Mohon tunggu...
rena elisabeth
rena elisabeth Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa ilkom 2018

Akun ini digunakan untuk keperluan mata kuliah dan membantu untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film

Berlebihan, Kebaikan atau Keinginan?

24 September 2020   14:30 Diperbarui: 24 September 2020   14:32 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat bertemu lagi! Masih seputar film, kali ini saya akan mencoba untuk membahas mengenai paradigma yang terdapat dalam sebuah film. Aapa itu paradigma? Paradigma merupakan cara pandang dari individu yang akan mempengaruhi sikap, berpikir, dan tingkah laku. Paradigma yang akan menjadi fokus kali ini adalah paradigma struktur-fungsionalis. 

Pengertian dari paradigma struktur fungsionalis adalah pandangan untuk menafsirkan masyarakat dalam fungsi dari elemen yang ada, termasuk norma, tradisi, adat, dan institusi. Paradigma ini juga bisa diartikan sebagai pandangan yang memiliki tujuan mencapai sebuah keteraturan dengan mengontrol seseorang. Adanya ketidak teraturan yang terjadi tentu saja akan menumbulkan sebuah pertentangan atau konflik.

Hal tersebut akan membuat hubungan menjadi selaras atau seimbang Dalam kata lain, manusia akan melakukan sesuai peran yang ditentukan. 

Film yang akan diulas kali ini berjudul "Posesif" (2017). Film ini diperankan oleh Adipati Dolken dan Putri Marino. Film "Posesif" menceritakan kisah cinta dari dua orang siswa SMA. Yudhis, yang merupakan siswa baru, melanggar tata tertib sekolahnya, menggunakan sepatu warna hitam, namun dia mengenakan sepatu warna putih. Yudhis kemudian dihukum dan bertemu Lala, seorang atlet lompat indah, yang membantunya untuk mendapatkan sepatunya kembali. Pertemuan singkat mereka akhirnya menjadi awal dari kisah cinta

Dalam cerita ini, diceritakan Yudhis memiliki ibu yang selalu bersikap mengerti apa yang dibutuhkan oleh Yudhis karena sudah membesarkannya seorang diri. Ibunya mengatur tindakan dan kegiatan dari Yudhis. Menurutnya, sebagai anak, Yudhis hanya perlu menrurut sesuai perkataannya karena pengorbanan yang diberikan.

mommiesdaily.com
mommiesdaily.com

Sedangkan dari sisi Lala, ia memiliki ayah yang sangat mencintainya dan lompat indah. Diceritakan pula Lala adalah anak yang penurut. Ayahnya menyuruh Lala untuk terus latihan lompat indah dan mulai timbul hubungan yang tidak harmonis karena Lala merasa dipaksa dan tidak diperhatikan sebagai anak.

teen.co.id
teen.co.id

Hubungan Yudhis dan Lala semakin lama menjadi tidak sehat. Yudhis mulai mengatur kehidupan Lala dan meneror apabila Lala tidak memberikan kabar. Mulai dari sering membuntuti, menerobos rumah Lala, hingga mencelakai teman Lala karena cemburu.

IMPLIKASI PARADIGMA STRUKTURAL FUNGSIONALIS

Film ini memiliki paradigma fungsionalis dilihat dari keteraturan yang ada dalam keluarga Yudhis. Ibunya menganggap nilai yang diberikannya sebagai ibu adalah hal yang benar dan akan selaras jika Yudhis menurutinya. Apabila, Yudhis menolak, ia tak segan-segan akan meneriakinya.

Sedangkan dari sisi Lala, semenjak pacaran dengan Yudhis, ia cenderung lebih tertutup dan berbohong padaa ayahnya. Seharusnya, seorang anak menurut kepada orang tua adalah sebuah keteraturan. Dapat dikatakan bahwa tingkah laku Lala menjadi bersifat tidak teratur dan menimbulkan hubungan yang harmonis.

Jika dilihat dari hubungan Yudhis dan Lala, ditemukan juga usaha Yudhis untuk membuat sebuah keteraturan dalam hubungannya. Yudhis menyuruh Lala untuk selalu menurutinya seperti yang ia terima dari tingkah laku ibunya. Sehingga, akan mencapai keselarasan yang diinginkan oleh Yudhis. walaupun berujung menjadi posesif.

Buat teman-teman yang ingin melihat filmnya, yuk tonton dulu trailernya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun