Mohon tunggu...
Elin Moevid
Elin Moevid Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Hanya seseorang yg sibuk duniawi dan rindu menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cuti Haid Jangan Dibuat Iri, Apalagi Lupa Diri

8 Februari 2019   19:00 Diperbarui: 8 Februari 2019   19:36 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuti haid, seperti yang sempat disinggung di lifestyle.kompas, merupakan hak pekerja wanita saat mengalami tidak enak badan di hari pertama dan kedua masa haid, yang telah diatur pula dalam Undang-Undang.

Walaupun sudah diatur secara tertulis, namun kenyataannya dalam implementasinya pun masih rancu, seperti yang pernah disinggung pula oleh kompasianer lain di sini. Namun perlukah sebenarnya cuti haid, dan bagaimanakah menanggapinya dengan bijak?

Wanita mengalami beberapa gejala Premenstrual Syndrome (PMS) beberapa hari sebelum masa haidnya tiba. PMS bagi sebagian wanita bukanlah hal yang merepotkan, namun bagi wanita yang lain mampu mengganggu aktivitas kesehariannya(1).

Gejala tersebut beragam jenisnya, serta beragam pula tingkat keparahannya, tergantung dari perubahan hormon yang ada dalam diri wanita tersebut. Adapun gejala PMS yang bisa saja dialami wanita , antara lain(2): perut kembung, diare / bisa juga mengalami konstipasi, nyeri perut / nyeri punggung /nyeri dada, perubahan mood mendadak.

Jika PMS adalah masalahnya, lalu mengapa cuti haid dinyatakan di hari pertama dan kedua dalam Undang-undang? PMS bukanlah penyebab utama wanita merasa kesakitan dan ingin beristirahat saat haid. PMS berangsur membaik saat haid tiba.

Namun, dysmenorrhea-lah penyebabnya. Dysmenorrhea primer(3) dikenali dengan gejala nyeri di bagian bawah perut, dengan tingkat keparahan yang berbeda setiap individunya. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi uterus dan selama kontraksi ini juga dilepaskan zat kimia prostaglandins, yang membuat nyeri itu makin terasa (biasanya hari pertama hingga kedua masa haid).

Tingginya jumlah prostaglandins dapat memicu rasa mual, pusing, diare, perut kembung, dan juga konstipasi. Nyeri haid, sekali lagi, berbeda setiap individunya. Itulah mengapa ketika seorang wanita mengalami nyeri haid, tidak semua orang berempati, bahkan sesama perempuan.

Saya adalah salah satu dari sekian wanita yang mengalami nyeri haid, yang cukup membuat saya hanya bisa berbaring kesakitan saat nyeri itu melanda. Apakah ada cuti haid di tempat saya bekerja? Ya, tertulis jelas di PKB: satu hari dalam satu bulan.

Apakah saya mengambil cuti haid? Tidak. Mengapa? Atasan. Atasan saya adalah orang yang paling greget untuk mengusung kesamaan kewajiban bekerja antara wanita dan pria. Itulah sebabnya beliau sangat ketat dengan aturan cuti haid. Lalu, apakah saya bisa bekerja saat haid? Tidak.

Setelah melihat bagaimana saya hanya bisa berbaring di klinik selama 2-3 jam di kala nyeri melanda, beliau mengijinkan saya untuk pulang cepat. Tentu tidak setiap bulan saya pulang cepat, di bulan yang lain saya meminta ijin untuk bekerja yang sifatnya administratif, tentu saja dengan posisi duduk yang gelisah dan seringkali menaruh kepala di meja.

Apakah saya benci atasan saya? Tidak. Bekerja di lingkungan yang 90%-nya pria, dengan beban bekerja dan gaji yang sama, tentu saya paham bagaimana beliau bersikap hati-hati untuk memberikan ijin cuti haid.

Terlebih lagi saat mengetahui ada oknum pekerja wanita yang memanfaatkan hak cuti haid tersebut untuk kepentingan yang lain. Beliau semakin anti untuk menjadi atasan yang longgar akan hak tersebut sebab tentu akan memicu rasa iri dengan karyawan pria.

Jadi menurut Anda apakah cuti haid itu perlu? Untuk wanita seperti saya, yang bisa kentut seharian saat haid hari pertama, tentu saja perlu. Eh, kok kentut? Ya. Percaya atau tidak, perut kembung itu memicu kentut yang tak henti-henti. Apa sebabnya? Prostaglandins. Coba saja ketik:'kentut saat haid' di google. Nyatanya tak cuma saya yang mengalami hal-hal aneh saat haid.

Apakah Anda wanita yang mengalami hal serupa? Tenang, Anda tidak sendirian. Perbanyaklah makan buah dan sayuran sebelum dan saat masa haid (4), perbanyak minum air (air hangat lebih membuat nyaman), kurangi karbohidrat, dan lakukanlah gerakan-gerakan senam sederhana. Tempelkan botol berisi air hangat di perut saat nyeri melanda atau tempelkan saja koyo di perut, itu jauh lebih efisien saat bekerja.

Apakah Anda wanita yang tetap sanggup bekerja saat haid? Beruntunglah Anda. Dan saya harap Anda tidak  menggunakan cuti haid untuk keperluan pribadi.

Tidak semua wanita mendapatkan haknya untuk kasus haid. Ada yang diam-diam menangis di toilet kantor menahan sakit, ada pula yang harus berkeliling area kerja sambil mengelus-elus perut, atau memilih tidur dan tidak makan di kantin saat jam istirahat.

Apakah Anda pekerja pria yang bingung dengan gelagat rekan wanita saat haid? Saya harap tulisan ini sedikit membantu. Jika Anda penasaran separah apakah nyeri haid itu, cobalah menstruation machine yang dibuat pada tahun 2010 lalu, atau mungkin setidaknya Anda bisa melihat reaksi pria yang menggunakan alat tersebut di sini.

Sekian sedikit curahan hati saya karena memang wanita ingin dimengerti. Sekian dan salam.

Sumber:

1.https://lifestyle.kompas.com/read/2015/02/10/080000920/Ingat.Setiap.Karyawan.Wanita.Berhak.Cuti.Saat.Haid.Hari.Pertama

2.https://www.kompasiana.com/siagiannatanael/5a602c67cf01b44e234c5152/pekerja-wanita-yang-sedang-haid-apakah-mempunyai-hak-cuti

3.https://www.webmd.com/women/guide/what-is-pms#1

4.https://www.healthline.com/health/premenstrual-syndrome

5.https://youngwomenshealth.org/2013/08/22/painful-periods/

6.https://id.wikihow.com/Menurunkan-Prostaglandin-Secara-Alami-dengan-Makanan

7.https://www.menstruationresearch.org/2010/06/30/the-menstruation-machine/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun