Mohon tunggu...
ELIS LESIYANI DWI P
ELIS LESIYANI DWI P Mohon Tunggu... -

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mahasiswa BKI Juga Harus Melek Media

3 November 2015   06:53 Diperbarui: 3 November 2015   07:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama tiga hari berturut-turut, seluruh mahasiswa yang berada dibawah naungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi melakukan workshop pengembangan kompetensi fakultas. Workshop ini diadakan dari tanggal 29-31 Oktober 2015 di ruang rapat lantai II Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Workshop ini diikuti oleh sekitar 40 mahasiswa yang berasal dari masing-masing jurusan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam), BKI (Bimbingan dan Konseling Islam, MD (Manajemen Dakwah), IKS (Ilmu Kesejahteraan Sosial) dan PMI (Pengembangan Masyarakat Islam).

Dalam kesempatan workshop kali ini, pembahasan materi memang lebih difokuskan pada kompetensi kefakultasan. Workshop kompetensi profesional fakultas “Dakwah in Action” dengan Tema pengembangan metode dakwah melalui media komunikasi kreatif memang menuntut para pesertanya untuk dapat memahami tekhnik-tekhnik dakwah melalui media, begitupun dengan mahasiswa jurusan BKI.

Workshop kali ini diisi oleh kurang lebih 14 narasumber. Kesemuanya berasal dari bidang kompetensi yang berbeda-beda namun saling berkaitan. Narasumber-narasumber tersebut diantaranya berasal dari para Dosen yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing, penyiar radio, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), Adi TV, NET TV, Photographer, dan masih banyak lagi.

Pertama-tama kami mendapatkan materi mengenai proses dibalik iklan dan sinetron yang disampaikan oleh narasumber dari Adi TV, Mas Fajar. Beliau menjelaskan bahwa dalam pembuatan kedua feature ini kita harus berfikir kreatif. Menurutnya, berfikir kreatif itu berarti berfikir secara konvergen. Maksudnya adalah, kita harus mempunyai satu pertanyaan yang hanya memiliki satu jawaban, hal tersebut tentu saja agar feature yang kita suguhkan menjadi unik dan menjadi daya tarik tersendiri bagi yang menontonnya.

Selanjutnya, kami belajar mengenai proses dibalik siaran radio. Kemudian kami juga diberikan penjelasan mengenai kode etik yang diberlakukan oleh KPI bagi seluruh pelaku Broadcasting yang telah mendapatkan izin untuk tayang di Indonesia. Kemudian pada hari terakhir, kami juga mendapatkan ilmu seputar photography, kami belajar mengenai bagaimana cara kita mengambil suatu gambar agar kita dapat berbicara melalui gambar tersebut. Sebelumnya, kami juga mendapatkan materi mengenai editing video.

Hal yang tidak kalah menarik adalah ketika kami mendapatkan materi dari NET TV. Dari NET TV, ada 2 orang yang memberikan pengetahuannya kepada kami. Pertama adalah mbak Tri Utami yang merupakan alumni dari FDK sendiri, beliau sekarang bekerja sebagai PA (Production Assistent) pada acara Sarah Sechan di NET TV. Menurutnya, “dalam dunia broadcast, siapa saja boleh memasukinya tidak terkecuali jurusan BKI. Jika seseorang yang berasal dari jurusan KPI kemudian ia menjadi seorang broadcast itu adalah hal yang biasa, namun ketika ada jurusan non KPI yang berhasil menjadi seorang broadcast, maka barulah itu luar biasa”.

Selanjutnya, pihak NET TV yang berbagi ilmunya kepada kami adalah Bapak Hadiyatullah. Beliau merupakan content creator di NET TV. Beliau juga merupakan kerabat dekat Cak Nun. Sebelumnya, beliau pernah bekerja sebagai produser pada acara makan besar di Trans Tv. Menurutnya, “Dakwah itu Branding, sehingga harus mampu meracuni orang-orang yang menyimaknya, dan juga harus bisa membuat orang ketagihan untuk menyimaknya”. Beliau mengatakan bahwa sebuah acara yang akan dibuat haruslah mempunyai konten yang bermutu, dalam hal ini mengenai tekhnik tentulah orang-orang KPI jagonya, namun mengenai konten, belum tentu mereka memahami. Sehingga jelaslah sangat perlu orang-orang yang berkompeten, yang memahami konten sehingga suatu acara tersebut layak untuk dipertontonkan.

Beliau juga mengatakan, bahwa pada jaman sekarang ini jika ingin menjadi orang yang terkenal bukanlah perkara yang sulit “sekarang sudah jamannya digital, anda ingin terkenal? Tinggal upload saja video unik anda di youtube dengan konten yang menarik sehingga disukai oleh orang banyak, maka tidak usah anda mencari TV untuk menayangkan keunikan anda tersebut, namun TV tersebutlah yang akan mencari-cari anda”. Pungkasnya. Artinya jelas, bahwa jika kita ingin dikenal oleh banyak orang maka kita harus memiliki keunikan dalam diri kita, kita harus mempunyai ide untuk menciptakan konten yang menarik. Konten tersebut terdiri dari feature News, Drama, Komedi, Reality show, dan lain sebagainya. Beliau juga menunjukan sebuah video mengenai perkembangan media visual mulai dari TV Nasional TVRI hingga bermunculan Tv-Tv swasta lainnya.

Jujur saja, selama mengikuti workshop ini saya belum dapat menarik benang merahnya. Belum dapat menarik korelasi antara kompetensi kefakultasan dengan jurusan BKI. Seperti yang telah kita ketahui, selama ini mahasiwa BKI hanya belajar mengenai Klien, mengenai layanannya, pendekatannya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan konseling.

Namun demikian, saya sangat bersyukur bisa menjadi salah satu bagian dari workshop ini. Workshop ini benar-benar memberikan pengetahuan baru kepada saya yang tidak pernah saya dapatkan selama dikelas. Saya sebagai mahasiswa BKI yang dulunya kurang menyadari arti pentingnya Media, sekarang lebih membuka mata dan lebih membuka wawasan baru.

Meskipun media tidak berkaitan langsung dengan proses konseling, namun Media memiliki peranan penting dalam proses konseling. Seperti pada contohnya, jika ada anak yang mengalami suatu kenakalan (misalnya) freesex, maka kita harus mengetahui penyebabnya. Misalkan, penyebabnya itu apakah berasal dari tayangan media yang tak mendidik atau bahkan tidak layak ditonton atau bukan. Sehingga kita sebagai para calon konselor mampu memberikan bantuannya secara tepat dan cepat. Kita juga harus bisa kritis terhadap konten yang disiarkan oleh televisi, media online atau radio.

Meskipun secara tekhnik mahasiswa BKI kurang berkompeten, namun dalam hal konten, tentulah akan lebih mengerti. Jika pak Muhsin dalam salah satu komentar facebooknya mengatakan bahwa mahasiswa BKI harus sadar membaca, sadar menulis dan sadar mendokumentasikan, maka saya akan menambahkan satu lagi yaitu Mahasiswa BKI harus sadar akan media. Tidak ada ruginya belajar media, karena zaman semakin hari semakin maju maka kita harus bisa melek akan media ini. Melalui media maka pandangan kita tidak akan hanya berjalan ditempat, akan jauh memandang perkembangan dunia. Melalui media kita tingkatkan lagi proses bimbingan dan konseling agar tercipta masyarakat yang beradab dan bermartabat tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun