Mohon tunggu...
Elisa Puspitasari
Elisa Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Halo

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insomnia pada Lansia

21 November 2023   12:20 Diperbarui: 21 November 2023   12:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

  • Definisi Lansia

Penuaan yang disebut juga dengan usia tua adalah suatu proses penuaan alami yang disertai dengan penurunan fungsi atau kondisi fisik, psikis, atau sosial. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah kesehatan umum dan kesehatan mental pada lansia(Biahimo & Gobel, 2021). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2021 sebanyak 29,3 juta orang. Jumlah tersebut setara dengan 10,82% total penduduk Indonesia.

Tujuan utama perawatan lansia adalah menjaga kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit atau gangguan kesehatan serta mampu menjaga kesehatan melalui aktivitas fisik sesuai kemampuannya dan dengan didukung oleh kesehatan jiwa yang dapat didukung oleh keluarga. , anak-anak dan pasangan.Pelayanan lansia melibatkan tenaga medis yang bersifat interdisipliner dengan harapan lansia dapat meningkatkan mutu pelayanan medis. Kualitas hidup lanjut usia merupakan suatu kondisi yang mendukung aktivitas sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan (Ningsih & Wibowo, 2018).

1. Kesehatan jasmani, yaitu keterbatasan atau kemampuan lansia dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kondisi fisik seperti tingkat nyeri pada daerah tulang, didukung dengan mengandalkan pengobatan untuk meningkatkan kemampuan kerja serta istirahat dan tidur.

2. Psikologis, meliputi citra, penampilan, emosi negatif dan positif, harga diri, kepercayaan diri, perhatian, sehingga lansia mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya dan kurangnya dukungan dari keluarga, anak dan cucu, hal ini menurunkan harga diri – rasa hormat dari orang tua. , tidak merasa dihargai dan akan menjadi kelemahan kemampuan lansia dalam mengurus dirinya sendiri.

3. Hubungan sosial, berupa kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan kelompok lain, kemampuan lansia dalam berinteraksi dengan masyarakat akan membantu lansia menjadi sangat produktif dalam integrasi sosial masyarakat, begitu pula sebaliknya jika lansia dianggap remeh. dan lemah oleh orang dewasa, hal ini akan menimbulkan konsekuensi psikologis dan sosial.

4. Lingkungan Hidup, berkaitan erat dengan sumber-sumber pendukung seperti jaminan sosial, kesehatan, perekonomian, keamanan, lingkungan fisik dan ketersediaan transportasi. Orang dewasa akan membantu lansia jika lansia muncul sendirian, jika lansia merasa bingung karena bisa saja lansia mengalami gangguan fungsi

  • Masalah lanjut usia

Gangguan jiwa yang sering dijumpai pada lansia adalah kecemasan. Kecemasan merupakan respons psikologis terhadap ketegangan mental yang cemas dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau kurangnya rasa aman. Perasaan cemas ini menimbulkan berbagai gejala fisiologis (gemetar, berkeringat, kerja jantung meningkat) dan gejala psikologis (panik, tegang, bingung, tidak mampu berkonsentrasi)(Sincihu et al., 2018). Kecemasan merupakan suatu hal yang wajar dialami setiap manusia, sehingga perasaan ini dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan perasaan umum, dimana seseorang merasa takut atau kehilangan rasa percaya diri yang tidak jelas asal usulnya atau bentuknya (Dariah dan Okatiranti, 2015; Fergus dkk, 2010).

Menurunnya fungsi fisiologis lansia mungkin berkaitan dengan permasalahan terkait otonomi lansia dalam menjaga kesehatannya. Permasalahan lanjut usia antara lain imobilitas, ketidakstabilan, disabilitas intelektual, kemunduran, inkontinensia, isolasi, ketidakberdayaan, imunodefisiensi, infeksi, kelaparan, gangguan pendengaran, insomnia, gangguan yang disebabkan oleh dokter.

  • Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur yang biasanya menyerang tidur tahap 4 NREM. Keluhan insomnia mencakup ketidakmampuan untuk tertidur, seringkali terbangun, ketidakmampuan untuk melanjutkan tidur, serta terbangun lebih awal (Damayanti & Hadiati, 2019).

Dampak tersebut antara lain kerusakan sistem kekebalan tubuh, jumlah sel darah putih, fungsi otak, dan perubahan jantung. Selain itu, dampak insomnia juga dapat mempengaruhi mood, kognitif, kelelahan serta memperlambat pemulihan dan pemulihan penyakit. Dampak buruk insomnia dapat menurunkan kualitas hidup orang lanjut usia (Februanti et al., 2019). Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan berkurangnya keinginan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.

Pada penelitian (Sincihu et al., 2018) Masyarakat berusia 60 hingga 74 tahun (79,1%) merespons lebih banyak dibandingkan mereka yang berusia 75 hingga 90 tahun (20,9%), karena usia lanjut seringkali membuat mereka lebih memilih berdiam diri di rumah dibandingkan beraktivitas di luar. rumah dan adanya faktor lain, termasuk kematian. Selain itu, terdapat lebih banyak perempuan lanjut usia (72,1%) dibandingkan laki-laki (27,9%) karena laki-laki lanjut usia cenderung bekerja pada saat penelitian dilakukan, hal ini sejalan dengan karakteristik status pekerjaan. bekerja, khususnya lansia yang tidak mempunyai pekerjaan. bekerja lebih lama. 

Sebanyak 79,1% lainnya, meskipun masih ada sebagian lanjut usia (20,9%) yang memilih bekerja karena tidak terbiasa menganggur di rumah dan juga takut jika tidak bekerja lagi akan mudah menjadi tua. lemah, bahkan saat bekerja. dengan keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. hari. Beberapa lansia yang tidak khawatir adalah mereka yang sudah berserah diri kepada Tuhan dan lebih banyak menghabiskan waktu menikmati sisa hidupnya melalui berkebun dan melakukan hobi, mengunjungi anak-anak, bermain bersama, berkumpul dengan cucu dan mengikuti organisasi desa seperti Posyandu lansia dan Senam lansia (Damayanti & Hadiati, 2019)

  • Penanganan pada Lansia dengan Insomnia

Metode yang dapat digunakan untuk memperbaiki masalah kualitas tidur antara lain dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan obat yang paling umum digunakan dan dianggap efektif adalah obat tidur, yang jika digunakan terus menerus dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan terapi nonfarmakologis untuk mengatasi gangguan tidur antara lain terapi manajemen tidur, psikoterapi, dan terapi relaksasi. Terapi manajemen tidur bertujuan untuk menyelaraskan jadwal tidur pasien dengan ritme tidur sirkadian normalnya, dan pasien harus disiplin dalam menghormati jadwal tidurnya. Psikoterapi bertujuan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stres berat yang berujung pada sulit tidur. Terapi relaksasi dapat dilakukan melalui relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif, latihan pasrah, terapi musik, dan aromaterapi (Mastiur Napitupulu, 2019).  Aromaterapi bekerja dengan menstimulasi neuron penciuman dan mempengaruhi fungsi sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan nyaman. Melalui perasaan rileks inilah tingkat stres atau depresi seseorang akan menurun dan tingkat insomnia akan berkurang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh, para ahli medis menunjukkan bahwa hal itu bagus  dapat digunakan sebagai obat. Bahkan dengan melakukan terapi musik, dapat meningkatkan mood, Menurunkan tekanan darah, menyembuhkan insomnia. Musik yang Anda dengarkan bukanlah musik yang berisik, tapi musik yang menenangkan jiwa. musik memiliki tiga bagian penting: ritme, ritme dan harmoni. Milik mereka ritme mempengaruhi tubuh, mereka ritme mempengaruhi jiwa, dan harmoninya mempengaruhi jiwa. Terapi musik menggunakan musik secara efektif dengan komposisi yang tepat antara ketukan, ritme, dan keselarasan disesuaikan dengan tujuannya (Depira Elza Nada1, Meynur Rohmah2, 2022).

Daftar Pustaka

Biahimo, N. U. I., & Gobel, I. A. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Desa Kaidundu Kecamatan Bulawa Kabupaten Bone Bolango. Zaitun (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1), 916. https://doi.org/10.31314/zijk.v9i1.1115

Damayanti, N., & Hadiati, T. (2019). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Tingkat Insomnia Lansia. 8(4), 1210–1216.

Depira Elza Nada1, Meynur Rohmah2, Z. M. S. (2022). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Dengan Insomnia Tahun 2021. Nusantara Hasana Journal, 1(11), 22–32. http://nusantarahasanajournal.com/index.php/nhj/article/view/279

Februanti, S., Hartono, D., & Cahyati, A. (2019). Penyakit Fisik dan Lingkungan terhadap Insomnia bagi Lanjut Usia. Quality : Jurnal Kesehatan, 13(1), 1–4. https://doi.org/10.36082/qjk.v13i1.51

Mastiur Napitupulu, S. (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Lansia Penderita Insomnia. 4(2), 70–75.

Ningsih, W. A., & Wibowo, A. D. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Puncu Kabupaten Kediri. Jurnal Iklkes (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1), 79. http://ilkeskh.org/index.php/ilkes/article/view/70/51

Sincihu, Y., Daeng, B. H., Yola, P., Kedokteran, F., Katolik, U., & Mandala, W. (2018). Hubungan Kecemasan dengan Derajat Insomnia pada Lansia The Relationship Anxiety with Degree of Insomnia in the Elderly. 2071(1), 15–30.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun