Mohon tunggu...
Elisabet Dyah Kusuma
Elisabet Dyah Kusuma Mohon Tunggu... Guru - teacher

Berawal dari Hobi semoga Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orangtua Sejati Bukan Ambisi tapi Dedikasi

27 Maret 2019   12:36 Diperbarui: 27 Maret 2019   14:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki anak adalah dambaan setiap insan manusia karena anak adalah karunia Tuhan. Anak menjadi sumber kebahagiaan dan sukacita bagi keluarga terutama kedua orangtuanya. 

Menjadi orangtua pun bukan perkara yang mudah, banyak hal yang harus dilakukan karena orangtua adalah wakil Allah di dunia. Oleh sebab itu, orangtua memiliki kewajiban untuk membimbing anak secaratotalitas. 

Mindset orangtua harus di refresh bahwa orangtua tidak boleh hanya sibuk bekerja untuk menyediakan fasilitas terbaik bagi anak saja namun yang terutama adalah selalu menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, dan kebiasakan baik bagi anak agar anak dapat tumbuh berkembang sebagai pribadi yang utuh, berkarakter.

Memiliki anak adalah dambaan setiap insan manusia karena anak adalah karunia Tuhan. Anak menjadi sumber kebahagiaan dan sukacita bagi keluarga terutama kedua orangtuanya. 

Menjadi orangtua pun bukan perkara yang mudah, banyak hal yang harus dilakukan karena orangtua adalah wakil Allah di dunia. Oleh sebab itu,orangtua memiliki kewajiban untuk membimbing anak secara totalitas. 

Mindset orangtua harus di refresh bahwa orangtua tidak boleh hanya sibuk bekerja untuk menyediakan fasilitas terbaik bagi anak saja namun yang terutama adalah selalu menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, dan kebiasakan baik bagi anak agar anak dapat tumbuh berkembang sebagai pribadi yang utuh,berkarakter, dan berkualitas baik secara manusiawi maupun rohani. 

Di sinilah perlu disadari bahwa peran orangtua sangat besar pengaruhnya bagi tumbuh kembang anak sebab anak adalah salinan atau fotocopy orang tuanya. Peran orangtua tidak dapat digantikan oleh siapapun karena orangtua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. 

Tanggung jawab mendidik mutlak dimiliki oleh orangtua sebagai guru bagi anak-anak dalam keluarga. Jika ia dididik dengan kekerasan maka ia akan tumbuh menjadi pribadi pendendam, jika ia dididik dengan cinta maka ia akan menjadi pribadi yang pemurah dan setia. Seperti pepatah "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" yang bermakna bahwa perilaku anak merupakan hasil dari keteladanan orangtuanya.

Keteladanan dalam keluarga dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur. Pertama-tama dalam keluarga, anak-anak harus belajar mempraktekkan nilai-nilai luhur dalam keseharian hidup mereka. Melalui contoh keteladan konkret dari orangtua maka anak akan semakin diyakinkan akan kebenaran dan pentingnya nilai-nilai itu dalam kehidupan bersama, sehingga mendorong mereka untuk memperjuangkan nilai -- nilai yang baik tersebut. 

Sebagai contoh orangtua mengajarkan kepada anak- anak untuk bersikap jujur atau tidak berbohong kepada orang lain. Penanaman nilai kejujuran ini akan dengan mudah diterima dan dihayati oleh anak kalau orangtua menunjukkan sikap dan keteladanan kejujuran dalam kehidupan mereka. Bila sikap itu ditunjukkan oleh orangtua maka tidak akan sulit untuk menuntut atau mengharapkan anak bersikap jujur. 

Teladan dari orangtua menjadi unsur yang sangat penting dalam penanaman atau pengajaran nilai-nilai/ keutamaan-keutamaan kepada anak-anak mereka. Jadi, sikap dan kebiasaan dari orangtua akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan perilaku seorang anak. 

Oleh karena itu, orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama hendaknya memberikan keteladanan yang baik untuk anak dalam hal sikap, kebiasaan, tutur kata/kesopanaan sejak kecil agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkualitas bagi Tuhan, masyarakat, bangsa, dan negara.

Seringkali para orangtua kurang menyadari bahwa anak-anak meniru apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, orangtua selalu mengharuskan anak bersikap baik, ramah, dan sopan tapi orangtuanya tidak melakukan hal demikian, misalnya ada orangtua yang marah-marah kepada orang lain di depan anaknya sehingga anak akan meniru orangtuanya. 

Anak diharusnya untuk taat aturan namun saat mengantarkan anak ke sekolah, waktu di lampu lalu lintas ada orangtua yang justru melanggarnya. Bagaimana anak akan taat aturan kalau orangtua sebagai teladan saja melakukan hal yang tidak baik pastinya anak akan meniru karena anak selalu merekam setiap perilaku yang dilihatnya terutama perilaku orang tuanya sendiri. 

