kiprahnya di dunia jurnalisme media cetak, yakni majalah mingguan Detik pada masa Orde Baru. Bahasan Detik kala itu pun tetap pada pemberitaan mengenai politik. Namun, kekuatan Orde Baru yang sangat ketat mengawasi pemberitaan di media massa, memaksa majalah tersebut menyudahi kiprahnya untuk terbit dalam format majalah. Hal ini karena Detik dianggap terlalu keras dalam pemberitaannya yang dianggap menyerang penguasa saat itu. Sehingga, dengan keputusan Menteri Penerangan saat itu, majalah Detik bersama Tempo dan Forum harus dicabut surat Ijin Usaha Penerbitan-nya. Kisah awal media Detik ini menjadikan media baru internet sebagai basis pemberitaan, berawal dari kisah pahit yang dialaminya.
Detik.com memiliki karakteristik media baru seperti yang diungkapkan Martin Lister, Jon Dovey, Seth Giddings, Iain Grant, Kieran Kelly dalam buku “New Media A Critical Introduction”, diantaranya; digital, interactive, hypertextual, virtual, networked, dan simulated.
Karakteristik Digital pada Detik.com dapat dilihat dari sistem analog yang berubah menjadi serba digital. Media digital adalah media yang menggunakan teknologi dengan bilangan biner (terdiri dari 1 dan 0). Detik.com jelas ditampilkan melalui portal online. Ciri interactive dalam Detik.com terlihat dari adanya kolom komentar di setiap berita yang ditampilkan. Media baru memungkinkan adanya komunikasi yang berjalan dua arah dan tidak hanya linear atau satu arah saja, tak terkecuali Detik.com. Dalam hal hypertextual, seperti portal berita online lain, Detik.com memungkinkan audiens mencari sendiri berita yang penting bagi dirinya, tanpa harus membaca isunya secara runtut dari awal dengan plot atau bagian-bagian sebelumnya. Detik.com pun memfasilitasi audiens dengan kemudahan hiperteks melalui kolom “Find” di pojok atas.
Tiga karakteristik yang berhubungan dengan konvergensi media antara lain virtual, networked, dan simulated. Virtualitas yang terdapat dalam Detik.com yang dilengkapi dengan konten yang dapat mendukung isi berita, seperti foto, video, ataupun grafis. Hal ini menyebabkan audiens dapat merasakan secara nyata peristiwa yang diberitakan. Dengan adanya berbagai media yang disediakan oleh Detik.com, media baru melahirkan konsumsi media yang tidak terpusat pada satu media saja. Bahkan kita juga mengenal adanya konvergensi media sebagai akibat adanya media baru berupa media online. Pesan yang dikirim sangat beragam dan tidak terbatas. Networked (keterhubungan) media baru melahirkan konsumsi media yang tidak terpusat pada satu media saja. Bahkan kita juga mengenal adanya konvergensi media sebagai akibat adanya media baru berupa media online. Pesan yang dikirim sangat beragam dan tidak terbatas. Portal berita online terhubung dengan network atau jaringan online lain, seperti Twitter, Facebook, Gmail, dsb. Simulated (Tersimulasi) muncul dalam Detik.com yang mampu merepresentasikan realitas dalam bentuk audio/video, dan gambar di setiap artikelnya. Hal ini memudahkan audiens mengalami sungguh-sungguh peristiwa yang ada dalam setiap pemberitaan.
Konvergensi media yang terjadi di media online Indonesia, melahirkan Jurnalisme Multimedia yang mengarahkan berita menjadi multi platform. Jurnalisme Multimedia didefinisikan sebagai proses jurnalistik yang menggunakan dua atau lebih bentuk media seperti, kata tertulis maupun yang diucapkan dalam bentuk audio, musik, gambar diam dan bergerak, animasi grafis, termasuk elemen interactive dan hypertextual dalam Jurnalisme Online dalam media baru.
Terdapat tiga aspek konvergensi dalam telekomunikasi, yakni konvergensi dalam pelayanan, konvergensi dalam proses, dan konvergensi dalam jaringan (Yanovsky, 2002: 17). Konvergensi dalam pelayanan memperbesar arti kegunaan internet dan media online bagi pengguna. Konvergensi dalam proses memberikan penyedia jasa internet dan media online kemudahan menggunakan teknik produksi dan teknologi yang berbeda. Konvergensi dalam jaringan berarti konvergensi dalam teknologi, adanya kemampuan konvergensi satu media yang terhubung dengan jaringan lain.
Sama seperti ketiga aspek yang terdapat dalam media online tersebut, Detik.com juga memanfaatkan ketiga aspek tersebut secara berhubungan satu dengan yang lainnya. Detik.com memanfaatkan teknologi dalam hal memperbesar arti kegunaan internet dan media online baggi pengguna internet yang mencari berita. Konvergensi dalam proses membuat penyediaan informasi di Detik.com menggunakan teknik produksi dan teknologi berbeda jika dibandingkan dengan media cetak majalah yang terdahulu diterbitkan Detik. Selain itu dalam hal konvergensi dalam jaringan, kini Detik.com memanfaatkan berbagai platform untuk melengkapi pemberitaannya, seperti dengan foto, audio/video, dan sebagainya.
Kecanggihan teknologi informasi mengantarkan pada konvergensi dan akhirnya dilirik oleh para kaum kapitalis untuk melakukan konglomerasi. Di Indonesia, bentuk konglomerasi banyak ditemukan di media, seperti PT Media Nusantara Citra, Tbk di bawah kepemilikan oleh Hary Tanoesoedibyo memiliki RCTI MNC TV, Global TV Radio Trijaya, koran Seputar Indonesia, dan Okezone.com. Visi Media Asia (Viva Group) yang dimiliki Abu Rizal Bakrie memimpin Vivanews.com, TV One, dan ANTV. Surya paloh dengan Group Media Indonesia memiliki Metro TV dan Media Indonesia. Dan selanjutnya CT Corp di bawah naungan kepemimpinan Chairul Tanjung yang memiliki perusahaan di bidang Perbankan (Bank Mega), Asuransi (Mega Insurance), Perhotelan (The Trans dan Ibis Hotel), Property (Trans Property), dan khusus bidang media yakni Trans TV, Trans 7, dan Detik.com.
Maka, Detik.com pun tidak terlepas dari pengaruh konglomerasi media. Pada 3 Agustus 2011 CT Corp mengakuisisi Detik.com (PT Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom). Di bawah pimpinan Chairul Tanjung, pemilik CT Corp membeli Detik.com 100% senilai US$60 juta atau Rp 521-540 miliar. Setelah diakuisisi oleh CT Corp, Detik.com pun menjadi perpanjangan Trans Corp di ranah media online.
Konglomerasi yang tercipta dari adanya pemilik modal yang mampu membeli dengan cara akuisisi atau meger membuat banyak media memiliki satu kepemilikan. Seperti halnya Detik.com yang diakuisisi oleh CT Corp tersebut. CT Corp yang memiliki Trans TV dan Trans 7 dalam media penyiaran kini pun memiliki Detik Online sebagai perpanjangan media dalam ranah online. Konvergensi dan konglomerasi yang terjadi di berbagai media di Indonesia mengakibatkan Detik.com pun mulai mengembangkan dan membuat inovasi di situsnya setiap tahun. Berikut gambar penampilan situs Detik.com yang mengalami perubahan dan inovasi setiap tahunnya;
[caption caption=" Lebih sederhana jika dibandingkan saat ini."]
[caption caption="Mengalami perkembangan dalam layout."]
[caption caption="Setelah diakuisisi oleh CT Corp lebih bernuansa biru dengan iklan."]
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ishwara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar. Jakarta : Kompas Media Nusantara.
Lister, Martin, et al. 2003. New Media : A Critical Introduction. New York : Routledge.
Yanovsky, G. Dan R. Koch. 2002. Evolution and Convergence in Telecommunications. Trieste : The Abdul Salam ICTP Publications.
Jurnal
What Is Multimedia Journalism1? Mark Deuze University Of Amsterdam, The Netherlands, Journalism Studies, Volume 5, Number 2, 2004, Pp. 139–152
Journalism And The Web An Analysis Of Skills And Standards In An Online Environment Mark Deuze on Gazette Vol. 61(5): 373–390 Copyright © 1999 Sage Publications, London, Thousand Oaks & New Delhi [0016-5492(199910)61:5;373–390;009821]
Skripsi
Felix Y. W. Guritno. 2011. Kepuasan Mahasiswa terhadap Citizen Journalism di Detikforum.com (Studi Kuantitatif tentang Kepuasan Mahasiswa Fisip Uajy terhadap Citizen Journalism di Detikforum.com). Skripsi Sarjana, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Veny Malida. 2013. Politik Media Dalam Media Online (Analisis Framing Pemberitaan Detik.Com Dan Vivanews.Com Tentang Isu Aburizal Bakrie Terkait Pemilihan Presiden 2014). Skripsi Sarjana, FISIP Universitas Lampung.
Ilustrasi : Dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H