Bandung, 2 Agustus 2024 -- Di tengah gemuruh sejarah dan kebanggaan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim, tersimpan potensi besar yang menanti untuk dikelola: wisata ramah muslim. Namun, kenyataannya, potensi ini masih terpendam dalam bayang-bayang ketidakpedulian dan kurangnya kesadaran. Di tengah hingar-bingar wisata modern, Indonesia masih tertatih-tatih dalam meningkatkan kesadaran wisatawan terhadap wisata yang ramah muslim. Ditambah lagi, berbagai permasalahan seperti minimnya literasi masyarakat terhadap konsep wisata halal dan kurangnya perhatian pemerintah membuat potensi ini semakin terabaikan.
Dengan latar belakang yang sarat makna ini, Bethani Suryawardani, S.E., M.M., seorang dosen di program studi D3 Manajemen Pemasaran, Fakultas Ilmu Terapan (FIT), Telkom University (Tel-U), memulai riset yang menjadi pijakannya meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen dari Universitas Brawijaya pada 20 Juni lalu. Dalam disertasinya yang bertajuk "Pengaruh Atribut Wisata dan Kualitas Pengalaman Muslim Terhadap Intensi Perilaku yang Dimediasi Citra Wisata Mengesankan dan Perhatian Penuh pada Halal (Studi pada Wisatawan Milenial di Destinasi Alam Ramah Muslim Jawa Barat)," Bethani menyingkap keinginan mendalam untuk menganalisis bagaimana atribut wisata Islami dan kualitas pengalaman wisatawan muslim memengaruhi intensi perilaku mereka.
"Melalui citra wisata yang mengesankan, yang menggali sisi internal destinasi wisata, serta perhatian penuh pada halal dari perspektif wisatawan, saya berharap riset ini mampu mendukung pengembangan wisata ramah muslim di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Dengan demikian, wisata ramah muslim dapat berkembang pesat, terutama dengan memperhatikan citra wisata yang berkesan di mata wisatawan," ungkap Bethani dengan mata yang berbinar penuh harapan.
Lebih lanjut, Dr. Bethani menguraikan pentingnya membangun destinasi wisata baru yang lebih fokus. Menurutnya, kualitas wisata dan pengalaman yang berkesan dapat menjadi magnet kuat yang menarik wisatawan untuk kembali dan membagikan pengalaman positif mereka. Selain itu, Dr. Bethani menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam menjamin penyelenggaraan wisata ramah muslim.
"Pemerintah harus mengawasi dan memastikan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan jaminan produk halal. Ini sangat penting, terutama bagi wisatawan muslim dari Timur Tengah dan Malaysia yang merupakan pasar utama. Sertifikasi halal di destinasi ramah muslim bukan hanya menjamin produk, tetapi juga restoran, toko, dan seluruh layanan yang tersertifikasi halal dari hulu ke hilir, untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan muslim. Dengan demikian, wisatawan muslim merasa nyaman selama berkunjung," tambahnya dengan penuh semangat.
Dalam wawancara tersebut, Dr. Bethani juga menceritakan perjalanan panjangnya dalam menempuh pendidikan doktoral dan dukungan yang diberikan oleh Tel-U. Ia menekankan peran lembaga pendidikan dalam memberikan sosialisasi, pelatihan, dan penyuluhan tentang wisata ramah muslim sebagai bagian dari implementasi Tri Dharma. Dengan penuh haru, ia menyampaikan pesan dan harapannya agar lebih banyak dosen yang termotivasi untuk menempuh pendidikan doktoral.
"Saya berharap semakin banyak dosen yang menempuh pendidikan doktoral dan menghasilkan karya ilmiah berkualitas serta produk yang bermanfaat untuk mengatasi permasalahan di masyarakat. Dengan demikian, Tel-U dapat terus berkontribusi dan berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin banyak karya yang dihasilkan sivitas akademika, maka semakin baik pula reputasi Tel-U di mata masyarakat dan dunia," pungkasnya dengan senyum penuh harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H