Mohon tunggu...
Elisabeth Puan
Elisabeth Puan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdamai

19 November 2024   06:36 Diperbarui: 19 November 2024   06:46 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dahulu kala disebuah kastil nan jauh ditengah hutan hiduplah 3 anak yang berteman karna jati diri mereka Dirampas oleh penyihir bayangan, salah satu anak yang menggunakan kotak untuk menutupi mukanya karna ia malu jati dirinya telah dirampas berkata. 

" Kita harus mengambil tindakan, mari bersamaku untuk mengembalikan jati diri kita yang telah dirampas agar kita hidup bahagia"

Setelah anak kotak mengusul hal tersebut kedua temannya setuju dan memulai perjalanannya menggunakan camper van, dalam perjalan mereka bertemu seorang ibu yang menangis di bawah pohon yang terletak di sawah yang sangat luas. Salah satu anak yang menggunakan topeng untuk menyamarkan rasa malunya menghampiri seorang ibu tersebut lalu berkata. 

" Mengapa kau menangis seseguk itu di sawah yang sangat luas ini?? "

Ibu tersebut menjawab pertanyaan anak yang menggunakan topeng sambil mengusap air mata yang jatuh di mukanya. 

" Aku kehilangan anakku di sawah ini, aku membiarkan anakku sendiri untuk menungguku mencari makanan "

Anak bertopeng itu merasa iba melihat Ibu tersebut menangis sambil menepuk dadanya karna sedih telah kehilangan anaknya, perlahan lahan air mata yang hangat mulai menetes dari mata anak bertopeng tersebut. Selang beberapa waktu ibu dan anak bertopeng menangis bersama anak dari ibu tersebut berlari dari pinggir sawah sambil membawa satu ember yang penuh dengan keong sawah. 

Setelah anak bertopeng itu meninggalkan Ibu tersebut ia melanjutkan perjalanan bersama 3 temannya. Beberapa selang waktu setelah memulai perjalanan mereka melihat seorang badut yang menari di sebuah ladang bunga berduri tanpa busana, anak yang menggunakan tong kosong di tubuhnya menghampiri badut tersebut dan bertanya. 

" Kenapa kau menari di tengah ladang berduri yang membuat kau tidak nyaman?? "

Badut menjawab

" Dengan menari seperti ini orang orang akan memperhatikanku saat menari "

Anak yang menggunakan tong kosong melihat sekitar dan tidak ada sama sekali yang memperhatikan badut yang menari di tengah ladang yang berduri. Lalu anak yang mengenakan tong kosong itu mulai berlari menuju badut itu dan ikut menari. 

" Karna aku seorang Tong Kosong aku ga akan pernah merasakan sakit karena tertusuk duri "

Setelah tong kosong ikut menari bersama badut, para warga mulai menonton mereka menari bersama. 

Setelah Tong Kosong menari bersama badut, 3 anak itu kembali untuk melanjutkan perjalanan mencari jati diri yang dirampas Penyihir Bayangan. Setelah beberapa saat mereka melanjutkan perjalanan mereka dipertemukan Penyihir Bayangan yang menghentikan perjalanan mereka, penyihirbayangan berkata

" Berani sekali kalian keluar dari kastil, aku tidak akan mengampuni kalian akan ku kurung kalian di sebuah gua yang sempit "

Setelah mereka dikurung disebuah gua yang gelap anak yang menggunakan kotak menemukan sebuah lobang keluar yang sangat kecil, dengan tekad yang kuat dan keberanian yang besar ia keluar dari goa tersebut dengan cara melepas kitak di kepalanya agar muat dengan lobang tersebut. Tong Kosong dan Anak bertopeng itu kaget karna anak yang menggunakan kotak sangat berani keluar dari gua dengan cara melepas kotaknya. Karena kedua anak itu ingin bebas dari gua tersebut mereka melepas semua barang yang terpasang lalu keluar melalui libang kecil yang ditemukan oleh anak yang memakai kotak. 

Setelah 3 anak itu berhasil keluar dari gua, mereka saling menertawakan dikarenakan tubuh dan badan mereka terselimuti oleh lumpur dari lobang gua itu. Beberapasaat kemudian mereka merasakan matahari yang hangat dan mereka merasa bahagia karena beban yang mebebankan mereka telah hilang, satupersatu dari mereka telah merasakan bahwa jati diri mereka telah kembali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun