Film pertama yaitu Moon Rock For Monday. Karya sutradara Kurt Martin yang bergenre drama dan mengisahkan tentang petualangan Monday dan Tyler yang akan pergi ke suatu tempat bernama Moon Rock.
Monday adalah seorang anak berumur 9 tahun yang tidak sekolah seperti anak pada umumnya. Dia hanya diajari oleh ayahnya dirumahnya. Tyler diceritakan sebagai anak laki-laki jalanan berumur 16 tahun. Mereka bertemu secara tidak sengaja.Â
Sampailah mereka menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Tapi pada akhirnya mereka harus terpisah. Tyler dipenjara. Dan beberapa bulan kemudian Monday meninggal karena sakit imun yang dialaminya.
Lanjut di film kedua, Humba Dreams judulnya. Merupakan film Indonesia yang diproduksi oleh Miles Film, dan karya sutradara Riri Riza.Â
Film ini mengisahkan tentang seorang laki-laki dari Jakarta bernama Marthin (J. S. Khairen) yang sedang libur kuliah dan pergi ke kampung halamannya, yaitu Sumba. Ia mendapatkan mandat untuk memutar film dari ayahnya yang sudah meninggal, didepan  keluarga maupun tetangga-tetangganya di kampung.
Ada sedikit bumbu roman di film ini. Sementara dalam pencarian bagaimana caranya agar Marthin bisa memutar film ayahnya, dia bertemu dengan wanita bernama Ana (Ully Triani).
Saya sangat suka film ini. Sinematografinya bagus, cara pengambilan gambarnya bagus, musik pengiringnya juga bagus. Pun film ini banyak menampilkan sisi budaya Indonesia yang kaya dan indah.
Tibalah di film ketiga, film terakhir yang saya tonton. Yang berjudul The Drover’s Wife: The Legend of Molly Johnson, disutradarai oleh Leah Purcell.
Berkisah tentang Molly Johnson yang sedang hamil, dan juga menjaga anak-anaknya yang masih kecil. Lalu bertemulah dia dengan Yadaka. Yang membantunya untuk melahirkan.
Sekian pengalaman saya menonton film pada Festival Sinema Australia Indonesia 2023 ini. Semoga akan lahir karya-karya baru anak Bangsa lainnya dan dapat berkiprah di kancah Internasional.