Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkinkah Anak Berakhir Pekan Tanpa Gawai?

4 Oktober 2020   11:30 Diperbarui: 4 Oktober 2020   11:35 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semenjak pembelajaran jarak jauh dilakukan, anak-anak banyak berkegiatan menggunakan gawai. Kalau sebelumnya gawai digunakan untuk komunikasi dan hiburan, kini mereka juga menggunakan gawai untuk mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran. 

Bagi anak-anak yang sekolahnya sudah menerapkan jadwal pembelajaran jarak jauh seperti pembelajaran reguler, maka mereka menggunakan gawai secara intens dari pagi hingga siang hari, mulai dari hari Senin hingga Jumat atau Sabtu. 

Akhir pekan pun menjadi kesempatan bagi siswa untuk tidak menggunakan gawai untuk kegiatan belajar. Namun, apakah mungkin anak-anak mengisi akhir pekan mereka tanpa gawai?

Setiap orang memerlukan waktu untuk off screen atau secara khusus mengurangi penggunaan gawai, termasuk anak-anak. Selain untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, hal ini juga perlu dilakukan supaya mempunyai waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Di samping itu, dengan off screen, kita juga mencegah kecanduan terhadap gawai.

Bagi anak, kecanduan  terhadap gawai dapat mempengaruhi perkembangan motorik, keterampilan berbicara, hingga keterampilan bersosialisasi. Akan tetapi baik bagi orang dewasa maupun anak-anak,  off screen tidaklah mudah mengingat banyaknya waktu yang digunakan untuk memanfaatkan gawai. 

Oleh karena itu, jika orang tua menginginkan anak-anak mengurangi penggunaan gawai termasuk di akhir pekan, orang tua perlu melakukan beberapa upaya. 

Yang pertama, orang tua harus menjadi role model. Ketika orang tua mengingatkan anak untuk berhenti bermain games atau menonton video menggunakan gawai, orang tua harus melakukannya juga. 

Tentu anak akan kurang respek kalau orang tua mau mereka berhenti main gawai tapi orang tua malah terus-menerus asyik dengan gawai. Oleh karena itu, orang tua perlu menyiapkan kegiatan lain yang dapat dilakukan bersama-sama dengan anak. Misalnya bercocok tanam, berolahraga, mengobrol, membaca buku, atau melibatkan anak-anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Selain menjadi waktu off screen, kegiatan-kegiatan tersebut juga menjadi bonding time untuk orang tua dan anak serta memberikan alternatif kegiatan lain selain bermain gawai.

Anak-anak juga akan terbantu jika ada batasan yang jelas dan konsisten. Misalnya, tidak boleh sambil menggunakan gawai ketika makan bersama, menetapkan jam tidur siang di akhir pekan, menentukan jam ibadah bersama, dan sebagainya. 

Jika ada batasan yang jelas dan diterapkan dengan konsisten, maka itu akan menjadi bagian dari rutinitas anak-anak. Tentu saja hal ini tidak hanya berlaku pada akhir pekan. 

Akan lebih baik, jika anak-anak juga dilibatkan dalam menentukan hal-hal yang akan dilakukan tersebut. Jika melibatkan diskusi dengan anak-anak, mereka akan memahami alasan dan juga menjadi bagian dalam pengambilan keputusan itu sehingga mereka dapat melakukannya dengan hati yang ringan.

Anak-anak juga butuh diapresiasi ketika mereka dapat menahan godaan untuk off-screen. Maka, orang tua harus peka ketika melihat anak-anak sudah berusaha untuk mengurangi penggunaan gawai, mau melakukan aktivitas yang lain, juga aktif berinteraksi dengan orang lain. 

Hal paling sederhana yang dapat orang tua lakukan adalah memberikan pujian pada anak. Apresiasi yang diberikan diharapkan dapat memperkuat perilaku positif anak, yaitu mengurangi penggunaan gawai.

Akhir pekan, ketika gawai tidak digunakan untuk untuk kegiatan belajar, seharusnya menjadi kesempatan yang baik bagi anak-anak untuk off screen. 

Namun, hal itu tidak sesederhana orang tua yang mengatakan, "Ayo, jangan main HP terus, Nak!" Anak-anak  butuh role model dari orang tua serta kegiatan kegiatan alternatif, ada batasan yang diterapkan serta konsisten, serta butuh diapresiasi. 

Jadi, jawaban dari pertanyaan "Mungkinkan anak berakhir pekan tanpa gawai?" bergantung pada sejauh mana usaha yang dilakakukan oleh para orang tua untuk membuat anak-anak mengurangi penggunaan gawai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun