Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjadi Sekolah yang Siaga Hadapi Bencana Alam

14 Oktober 2022   20:41 Diperbarui: 15 Oktober 2022   19:15 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini diberitakan tiga siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 19 Pondok Labu, Jakarta akibat tertimpa tembok yang roboh lantaran banjir yang melanda sekolah tersebut. 

Kejadian tragis ini tentu menyisakan duka mendalam tidak hanya keluarga korban tetapi juga teman-teman, para guru, masyarakat sekitar, bahkan banyak warga net yang membagikan ucapan bela sungkawa di kolom komentar akun-akun media sosial yang memberitakan peristiwa ini. 

Kejadian ini mengingat kita bahwa sekolah bukan merupakan tempat yang tidak terjamah oleh bencana alam. 

Oleh karena itu, sekolah harus siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam untuk mengurangi risiko buruk seminimal mungkin termasuk mencegah jatuhnya korban jiwa. Lalu, bagaimana sekolah dapat bersiap siaga?

Pertama, pihak sekolah perlu mengidentifikasi bencana alam yang mungkin terjadi dan memberikan dampak ke sekolah. 

Meskipun bencana alam tidak dapat diprediksi, sekolah dapat memetakan hal ini dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan peristiwa sebelumnya. 

Misalnya sekolah-sekolah di daerah rawan banjir, memprioritaskan untuk bersiaga terhadap hantaman banjir, sedangkan sekolah-sekolah yang terletak di daerah yang sesekali diguncang gempa bumi, lebih memprioritaskan kesiapan  menghadapi gempa bumi. 

Setelah itu, dapat diikuti dengan bencana-bencana alam lainnya yang mungkin terjadi.

Kemudian, sekolah perlu menyiapkan prosedur evakuasi jika bencana itu terjadi. Prosedur proses evakuasi tentunya membutuh detil-detil lain.

Itu seperti menentukan, menyiapkan dan memeriksa rute evakuasi, titik kumpul, pintu darurat, tangga darurat, tempat berlindung, langkah-langkah evakuasi, juga logistik medis dalam tas siaga bencana, serta mengidentifikasi tempat-tempat yang rawan dan harus dihindari. 

Perlu juga ditentukan jenis evakuasinya, seperti harus berkumpul di aula, tinggal di dalam kelas bersama guru masing-masing, atau pergi ke titik kumpul di luar gedung sekolah. Jika terjadi gempa bumi, tentu harus berkumpul di titik kumpul di ruang terbuka. 

Lalu, apabila terjadi hujan yang sangat deras dalam waktu yang lama dan halaman sekolah mulai tergenang, apakah siswa harus segera dipulangkan, tinggal di kelas dan dilarang beraktivitas di lapangan, atau siswa bertahan di sekolah hingga banjir surut? Tentu hal ini perlu pertimbangan yang matang.

Tidak hanya itu saja, perlu ditentukan dan disepakati pembagian tanggung jawab dan alur komunikasi jika terjadi bencana. 

Misalkan, ketika terjadi bencana, guru kelas bertanggung jawab untuk memimpin evakuasi siswa ke titik kumpul, kepala sekolah memberikan instruksi di titik kumpul, petugas keamanan berjaga di pintu darurat, dan sebagainya. 

Hal ini perlu dilakukan agar semua pihak terlibat dalam upaya meminimalisir kemungkinan terburuk dan memupuk rasa tanggung jawab sehingga tidak hanya memikirkan keselamatan diri sendiri saat terjadi bencana alam.

Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan sosialisasi prosedur evakuasi dan latihan evakuasi (evacuation drill). Sosialisasi dapat dalam bentuk poster yang dipajang di sekitar sekolah dan penjelasan secara lisan melalui seminar atau penyuluhan. 

Tidak hanya para siswa, guru, tenaga pendidik, petugas keamanan, bahkan petugas kebersihan pun perlu memahami hal ini. 

Setelah memahami prosedur dan tanggung jawab masing-masing, selanjutnya adalah latihan evakuasi secara rutin agar ketika keadaan darurat akibat bencana alam terjadi, semua yang berada di sekolah dapat menyelamatkan diri sesuai prosedur yang telah ditentukan. 

Untuk menjaga ketertiban, keselamatan, dan mencegah kepanikan, evacuation drill harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, dan disiplin seperti jika bencana alam itu benar-benar terjadi. Lalu, proses evacuation drill dievaluasi untuk memeriksa aspek-aspek yang sudah berjalan dengan baik dan yang perlu diperbaiki.

Mungkin bagi beberapa orang penjelasan di atas terdengar lebay. Akan tetapi, bukankah lebih baik sekolah bersusah-susah dahulu mempersiapkan semua itu daripada bersusah hati atas kepergian orang terkasih di sekolah karena ketidaksiapan warga sekolah menghadapi bencana alam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun