Mohon tunggu...
Elisabeth Rukmini
Elisabeth Rukmini Mohon Tunggu... Dosen - Educator

Experienced Lecturer with a demonstrated history of working in the education management industry. Skilled in Mentoring, Strategic Planning, Data Analysis, Lecturing, Public Speaking, Microsoft Office, and Research. Experienced educational researcher concentration in active learning and higher educational policy. Strong education professional with a Doctor of Philosophy (Ph.D.) focused in Chemistry education from Miami University. In January 2021, I added one more skillset which is Social Impact Measurement. I am a "Level 1 Associate Practitioner." Level 1 Associate Practitioner status is the first step of the SVI Practitioner Pathway, in which Practitioners develop their skills, knowledge and practice in social value, impact management and the practical application of the SVI framework in social impact assessment and Social Return On Investment (SROI).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Kisah Manusia

3 November 2021   14:43 Diperbarui: 3 November 2021   14:52 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Tiap orang punya kisah yang darinya kita dapat belajar. Ir. Frans Satyaki Sunito, saat ini Presiden Universitas Pembangunan Jaya (UPJ). Frans Sunito telah malang melintang dalam beragam posisi sepanjang rekam jejak karyanya. Dari sekelumit online talk yang saya simak di Urban Talk UPJ (https://youtu.be/P0fNgoy6AIw) rasanya kisah dan pesan Frans sangat relevan bagi kita semua.

Frans dibesarkan saat teknologi belum berkembang. Prinsip yang dipegangnya, teknologi diciptakan untuk membantu manusia lebih produktif, lebih bermanfaat bagi masyarakat. "Bukan teknologi an sich". Tetapi, manfaat dan dampak yang dihasilkan teknologi jauh lebih penting untuk diteruskan. 

Warga modern di perkotaan telah mumpuni untuk menjadikan kawasan kota nyaman untuk dihuni. Persoalannya bagaimana kota dapat berkembang dengan dampak sosial terbaik bagi masyarakat, think of others.

Perjalanan karir Pak Frans dimulai dari BUMN sampai ke Jaya Group dan kini menjadi Presiden UPJ. Lulus ITB jurusan Teknik Sipil tahun 1974 tentu suatu masa yang cukup panjang untuk menunjukkan jejaknya sebagai manusia unggul. 

Pasca kelulusannya, ia mendapat kesempatan magang di Belanda, di suatu perusahaan kontraktor---salah satu kontraktor terbesar di dunia---untuk konstruksi besar atau projek mega. "Dulu istilahnya sipil basah, berkaitan dengan pelabuhan, membangun terusan, berhubungan dengan air. 

Sementara magang, saya mendaftarkan ke Sekolah tinggi Teknik Delft, TU Delft saat ini namanya". Frans tidak mengambil gelar di sekolah itu, tetapi mempelajari courses yang diberikan di TU Delft. 

Dari kisah ini, tampak Frans ingin go beyond, tak peduli pada gelar, tetapi lebih peduli pada kompetensi yang terpenting bagi karya dan renjananya. Ia mempelajari konstruksi-konstruksi beton, tertarik dengan gedung besar, jembatan panjang, dan pelabuhan.

 Dengan modal sarjana insinyur ITB kala itu dan tentu dengan semangatnya, TU Delft mengijinkannya mengambil beberapa courses di semester berapa pun. Satu hal yang sangat membumi adalah renjananya untuk terus mengikuti kuliah sembari magang bekerja, demi kecintaannya bagi Indonesia: "Saya tekun mengikuti kuliah dan mengambil ilmu itu untuk berguna bagi Indonesia. 

Saya ingin menguasai ilmunya, tidak pada ujiannya, saya tekuni, sampai rumah saya pelajari lagi, saya buat rekapnya. Setelah di Indonesia, menjadi panduan untuk bekerja".

Kemudian ketika kembali ke Indonesia, Frans muda diterima di PT Wijaya Karya (Wika). Pada tahun 1977 ia masuk dalam Wika Holding, kemudian diminta untuk mengembangkan bagian R & D dan diminta mengembangkan industri betonnya. Ia membangun Wika Beton pada tahun 1990-an akhir, persis renjananya. Berbagai produk beton ia kembangkan di tempat itu. Ia dipercaya menjadi kepala divisi beton.

Tahun 1990 ada lowongan direktur yang kosong di Wika: "Saya loncat jabatan dua jabatan untuk menjadi direktur"---tentu ini semakin menunjukkan kualitas leadership seorang Frans Sunito. Tanggung jawab yang ditugaskan padanya saat itu adalah posisi Direktur Keuangan yang menuntutnya untuk mempelajari hal baru.

Ia berprinsip: "Melalui belajar sambil bekerja, ikut kursus manajemen, itu bisa. Yang penting juga kita ketahui adalah common sense, logika, kalau kita punya logika maka ilmu kauangan pun bisa kita kuasai". Karirnya pada posisi direktur keuangan menggesernya beberapa tahun kemudian ke posisi direktur teknik di Wika.

"Selama 21 tahun di Wika saya pikir tidak akan berpindah. Pada suatu hari tahun 1998 saat krisis, saya dipanggil Pak Tanri Abeng, menteri BUMN kala itu". Frans Sunito dengan rekam jejaknya di Wika dianggap telah sukses mengembangkan Wika. Seminggu setelah panggilan Bapak Menteri, ia diberi amanat menjadi menjadi Direktur Pengembangan PT Jasa Marga. 

Saat itu, Jasa Marga mengelola jalan tol dengan cara yang masih sangat konservatif. Bagi Frans, pekerjaan ini kurang menantang dibandingkan pekerjaannya di Wika. Tetapi karena jalan tol milik negara, ia kembali mengingat tekadnya untuk berguna bagi Indonesia. Frans menyebutkan tantangan di Jasa Marga adalah masalah politis. 

Sebagai contoh nyata, di tahun 2006 ia ditunjuk sebagai direktur utama Jasa Marga; pada saat itu lumpur Lapindo meledak di Sidoarjo. "Saat itu saya dilapori jalan tol dibanjiri lumpur. Potongan jalan dari Surabaya ke Pasuruan; sebagian jalan tol dipasangi tanggul dan lumpur di kanan kiri kita ketika itu telah setinggi lima meter", Pak Frans harus mengambil keputusan yang mengutamakan keselamatan manusia. "Akhirnya saya perintahkan jalan itu ditutup. 

Tentu terjadi masalah keributan dari berbagai pihak. Dan benar, satu minggu setelah itu tanggul roboh karena lumpur". Jalur jalan tol Sidoarjo adalah jalur ekonomi yang amat penting, tentu keputusan sebagai dirut tidaklah mudah apalagi warna politik kala itu sangat kental. Bagi Frans, keselamatan manusia adalah prinsip utama di jalan raya. Tak ada korban jiwa bila penutupan segera diambil, sebaliknya jika Frans kala itu bimbang, maka sangat mungkin hal terburuk bakal terjadi.

Transformasi pengelolaan jalan tol juga dilakukan oleh Frans Sunito. Perubahan sistem pembayaran dalam bentuk elektronik tentu memberikan beragam tantangan di lapangan. Tetapi Pak Frans berprinsip transformasi perlu tetap dijalankan: "Jangan ditunda, perlu dicoba", ujarnya.

Tahun 2012, Frans Sunito memasuki usia pensiun dari Jasa Marga. Setahun sebelum itu, CEO Jaya Group Bapak Tisna Muliadi memintanya agar bergabung sebagai bagian dari Jaya Group. Pada mulanya Frans Sunito diminta sebagai komisaris PT Jaya Ancol. 

Kemudian selanjutnya ia diminta mengelola Jaya Toll Develoment (JTD) sampai jalan tol seksi pertama Polo Gebang -- Kelapa Gading selesai diresmikan tahun 2021. Selesainya jalan tol Seksi A ini menjadi legacy seorang Frans Sunito. Kemudian ia pensiun dari JTD tanggal 30 September 2021 dan sehari setelah itu mengabdikan diri sebagai Presiden Universitas Pembangunan Jaya.

Sangat lengkaplah perjalanan seorang Frans Sunito. Pada usia senior dengan segudang pengalaman, pemikiran, dan jejaring; ia kembali ke jejak semulanya: pendidikan tinggi. 

Semoga seluruh jejak langkahnya membawa dampak substansial bagi pengembangan pendidikan tinggi. Semoga rekam karyanya menjadi dorongan maju yang kuat bagi warga akademik termasuk para muda Indonesia. Tekadnya ketika mengawali jabatan terbarunya ini: "Menjadi jembatan kolaborator antara universitas dengan dunia bisnis dan industri bagi perkembangan mahasiswa dan universitas". Selamat melengkapi karya dan kisah Anda, Bapak Frans Sunito!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun