Dengan berkembangnya berbagai macam kecerdasan dan bakatnya, siswa pun dapat mengembangkan dirinya agar mampu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Dengan mengenyam bangku pendidikan, siswa diharapkan tumbuh menjadi individu yang berkarakter dan berakhlak mulia.
Untuk membawa perubahan di dunia ini, kita tidak hanya butuh orang-orang yang pandai tetapi juga yang berkarakter terpuji.Â
Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar.
Mengingat adanya aspek-aspek dari diri siswa yang perlu dilatih dan dikembangkan, maka fokus dalam pendidikan bukanlah semata-mata untuk membuat siswa mendapatkan nilai yang tinggi.Â
Meskipun dalam rapor siswa evaluasi belajar dibubuhkan dalam bentuk nilai, perlu disadari bahwa hal itu tidak menjamin keberhasilan pendidikan.Â
Hal ini bukan dimaksudkan sebagai excuse bagi siswa yang nilai rapornya kurang tetapi untuk pengingat bahwa pendidikan bukan cuma mengasah aspek kognitif.Â
Tidak mengherankan, jika beberapa tahun silam "revolusi mental" menjadi jargon yang populer yang mendapat respon positif dari berbagai pihak.Â
Selain itu, sekolah-sekolah juga gencar mempromosikan sistem pendidikan yang holistik agar siswa dapat mengembangkan seluruh potensinya.Â
Dengan berpengetahuan luas, menguasai berbagai kecerdasan, keterampilan, bakat, serta berkarakter terpuji juga berakhlak mulia, maka siswa diharapkan menjadi manusia seutuhnya, siap menghadapi dunia kerja, tanggap terhadap perubahan, serta memberikan kontribusi positif untuk lingkungan sekitar, bangsa dan negara.
Jadi, masih relevankah jika siswa hanya mengejar nilai tinggi di bangku sekolah?