Salam sehat, semua! Kali ini saya akan mencoba untuk membahas dua film sekaligus. Film ini saya nilai menarik  karena merupakan sebuah film dwilogi. Film yang pertama akan melengkapi film yang kedua. Begitu pula sebaliknya. Jadi, memang penonton disarankan untuk menonton dua bagian dari film ini.Â
Judul film tersebut adalah Mars Met Venus (Part Cewe) yang tayang terlebih dahulu pada tahun 2017 kemudian Mars Met Venus (Part Cowo) yang juga tayang pada tahun 2017. Â Waktu pertama kali saya melihat judul tersebut, saya sudah terbayang akan menjadi seperti apa fenomena yang diangkat dalam film.Â
Mars Met Venus menceritakan Kelvin (Ge Pamungkas) dan Mila (Pamela Bowie) yang sudah menginjak umur 5 tahun dalam hubungannya dan merayakannya dengan membuat vlog, ditemani oleh Lukman sang camera man.
Mars dan Venus. Dua buah planet yang jelas berbeda. Sama seperti laki-laki dan perempuan, dua insan yang tentunya memiliki perbedaan. Saya kira, di dunia ini memang tidak ada hal yang benar-benar sama.
Perbedaan itulah yang memunculkan gambaran yang diberikan oleh masyarakat tersebut akhirnya memunculkan stereotip-stereotip yang mau tidak mau terus dipercaya dan selalu menjadi pegangan di setiap kejadian-kejadian kecil. Sadar atau tidak, Film Mars Met Venus, baik versi cowo atau versi cewe, keduanya membawa stereotip yang telah beredar di masyarakat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan dipandang.Â
Adanya stereotip ini, memiliki dampak yang beragam pada laki-laki dan perempuan. Kehidupan sosial bahkan pekerjaan dapat menjadi imbasnya.Â
Saya mencoba membahas kedua film ini menggunakan  metode kajian pustaka arti dari stereotip dan bagaimana stereotip dari gender yang dipercaya di masyarakat.
Dalam menjalani hidup di masyarakat, kita secara sadar atau tidak sadar telah terbawa oleh arus stereotip. Bahkan, kita ikut melabeli sesuatu berdasarkan pengelompokkan yang kita percaya. Tidak hanya budaya, agama, suku, atau ras, gender juga merupakan salah satu sumber dari munculnya stereotip di masyarakat. Apa itu stereotip?
Stereotip merupakan kepercayaan yang terbentuk pendapat dan sikap terhadap sebuah kelompok atau individu (A. Samovar & E. Proter dalam Saguni, 2014:200). Terpaan stereotip ini akan membuat masyarakat melabeli atau langsung meberikan kriteria terhadap seorang individu atau kelompok dalam masyarakat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!