Mohon tunggu...
Elisa Triwiyatsih
Elisa Triwiyatsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Entusiast || Alumni Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta

Saya sangat menyukai bidang pendidikan dan menulis. Saya memiliki beberapa buku yang telah diterbitkan oleh beberapa penerbit, salah satunya Novel berjudul SMK (Sekolah Menengah Kejombloan) yang diterbitkan oleh Guepedia. Selain itu, saya juga senang membuat konten-konten edukasi di media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

5 Tips Agar Tak Menjadi Toxic Parents

9 Juni 2022   22:01 Diperbarui: 9 Juni 2022   22:08 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sharing Session dari Bunda Wening, Konselor Parenting di Masjid Muslim United Yogyakarta (25/03/2022). Dokpri

Sebaiknya jangan sekali-kali kita menuntut anak untuk berubah namun kita tak mau berubah terlebih dahulu. Jika kita ingin mengubah mereka, maka kita harus mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu dan dengan sabar memberikan contoh atau teladan yang baik bagi mereka. Dengan begitu, lambat laun anak pasti juga akan meniru perubahan yang kita lakukan. 

3. Hindari Intruksi, Perbanyak Diskusi

Membiasakan anak untuk berdiskusi tentu dapat berdampak positif bagi masa depan anak karena mereka menjadi terbiasa untuk menyampaikan pendapat, tidak merasa tertekan atau stress, menumbuhkan kreatifitas dan skill berfikir kritis, serta tentunya mereka merasa sangat dihargai. 

Contoh yang diberikan Bunda Wening yaitu misal ketika anak kita lupa membawa bukunya ke sekolahan kemudian dihukum oleh gurunya, maka sebaiknya tidak langsung memarahi anak dan menyuruh mereka untuk lebih disiplin. 

Memberikan pertanyaan pada mereka untuk mengambil pelajaran dari kejadian itu tentu lebih bermanfaat daripada memarahi dan memberikan intruksi. Misalnya memberikan pertanyaam "Oalah tadi di hukum ya? Terus kalau gitu lain waktu mau harus gimana?", dan pertanyaan-pertanyaan sejenisnya yang dapat menstimulus mereka untuk berfikir pelajaran apa yang bisa diambil dari setiap kejadian. 

Selain itu, perbanyak diskusi dengan memahami dan mencari tahu tentang dunia mereka juga sangat penting untuk bounding dengan mereka. Kata Bunda Wening, "Kalau kita deket, boundingnya kuat, nasihat bakal kerasa senikmat cokelat" :D

4. Mengajarkan Manajemen Emosi

Mengajarkan manajemen emosi pada anak tentu dapat dilakukan sesuai dengan usia dan kondisi anak tersebut. Misalnya, ketika ada seorang anak yang memang pendiam dan relatif tak pernah menampakkan emosinya di hadapan orang lain, sebagai orang tua kita dapat mencoba mengajari mereka untuk menyampaikan emosinya melalui games, seperti dinding emoticon. 

Dinding emoticon itu maksudnya, ada beberapa kotak yang bergambarkan emoticon-emoticon di luarnya, kemudian anak diminta untuk mengisinya setiap hari. 

Misalnya, jika hari itu mereka sedih, mereka diminta untuk memasukkan emoticon sedih ke kotak emoticon sedih pula, begitupun dengan emoticon-emoticon dan emosi-emosi lainnya. Dengan begitu, secara perlahan anak akan lebih mudah memahami emosinya dan dapat mencurahkan melalui emoticon tersebut. 

5. Pahami Resolusi Konflik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun