Mohon tunggu...
Erlina Indrawati
Erlina Indrawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Katanya "ayo kamu pasti bisa"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Sunatan manggar: Simbol Rasa Syukur Kampung Penyadap Nira

26 Desember 2023   09:05 Diperbarui: 26 Desember 2023   09:08 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunatan manggar adalah tradisi turun temurun yang dilakukan oleh warga dusun Gelap, Podosoko, Sawangan, Kabupaten Magelang. Filosofi tradisi "Sunatan Manggar" adalah memotong manggar (bunga kelapa) agar dapat diambil air nira yang berasal dari manggar tersebut dan diolah menjadi gula jawa atau gula merah. Kemudian gula jawa tersebut dijual kepada pengepul untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

"Dulu mbah cokro wijoyo yang awalnya belum beragama islam mengambil air nira berdoa mengucap tung klintang-klintung wong deres buntute bumbung, bertahun-tahun kemudian bertemu raden mas syahid (sunan kalijaga) dan diberi nasihat agar hasil nira lebih berkah maka doa tersebut ditambahkan kata bismillahirahmanirrahim tung klintang-klintung wong deres buntute bumbung dititis dadi emas segentong gentong" ujar Pak Mul. Kemudian kegiatan menyadap nira tersebut diturunkan kepada sutowijoyo warga asli Dusun Gelap, dan dilestarikan hingga sekarang.

Dalam tradisi sunatan manggar tersebut dilakukan tasyakuran sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt. atas panen nira yang melimpah di dusun penyadap nira ini dan mengharap agar kedepannya panen nira lebih baik lagi. Mayoritas penduduk Dusun Gelap bermata pencarian sebagai penyadap nira kelapa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Menurut Siti istri Pak Mul mengatakan "Sampai sekarang  orang yang menyadap nira biasanya melakukan shodakohan selama 35 hari sekali setiap jumat legi yang bertujuan agar para penyadap nira diberi keselamatan dan keberkahan dalam mengambil nira kelapa, shodakohan tersebut berupa tumpeng, lauk, dan sayuran yang dibagikan kepada tetangga."

Tradisi sunatan manggar diawali dengan doa bersama dikediaman kepala dusun, dilanjutkan dengan kirab yang diiringi sholawat kuno membawa hasil bumi yaitu manggar, gunungan gula jawa, gunungan sayur dan buah, serta gecok manggar. "Gecok merupakan makanan khas Dusun Gelap yang uniknya dari pencarian bahan baku hingga proses memasak dilakukan oleh laki-laki tidak boleh dilakukan perempuan. Gecok tersebut terbuat dari manggar, air kelapa, ayam kampung, dan rempah-rempah" ujar Pak Mul. 

Manggar serta gunungan tersebut dikirab hingga menemui pohon kelapa dipojok dusun kemudian dilakukan prosesi sunat manggar yang diawali dengan ritual menyayat bunga manggar kemudian seorang warga menaiki pohon kelapa untuk menyadap nira. Tradisi sunatan manggar diakhiri dengan hiburan pentas seni tradisional salah satunya kesenian muslim sari khas warga dusun dengan irangan rebana atau terbangan serta sholawat kuno yang berisi syair kuno.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun