Siang itu aku berangkat seorang diri dari Depok menuju bandara Sukarno Hatta, berbekal tas ransel hitam dan tas slempang kecil bergambar kucing berisikan dompet dan cemilan kecil. Hari itu sekitar bulan April 2016, Aku untuk pertama kalinya memberanikan diri pergi ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Saat itu aku bekerja sebagai guru baru di salah satu SD Swasta Depok.Â
Aku pergi dalam rangka menjadi relawan pemateri gerakan RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) yang dibentuk oleh Indonesia Mengajar. Aku mendaftar dan terpilih menjadi relwan pemateri di Bima, NTB. Awalnya aku ragu karena aku yang notabennya masih sangat awam menjadi guru ini merasa sangat belum pantas menjadi seorang "pemateri", terlebih ketika saya tahu bahwa pesertanya nanti ternyata adalah Bapak Ibu guru dan Kepala Sekolah SD se-Bima. Sungguh aku mulai ragu akan kemampuan diriku sendiri, terlebih ketika aku baru tau juga ternyata semua biaya transportasi adalah tanggung jawab relawan sendiri. Aku yang memiliki kebiasaan asal coba sebelum memahami aturan mainpun dibuat sedikit "shoked".Â
Kemudian pihak panitia lokal dari Bima menghubungiku, konfirmasi kehadiran lebih tepatnya. Pak Ramli kala itu menelfonku dengan gaya bahasa Indonesia logat Bima yang sangat kental dan sedikit kurang jelas dengan karakter suara beliau yang sedikit serak-serak ditambah tidak mulusnya sinyal menyebabkan "kemresek"Â ditelinga.
Usai pak Ramli menutup telefon, tiba-tiba empatiku muncul, bergejolak semangat untuk bisa pergi ke sana apapun tantangannya, hatiku terpanggil seolah guru-guru di sana benar-benar sangat mengharapkan kedatangan sosok pemateri, aku yang awalnya ragu akan kemampuanku berubah 90% menjadi yakin.
Aku berfikir lebih dalam lagi, meski aku belum bisa berbagi secara materil seperti membangunkan panti asuhan,dll tetapi setidaknya dengan sedikit ilmu yang ku miliki bisa membantu para peserta di sana nanti, pikirku saat itu. Terlebih materi yang saya pilih saat itu mengenai MBK (Metode Belajar Kreatif), aku yang tergolong masih Fresh Graduate ini setidaknya masih ingatlah dengan hasil penelitianku mengenai metode kreatif untuk pembelajaran di SD, kebetulan skripsiku membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD.
Aku mulai intens melakukan komunikasi dengan panitia, dan berkolaborasi dengan empat relawan pemateri lainnya yakni Bu Retno, Kak Tunjung, Kak Nove dan Pak Imam. Sempat aku sedikit minder dengan ke empat pemateri itu, pasalnya aku sangatlah muda di banding mereka, track record ku sangat jauh di bawah mereka. Ada yang bekerja menjadi Manager Apartmen, ada yang di Bursa Efek, ada yang menjadi Penulis dan Entrepeneur . Tetapi karena semangat dan tekadku  untuk berbagi sudah bulat, aku tidak peduli dengan rasa minderku, aku malah bersyukur meski masih sangat junior, aku diberikan kesempatan yang sama untuk bisa menjadi relawan pemateri. Aku juga juga sangat bersyukur dipertemukan dengan empat pemateri hebat itu, mereka sangat hangat dan saling memberi motivasi, baru pertama bertemu saja kami sudah seperti keluarga.Â
Kami betrangkat sendiri-sendiri dari Jakarta, aku yang tiba pertama kali di Bima. Setelah transit di Lombok, kemudian aku melajutkan penerbangan ke Bima. Sampai di sana panitia lokal ternyata sudah bersiap menyambutku di Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin Bima. Sungguh aku tidak menyangka mereka sangat antusias dalam menyambut kedatanganku, aku sedikit terharu dengan usaha mereka dalam membuatkan pernak pernik seperti tulisan dan topi daerah Bima.Â
Tiba di acara RUBI yang bertempat di Kota Bima, semua pemateri berkumpul memberikan materinya masing-masing kepada Bapak-Ibu guru dan Kepala Sekolah SD yang kurang lebih jumlahnya ada 75 orang. Selama tiga hari kami melebur menjadi satu keluarga besar di sana. Kami saling belajar satu sama lain, berinteraksi dan berbagi ilmu yang kami miliki. Hari pertama yang mengisi materi adalah Kak Tunjung mengenai Manajemen Keuangan di Sekolah, hari kedua Bu Retno di sesi pagi memberikan materi tentang Multiple Intelligences, siangnya aku dengan materi Pembelajaran Tematik disertai praktek, sorenya kak Nove dengan materi Pembelajaran di luar kelas. Hari ketiga di isi oleh Pak Imam dengan materi Leadership. Acara berlangsung sangat mengesankan dan menyenangkan, sungguh aku tidak menyangka para oeserta yang sebagian umum adalah Bapak Ibu guru yang jauh lubih tua dari ku tetapi semangat mereka sungguh semangat jiwa muda, mereka sangat antusias dengan setiap materi yang kami sampaikan, tak sedikit kami selingi dengan tertawa bercanda bersama, sungguh pengalaman yang luar biasa. Sikap para peserta yang sangat proaktif menjadikan kami para pemateri juga lebih bersemangat, aku membayangkan dan berpikir keras sebelumnya bagaimana nanti jika para peserta pasif ya, ternyata sama sekali tidak, semua peserta sangat antusias dan aktif melebur menjadi satu suasana yang menyenangkan, terlebih dengan adanya kehadiran Pengajar Muda yang sangat energik dan kreatif saat membuat ice breaking membuat suasana hati kami selalu segar dan semangat.
"Karena kita manusia, kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Potensi diri yang kita miliki hanyalah titipan dari Tuhan, tugas kita adalah mengembangkan dan membuat diri kita bisa bermanfaat untuk semesta.
Kita hidup di dunia atas ijin Tuhan, yang kapanpun bisa kembali lagi pada-Nya.
Meski kita hanyalah manusia biasa tempatnya salah dan berbuat dosa, tak ada salahnya kita untuk selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik"
Salam semangat menginspirasi, terus berbagi di jalan masing-masing dan tetap menjadi makhluk Tuhan yang baik.
 Nasihat di atas sebagai pengingat untuk kita terkhusus untuk diri saya pribadi.Â
Terimakasih yang sudah membaca, semoga bermanfaat. ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H