Perlu juga ditentukan jenis evakuasinya, seperti harus berkumpul di aula, tinggal di dalam kelas bersama guru masing-masing, atau pergi ke titik kumpul di luar gedung sekolah. Jika terjadi gempa bumi, tentu harus berkumpul di titik kumpul di ruang terbuka.Â
Lalu, apabila terjadi hujan yang sangat deras dalam waktu yang lama dan halaman sekolah mulai tergenang, apakah siswa harus segera dipulangkan, tinggal di kelas dan dilarang beraktivitas di lapangan, atau siswa bertahan di sekolah hingga banjir surut? Tentu hal ini perlu pertimbangan yang matang.
Tidak hanya itu saja, perlu ditentukan dan disepakati pembagian tanggung jawab dan alur komunikasi jika terjadi bencana.Â
Misalkan, ketika terjadi bencana, guru kelas bertanggung jawab untuk memimpin evakuasi siswa ke titik kumpul, kepala sekolah memberikan instruksi di titik kumpul, petugas keamanan berjaga di pintu darurat, dan sebagainya.Â
Hal ini perlu dilakukan agar semua pihak terlibat dalam upaya meminimalisir kemungkinan terburuk dan memupuk rasa tanggung jawab sehingga tidak hanya memikirkan keselamatan diri sendiri saat terjadi bencana alam.
Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan sosialisasi prosedur evakuasi dan latihan evakuasi (evacuation drill). Sosialisasi dapat dalam bentuk poster yang dipajang di sekitar sekolah dan penjelasan secara lisan melalui seminar atau penyuluhan.Â
Tidak hanya para siswa, guru, tenaga pendidik, petugas keamanan, bahkan petugas kebersihan pun perlu memahami hal ini.Â
Setelah memahami prosedur dan tanggung jawab masing-masing, selanjutnya adalah latihan evakuasi secara rutin agar ketika keadaan darurat akibat bencana alam terjadi, semua yang berada di sekolah dapat menyelamatkan diri sesuai prosedur yang telah ditentukan.Â
Untuk menjaga ketertiban, keselamatan, dan mencegah kepanikan, evacuation drill harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, dan disiplin seperti jika bencana alam itu benar-benar terjadi. Lalu, proses evacuation drill dievaluasi untuk memeriksa aspek-aspek yang sudah berjalan dengan baik dan yang perlu diperbaiki.
Mungkin bagi beberapa orang penjelasan di atas terdengar lebay. Akan tetapi, bukankah lebih baik sekolah bersusah-susah dahulu mempersiapkan semua itu daripada bersusah hati atas kepergian orang terkasih di sekolah karena ketidaksiapan warga sekolah menghadapi bencana alam?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H