Musik sudah seperti kopi bagi mereka yang menyukainya. Ada yang menikmatinya sembari berolahraga, tak sedikit pula yang menjadikan musik sebagai teman kerja. Saya termasuk orang yang menyisihkan waktu untuk memilih playlist lagu sebelum memulai rutinitas, entah itu menulis atau sekedar melakukan pekerjaan rumah tangga.Â
Industri musik di Indonesia sendiri didominasi oleh masyaraat pecinta dangdut, pop, dan pop/rock alternatif. Tak heran jika jenis musik tersebut terus bertahan dari tahun ke tahun. Saya sebagai penyuka musik pop cukup bersyukur bahwa hingga di tahun 2019 ini musik pop masih mengudara, baik di televisi, radio, atau aplikasi ponsel. Sayangnya, ada yang saya rindukan dari musik pop itu sendiri, yakni group band.Â
Group band yang saya maksud di sini adalah sekelompok musisi yang terdiri dari vokalis dan beberapa personil yang memainkan alat musik (seperti: gitaris, basis, drummer, keyboardis). Anggota group band bisa keseluruhan pria, keseluruhan wanita, atau campuran. Saya sendiri mengenal group band pertama kali saat masih SD, yaitu Base Jam dengan lagu dari album pertamanya yang bertajuk "Bermimpi".
Kadang kulihat layang-layang, yang mampu terbang tinggi
Namun sesekali goyah, dan ia jatuh lagi
Penggalan lirik mantul, lebih melekat dari hafalan RPUL.
Kesukaan saya terhadap group band sendiri sepertinya terpengaruh oleh radio kakak yang selalu diputar selama kami mengerjakan tugas sekolah. Maka beberapa group band pun sudah saya hafalkan liriknya meski saya masih berseragam merah putih. Sebut saja group band lain yang begitu melekat di ingatan seperti Padi, Sheila On 7, Dewa 19, Peter Pan, Naff, dan ADA Band.Â
Menginjak sekolah menengah, beberapa band baru pun muncul, seperti Kerispatih, D'Masiv, Andra and The Backbond, Drive, Cokelat, dan Seventeen. Pertumbuhan group band ini pun berangsur surut memasuki tahun 2010.Â
Keberlangsungan group band memang bisa dikatakan cukup menantang. Group band biasanya akan mulai mengalami penurunan eksistensi atau kepopuleran saat sang vokalis, yang menjadi icon, keluar untuk melakukan solo karier, seperti Anji "Drive". Alasan lain bisa juga terjadi saat ada ketidakcocokan antar pemain sehingga menyebabkan pecahnya suatu group band, seperti Peter Pan yang kini menggunakan nama Noah. Lika-liku group band tentu cukup berat mengingat ada beberapa personil di dalamnya.Â
Bahkan group band legendaris asal Jogja, Sheila On 7, juga sempat berganti personil sebab drummer Anton dan gitaris Sakti memilih keluar. Bersyukurlah kiprah Sheila On 7 masih saja mengundang banyak decak kagum dengan karyanya. Terbukti dengan lagu bertajuk "Film Favorit" di tahun 2018 lalu cukup sering diputar di radio-radio. Mungkin nasib SO7 ini akan berbeda jika yang keluar adalah sang vokalis Duta atau si pencipta lagu Erros, hehe.
Jujur saya merindukan hadirnya kembali group band. Meski banyak group band indie yang melakukan pertunjukan panggung di kota-kota tertentu, namun tak cukup tenar namanya layaknya group band masa lalu.Â
Terutama di tengah fenomena Korean wave dengan boyband dan girlband nya yang membanjiri tayangan televisi. Kulit putih, rambut warna-warni, menari ke sana kemari, berusaha memikat hati dengan dentaman musik yang hendak mengajak pendengarnya ikut menari.
Bukan pula saya kurang menghargai para penyanyi solo saat ini seperti Afgan, Tulus, Raisha dan Rizki Febian. Tidak, sungguh tidak. Mereka adalah penyanyi bersuara lembut yang mampu membawa romansa ingatan tertentu.Â
Tapi, saya hanya ingin mengutarakan rindu, pada sekelompok musisi yang berpenampilan unik dan memainkan alat musik, serta memiliki pentolan vokalis dengan suara khas. Tak cukup rindu ini diobati dengan penampilan seorang penyanyi muda, rupawan, dengan penampilan yang sangat modis, dan menyanyikan lirik yang begitu lugas tanpa perlu mengernyitkan dahi untuk mendalami maknanya.Â
Saya hanya rindu, itu saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H