Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen. Di NTT sendiri lebih dari 50 persen anak yang menderita stunting.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.(1)
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan masyarakat pada saat harga pangan naik di pasar maka medorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan murah, seperti mie instan yang memiliki kandungan gizi sangat rendah atau mengurangi jatah makanan sehingga makan satu jenis sayur saja misalnya.
Dengan demikian jika dalam sebuah rumah tangga ada ibu hamil atau anak di bawah dua tahun maka kemungkinan besar kondisi stunting dapat terjadi kepada anggota keluarga tersebut jika terus mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi rendah. Banyak artikel telah menulis bahwa stunting dapat menyebabkan IQ anak menjadi rendah dan rentan terhadap obesitas
Untuk mencegah stunting, tentu saja pemerintah sudah berupaya secara berkelanjutan untuk mengatasi hal ini, seperti melakukan penyuluhan dan sampai kepada bantuan makanan bergizi bagi ibu hamil. Namun kesadaran akan risiko stunting dan cara mencegahnya harus datang dari tiap-tiap rumah tangga.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein berpengaruh pada pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat protein 15 persen dari total asupan kalori ternyata memiliki badan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang hanya mendapat protein 7,5 persen dari total asupan kalori.Â
Sumber protein sendiri bisa diperoleh dari nabati (kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran) dan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu) (3) Karena itu, Salah satu solusi untuk asupan protein melalui sayur-sayuran dapat dilakukan dengan pertanian rumah tangga.
Bercocok tanam tidak harus dengan lahan yang luas. Lahan yang sempit pun tidak masalah dengan menggunakan polybag berukuran sesuai. Ada banyak jenis tanaman-tanaman dengan kandungan proteinyang ramah di tanam di pekarangan rumah seperti tanaman-tanaman berikut:
1.Bayam
Bayam adalah salah satu jenis sayuran berdaun hijau yang selain kaya akan kalsium, juga kaya akan protein. Secangkir bayam yang sudah diolah sama dengan tiga gram protein. (3) Budidaya bayam juga tidak sulit. Hanya dengan disemai di media tanah dengan perbandingan 2:1 (tanah: pupuk kandang).
2. Brokoli
Brokoli adalah salah satu keturunan kubis yang banyak mengandung protein. Secangkir brokoli sama dengan 2,6 gram protein.
3. Kol
Kol selain mengandung vitamin K dan kalium juga mengandung dua gram protein setiap satu cangkir.
4. Jagung
Jagung mengandung dua gram protein setiap cangkirnya.
Penggunaan pupuk organik membuat tanaman lebih aman dikonsumsi. Keuntungan lain jelas lebih murah dan bisa menabung pembelian sayur untuk hal lainnya.Saya membayangkan, keluarga-keluarga tanggap stunting dengan menyediakan gizi yang sehat, segar dan cukup,yang selalu tersedia di rumah utuk masa depan anak kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H