Dalam kehidupan sehari-hari, kata "multimedia" tidaklah terdengar asing. Pernahkah anda melihat portal berita yang menggunakan foto dan video sebagai media untuk menyampaikan sebuah berita? Penggabungan kedua elemen dalam sebuah konten pada sebuah media merupakan kegiatan multimedia.
Terdorong oleh perkembangan terknologi, multimedia menjadi biasa digunakan dalam kegiatan penyiaran dan hiburan melalui media online.
Multimedia memiliki beberapa definisi. Menurut Deueze (2004: 140), definisi multimedia dibagi menjadi dua. Pertama, multimedia adalah bentuk penyajian konten berita melalui media online dengan menggunakan dua atau lebih elemen media.
Kedua, multimedia merupakan penyajian berita yang menggunakan beberapa elemen dan juga menggunakan media yang berbeda. Contohnya adalah melalui koran, radio, media online, televisi, dan majalah.Â
Multimedia juga dapat didefinisikan sebagai penggabungan dari suara, grafik, gambar dan teks untuk menghasilkan sebuah cerita (Campbell, 2015 hl. 10).
Binanto (2010) dalam Salim (2017) menjabarkan beberapa elemen multimedia yang sering digabungkan dalam pembuatan sebuah konten adalah:
Teks: digunakan untuk menyampaikan makna yang mudah dipahami oleh publik. Teks ditulis dengan sejelas mungkin namun tidak terlalu panjang.
Gambar: menggunakan gambar diam.
Suara: digunakan untuk memperjelas isi konten namun, tidak menggunakan suara yang terlalu banyak agar tidak berisik.
Animasi: merupakan elemen yang menggunakan gambar hidup.
Video: teknologi yang berisikan gambar bergerak.
Istilah konvergensi kemudian muncul akibat adanya integrasi atau penggabungan elemen media. Dalam jurnal "What Is Multimedia Journalism", Deueze (2004) mengatakan konvergensi yang tercipta tidak hanya menyangkut integrasi beberapa elemen seperti audio, teks, gambar dalam pembuatan berita namun, juga mengenai promosi, pemasaran, dan interaksi dengan masyarakat.
Salah satu perkembangan yang muncul karena adanya konvergensi dalam dunia jurnalisme dan penyiaran serta muncul fenomena visual story telling. Menurut Deueze (2004: 141), konvergensi dalam dunia penyiaran dan jurnalisme terdiri dari 5 hal, yaitu:
1. Jurnalis dapat menyampaikan berita di depan kamera dan disiarkan melalui stasiun televisi.
2. Jurnalis menggunakan media online untuk meletakkan produk jurnalistik berupa foto.
3. Berita dapat diterima oleh masyarakat melalui e-mail atau notifikasi pada perangkat.
4. Perusahaan media penyiaran melakukan kerjasama dalam membuat sebuah projek atau konten dengan mengumpulkan, mengedit, dan menyajikan berita dengan menggunakan penggabungan elemen multimedia.
5. Tim media cetak hingga online dapat mengumpulkan informasi secara bersama dan menyebarkan dengan menggunakan gabungan elemen multimedia.
Visual Storytelling merupakan sebuah kisah yang diceritakan dengan menggunakan media visual. Fenomena visual storytelling muncul akibat adanya konvergensi multimedia. Dikatakan adanya konvergensi karena munculnya visual storytelling telah membuka lapangan bagi berbagai komunitas yang memiliki tujuan sama dalm produk jurnalisitik berupa gambar.
Fenomena ini juga telah menciptakan pasar yang berisikan komunitas dan organisasi menghasilkan konten mereka sendiri. Biasanya produk yang dikeluarkan adalah foto jurnalistik, video jurnalisitik, dokumenter, sinema, dan visual interaktif.
VIK (Visual Interaktif Kompas) merupakan salah satu contoh produk visal interaktif. Tidak hanya narasi berupa teks, VIK juga menyediakan elemen lain yang dipadukan. Seperti halnya animasi, grafik, teks, dan video bersatu dalam satu konten informasi.
Dengan munculnya multimedia di kehidupan masyarakat, kebutuhan masyarakat akan informasi semakin terpenuhi. Tidak hanya membaca teks dan membeli media cetak tertentu namun, sekarang dapat menggunakan perangkat canggih dan media online dalam mendapatkan sebuah informasi.
Masyarakat juga dapat melengkapi informasinya dengan melihat foto, video, atau elemen lainnya yang juga ikut ditampilkan dalam sebuah konten.
Pembaca Kompasiana juga dapat lebih lanjut melihat salah satu konten visual dari VIK di sini:
Daftar Pustaka
Campbell, D. 2013. Visual Storytelling in The Age of Post-Industrialist Journalism. academia.edu
Deueze, M. 2004. What is Multimedia Journalism. Journalism Studies vol.5 (2).
Salim, Michael Christianto, Dwiandiyanto, dan Salim. 2017. Rancang Bangun Pembelajaran Bahasa dan Kebudayaan Suku Dayak Berbasis Multimedia. Jurnal Buana Informatika vol. 8 (1). e-journal UAJY.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H