Permentan Nomor 64 Tahun 2013" tentang Sistem Pertanian Organik Peraturan Menteri Pertanian ini sangat relevan untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Dengan adanya sistem yang jelas, konsumen dapat lebih percaya pada produk organik, dan petani memiliki panduan untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga bagi lingkungan dan perekonomian lokal.
Inisiatif ini memberikan solusi bagi petani untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah secara mandiri. Meskipun hasil awal menunjukkan potensi yang baik, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan kualitas pupuk dan memperluas aplikasinya di berbagai jenis tanaman.
Trichokompos adalah pupuk organik yang terbuat dari Trichoderma sp. dan kompos, yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan penyakit tanaman tular tanah. Penggunaan limbah kotoran sapi sebagai bahan dasar pupuk ini tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah.
Secara keseluruhan, trichokompos adalah langkah positif menuju pertanian yang lebih ramah lingkungan dan dapat menjadi model bagi praktik pertanian lainnya. Dukungan lebih lanjut untuk produksi dan penelitian pupuk ini sangat diperlukan untuk memaksimalkan manfaatnya bagi petani dan ekosistem.
Pembuatan trichokompos bukan hanya langkah cerdas dalam memanfaatkan limbah ternak, tetapi juga merupakan solusi berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi seperti Trichoderma, petani dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan menjaga kesehatan lingkungan. Upaya ini sangat relevan mengingat tantangan pertanian modern yang memerlukan solusi inovatif dan ramah lingkungan.
Menurut penjelasan di Cybext Kementerian Pertanian, trichokompos berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan pH tanah, dan mengendalikan hama serta penyakit tanaman, Berdasarkan uji laboratorium, trichokompos dari bahan organik kotoran sapi mengandung unsur hara N 0,50 persen, p 0,28 persen, K 0,42 persen, Ca 1,035 ppm, Fe 958 ppm, Mn 147 ppm, Cu 4 ppm, dan Zn 25 ppm. Hal tersebut membuktikan bahwa pupuk hayati yang diperkaya jamur antagonis Trichoderma sp. dapat membantu menyediakan unsur hara untuk tanaman.
Lalu bagaimana cara Trichokompos bekerja sebagai biofertilizer atau pupuk organik dengan cara:
- Memperbaiki struktur tanah di sekitar perakaran tanaman dengan menguraikan zat-zat organik yang ada di dalam tanah.
- Meningkatkan pH pada tanah asam.
- Mengandung unsur hara makro dan mikro.
- Memudahkan pertumbuhan akar tanaman
Pembuatan trichokompos adalah langkah inovatif dalam mengelola limbah ternak dan meningkatkan kesehatan tanah. Dalam era pertanian berkelanjutan, memanfaatkan teknologi seperti Trichoderma tidak hanya membantu petani mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, tetapi juga menjaga ekosistem. Inisiatif ini seharusnya didorong lebih luas untuk meningkatkan produksi pertanian yang ramah lingkungan.
mamfaat trichokompos Sebagai decomposer/pengurai bahan organik, Mempercepat proses pelapukan/dekomposisi. Proses penguraian ini juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Trichokompos juga memiliki kemampuan untuk mencegah dan menjaga tanaman dari gangguan serangan jamur penyebab penyakit yang ditularkan melalui tanah. Diantara beberapa jenis Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian (Junyah et.al, 2022)
Pembuatan trichokompos diawali dengan pengomposan bahan organik seperti sisa tanaman. Cara pembuatan kompos cukup dengan mencampurkan bahan organik seperti jerami dengan EM4. Selanjutnya, tambahkan Trichoderma sp. pada pupuk kompos yang sudah matang. Lalu, tutup dengan terpal dan inkubasi atau diamkan selama kurang lebih 3 minggu.
Referensi :
Cybex.pertanian.go.id. (2019). Manfaat dan Cara Membuat Tricho Kompos.
- Isnaini, Junyah Leli, et al. (2022). "Aplikasi jamur trichoderma pada pembuatan trichokompos dan pemanfaatannya." Jurnal Aplikasi Teknologi Rekayasa dan Inovasi, 1(1), 58-63.
- Mariana, Mariana, et al. (2021). "Pelatihan Pembuatan Trichokompos Untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman Di Desa Banua Supanggal." Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul), 1(1), 160-165.
- Utami, Kartika Budi, & Ach Syamsuddin. (2021). "Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Nitrogen, Fosfor dan Kalium pada Pupuk Trichokompos." AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian, 20(2), 160-168.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Manfaat Trichokompos dan Cara Membuatnya", Klik untuk baca: https://agri.kompas.com/read/2023/06/03/122832584/simak-manfaat-trichokompos-dan-cara-membuatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H