Hal inilah yang menjadi keprihatinan dan refleksi kita bersama bahwa apabila ada anak yang usil, mudah marah, pembangkan bukan karena faktor anak semata tetapi bisa saja karena pengaruh orangtua yang kurang baik, orangtua kurang memperhatikan anak karena sibuk bekerja ataupun kurang memberikan contoh keteladanan baik bagi anak. Anak diharuskan pintar akademis, orangtua berambisi agar anak menjadi hebat dan juara namun tidak memiliki dedikasi untuk memberikan keteladanan baik bagi anak.

Keteladanan bisa dimulai di rumah dengan mengajak anak doa bersama, saling memberikan tanda salib saat berpamitan untuk menumbuhkan iman anak ataupun menyisihkan uang saku untuk kolekte agar mengajarkan anak akan berbagi. 

Saat di sekolah peran orangtua memang digantikan sementara oleh guru namun yang terutama tetap orangtua. Guru hanya menjadi wakil sementara di sekolah, tanggung jawab sepenuhnya adalah orangtua. Kerja sama yang baik antara guru dan orangtua tentunya akan berdampak positif bagi kemajuan anak dan berkualitas baik secara manusiawi maupun rohani. 

Disinilah perlu disadari bahwa peran orangtua sangat besar pengaruhnya bagi tumbuh kembang anak sebab anak adalah salinan atau fotocopy orang tuanya. 

Peran orangtua tidak dapat digantikan oleh siapapun karena orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tanggung jawab mendidik mutlak dimiliki oleh orangtua sebagai guru bagi anak-anak dalam keluarga. 

Jika ia dididik dengan kekerasan maka ia akan tumbuh menjadi pribadi pendendam, jika ia dididik dengan cinta maka ia akan menjadi pribadi yang pemurah dan setia. Seperti pepatah "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" yang bermakna bahwa perilaku anak merupakan hasil dari keteladanan orangtuanya.

Keteladanan dalam keluarga dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur. Pertama-tama dalam keluarga, anak-anak harus belajar mempraktekkan nilai-nilai luhur dalam keseharian hidup mereka. Melalui contoh keteladan konkret dari orangtua maka anak akan semakin diyakinkan akan kebenaran dan pentingnya nilai-nilai itu dalam kehidupan bersama, sehingga mendorong mereka untuk memperjuangkan nilai -- nilai yang baik tersebut. 

Sebagai contoh orangtua mengajarkan kepada anak- anak untuk bersikap jujur atau tidak berbohong kepada orang lain. Penanaman nilai kejujuran ini akan dengan mudah diterima dan dihayati oleh anak kalau orangtua menunjukkan sikap dan keteladanan kejujuran dalam kehidupan mereka. 

Bila sikap itu ditunjukkan oleh orangtua maka tidak akan sulit untuk menuntut atau mengharapkan anak bersikap jujur. Teladan dari orangtua menjadi unsur yang sangat penting dalam penanaman atau pengajaran nilai-nilai/ keutamaan-keutamaan kepada anak-anak mereka. 

Jadi, sikap dan kebiasaan dari orangtua akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan perilaku seorang anak. Oleh karena itu, orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama hendaknya memberikan keteladanan yang baik untuk anak dalam hal sikap, kebiasaan, tutur kata/kesopanaan sejak kecil agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkualitas bagi Tuhan, masyarakat, bangsa, dan negara.

Seringkali para orangtua kurang menyadari bahwa anak-anak meniru apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, orangtua selalu mengharuskan anak bersikap baik, ramah, dan sopan tapi orangtuanya tidak melakukan hal demikian, misalnya ada orangtua yang marah-marah kepada orang lain di depan anaknya sehingga anak akan meniru orangtuanya. 

Anak diharusnya untuk taat aturan namun saat mengantarkan anak ke sekolah,waktu di lampu lalu lintas ada orangtua yang justru melanggarnya. Bagaimana anak akan taat aturan kalau orangtua sebagai teladan saja melakukan hal yang tidak baik pastinya anak akan meniru karena anak selalu merekam setiap perilaku yang dilihatnya terutama perilaku orangtuanya sendiri. 

Hal inilah yang menjadi keprihatinan dan refleksi kita bersama bahwa apabila ada anak yang usil, mudah marah, pembangkan bukan karena faktor anak semata tetapi bisa saja karena pengaruh oran tua yang kurang baik, orangtua kurang memperhatikan anak karena sibuk bekerja ataupun kurang memberikan contoh keteladanan baik bagi anak. Anak diharuskan pintar akademis, orangtua berambisi agar anak menjadi hebat dan juara namun tidak memiliki dedikasi untuk memberikan keteladanan baik bagi anak.

Keteladanan bisa dimulai di rumah dengan mengajak anak doa bersama, saling memberikan tanda salib saat berpamitan untuk menumbuhkan iman anak ataupun menyisihkan uang saku untuk kolekte agar mengajarkan anak akan berbagi. 

Saat di sekolah peran orangtua memang digantikan sementara oleh guru namun yang terutama tetap orangtua. Guru hanya menjadi wakil sementara di sekolah, tanggung jawab sepenuhnya adalah orangtua. Kerja sama yang baik antara guru dan orangtua tentunya akan berdampak positif bagi kemajuan anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun