Di bawah langit Bandung yang seringkali mendung, pada 5 Agustus, Telkom University (Tel-U) kembali menorehkan prestasi yang membanggakan dalam dunia akademik. Di antara gemuruh hujan yang mengguyur, seorang bintang baru lahir di lingkungan akademik dengan gelar Doktor. Dr. Suci Aulia, S.T., M.T., dengan kebanggaan yang terpancar dari sorot matanya, telah menyelesaikan Sidang Tertutup di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Senin, 22 Juli. Karya disertasinya yang begitu mendalam berjudul "Classification of Tuberculosis Sputum Samples on MIDTI According to The IUATLD Scale Using Yolov7 Based Methods," berhasil membawa gelar Doktor ke pangkuannya.
Dalam sebuah wawancara yang hangat pada Jumat, 2 Agustus, Suci berbagi kisah tentang perjalanan dan inspirasi di balik disertasinya. Dengan suara yang tenang namun penuh determinasi, ia menyampaikan, "Seperti yang dapat dilihat pada dashboard Tuberkulosis (TB) Indonesia, penyakit TB memiliki tingkat kematian yang tinggi. Di satu sisi, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan pasien TB tidak seimbang. Sehingga diperlukan Computer-Aided Diagnosis (CAD) untuk klasifikasi TB berdasarkan International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD)."
IUATLD, sebuah persatuan internasional yang telah berdiri kokoh selama lebih dari satu abad, bertujuan untuk melawan Tuberkulosis dan penyakit paru-paru. Organisasi ilmiah yang berpusat di Paris ini menjadi landasan kuat bagi Suci untuk mengembangkan penelitiannya.
Dalam penjelasannya yang penuh semangat, Suci mengungkapkan bahwa CAD dirancang sebagai dukungan teknologi untuk membantu ahli patologi dalam mendiagnosis TB secara mikroskopis. Ia berharap, dengan disertasinya ini, kasus TB di Indonesia dapat ditekan.Â
"Saya harap, penelitian ini terus berlanjut dengan mengoptimalkan baik pada sisi hardware maupun software. Sehingga, dapat segera diimplementasikan untuk diagnosa TB. Apabila sistem ini dapat terealisasikan, tentunya kasus TB di Indonesia akan berkurang," ujar Suci dengan penuh harapan.
Namun, di balik setiap pencapaian besar, selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Dengan hati yang terbuka, Suci berbagi pengalamannya yang penuh liku. "Ketika diberi topik oleh promotor, saya sangat bersemangat dengan hal baru. Namun, ternyata pada prosesnya sangat sulit untuk mempelajari bentuk bakteri TB, serta proses akuisisi secara mikroskopis.Â
Karena, basic saya dari D3-S2 adalah program studi Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, sehingga belum pernah mendalami suatu penyakit dari proses pemeriksaan sampai diagnosa. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi saya, namun berkat dukungan dari berbagai pihak dan kerabat serta keluarga, sehingga penelitian ini bisa saya selesaikan dengan baik," lanjut Suci, matanya berbinar penuh rasa syukur.
Menutup wawancara yang penuh inspirasi ini, Suci memberikan pesan yang mendalam bagi para dosen dan peneliti lainnya. "Tetap semangat! Selalu sediakan waktu untuk membuat timeline, melaporkan progres penelitian pada promotor baik berhasil maupun tidak. Dan, terakhir, tetap sediakan waktu untuk keluarga," ujarnya dengan senyum yang tak pernah luntur, menyiratkan kekuatan dan kasih sayang yang selalu menyertainya dalam setiap langkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H