Mohon tunggu...
Elisabeth Christina
Elisabeth Christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Masih belajar menulis, bercerita, dan membagikan tanggapan untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Apakah Keluarga Jadi Beban? Review 1 Kakak 7 Ponakan

3 Februari 2025   08:00 Diperbarui: 3 Februari 2025   01:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Poster Film 1 Kakak 7 Ponakan (Sumber: Tangkapan Pribadi di sebuah Sinema)

Bermula dari ajakan ngasal penulis kepada teman-teman, akhirnya bisa merasakan atmosfir film keluarga ini. Perlahan menaiki tangga sambil terbayang beberapa spoiler di media sosial tidak membuat penulis ragu akan dibawa kemana film ini berujung. Akhirnya lampu menjadi gelap dan film diputar, penulis juga ikut melbarkan senyum sambil berharap terbaik.

Moko, mahasiswa arsitektur yang sedang sidang tugas akhir harus menerima berita duka yang membuat hidupnya menjadi pahit. Tak pernah terlintas di kepalanya seperti menafkahi keponakan hingga melewatkan 2 tahun masa awalnya untuk bekerja. Sosok Moko yang awalnya berurusan dengan software design dan sketsa bangunan, menjadi autodidak saat mengurus bayi serta pekerjaan rumah.


Sayu, begitulah sorot matanya saat melihat semua ponakannya tertidur lelap. Bahkan secara sadar dirinya menerima 1 gadis perempuan yang merupakan putri dari pengajar pianonya dulu. Dan benar, Moko tidak punya pilihan lain kecuali ikhlas untuk semua hal yang terjadi.

Namun selalu ada hal baik, Moko akhirnya mendapatkan pekerjaan dan gaji layak untuk kebutuhan ponakannya bukan dirinya. Tidak hanya itu, kakaknya Moko juga akhirnya datang untuk membantu dirinya mengasuh ponakan. Ketakutan untuk meninggalkan ponakan disebabkan pekerjaan yang jauh akhirny berkurang sedikit. Namun, hal tersebut tetap berakhir tidak baik, Moko malah menanggung beban yang lebih banyak hingga ponakannya juga terikut.

Di babak ini, adegan berkumpul yang terlihat sederhana menjadi penting untuk disimak. Cukup menggelitik penulis, akan makna keluarga sebagai beban yang tertuju pada keponakan Moko. Menjadi seseorang yang dituakan, secara tidak langsung punya tanggung jawab yang utuh dan besar. Moko dengan kerelaannya selalu berjuang demi membangun masa depan ponakannya. Di sisi lain, para ponakan juga menerima fakta bahwa mereka perlu ikut andil seperti bekerja dengan tujuan tidak menyusahkan Moko.

Review 1 Kakak 7 Ponakan - Sorotan Beban dalam Keluarga?

Dilema menyedihkan ini menjadi bahan pikiran penulis, tentang apa maksud dari kata keluarga yang secara alami didapatkan atau dibentuk oleh individu. Pernyataan orang yang lebih tua menanggung dan yang lebih muda untuk melaksanakan tugas sederhana, nyatamya tidak semudah itu. Jika ganti sudut pandang, orang muda juga dapat melakukan hal berat dan yang tua bisa hanya menerima. Lumayan memakan waktu, namun penulis juga bertanya-tanya tentang mana yang benar.

Hingga muncul sebuah dentunan lagu karya Sal Priadi bertajuk "Besok kita pergi makan" pada salah satu bagian yang bisa memberikan jawaban.

T'rima kasih, ku tahu kau bekerja sangat keras
Lelahmu kebaikan yang sangat deras


Hatimu kauserahkan banyak di sana
Tapi hatimu punya orang rumah juga

Sisakan untuk kami, sisa berapa pun juga tak apa
Diterima

Benar, keluarga bukanlah beban karena semua anggota punya porsi masing - masing untuk membuat suatu fondasi. Sederhananya, anak-anak dapat membereskan tempat tidur, di kala orang tuanya mengerjakan tugas rumah. Semisal kakak yang sedang mencari nafkah, adik dapat belajar dengan giat tanpa membuat orang lain khawatir. Peran masing-masing juga tetap dijalani oleh berbagai keluarga dan masih berjalan hingga kini.

Istilah sandwich generation tergambar utuh dalam film ini, bagaimana seorang pekerja yang baru saja memulai hidupnya harus bertanggung jawab menyanggupi dua generasi. Terlebihdi tanah air juga banyak orang yang mengalami kondisi ini, semoga ini bisa menjadi refleksi dan perhatian di masa yang akan datang.

Keutuhan keluarga menjadi kekayaan alami bagi seseorang, namun banyak orang yang tengah mencari hal ini. Dan lagi-lagi semua orang punya kesibukkan, namun keluarga juga ikut pertimbangkan (Sal Priadi- Kita Usahakan Rumah Itu)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun