Sudah menjadi hal  biasa di zaman ini bagi para karyawan untuk melanjutkan studi tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang ditekuninya. Ada yang rela mengorbankan waktu akhir pekan untuk studi lanjut serta ada juga yang memilih untuk mengikuti kelas setelah jam kerja. Tentunya ada banyak alasan terdorongnya mereka kembali ke bangku kuliah.
Salah satu hal yang mendorong orang berbondong-bondong kuliah adalah agar mendapat kenaikan gaji. Tetapi, kata salah satu dosen saya, alasan itu sungguh menjijikkan. Mengapa demikian?
Logikanya begini, ketika fokus kuliah adalah agar mendapat kenaikan gaji, maka sesungguhnya yang dikejar adalah gelar.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada yang percaya diri untuk melanjutkan studi di institusi pendidikan yang kurang bermutu bahkan minim proses kegiatan perkuliahan karena hal yang utama adalah mendapat ijazah.
Gelar lebih penting dari kegiatan perkuliahan, bahkan tidak segan-segan ikut wisuda padahal kegiatan perkuliahannya tidak jelas.
Esensi dari kegiatan belajar adalah untuk memperluas pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan membentuk karakter, termasuk di perkuliahan. Jika tanpa proses kegiatan belajar yang benar, tentu peserta didik tidak akan mendapatkan manfaat-manfaat tersebut.Â
Orang-orang yang berambisi mendapat gelar untuk kenaikan gaji lalu abai terhadap mutu pendidikan lanjut yang mereka jalani, sudah barang tentnu, tidak akan mengalami peningkatan kompetensi. Proses pendidikan yang bermutu pasti akan menghasilkan lulusan yang kompeten.
Mungkin gelar mempengaruhi gaji. Tetapi, akan sangat memalukan ketika dalam dunia kerja, kompetensi mereka tidak sesuai dengan gelar pendidikannya.
Karenanya, ketika memutuskan untuk melanjutkan studi perlu dipikirkan tentang hal apa saja yang ingin dikembangkan dalam proses studi lanjut itu.
Lalu pilih institusi dan program studi yang sesuai dengan hal-hal tersebut. Sehingga yang dipelajari dapat bermanfaat dan bisa diterapkan dalam dunia kerja karena pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuni. Ketika dapat menunjukkan kinerja yang hebat, maka pendapatan pun seharusnya meningkat.
Jika hanya berpikir untuk kenaikan gaji, maka sebenarnya orang-orang tersebut secara tidak langsung merendahkan profesi yang ditekuninya. Ini dikarenakan mereka hanya menilai pekerjaan dari banyaknya bayaran yang diterima. Padahal, pekerjaan tersebut bermakna lebih dari seberapa besar gaji yang didapatkan.
Tentu di sekitar kita ada orang-orang yang memilih menekuni pekerjaan yang tidak menghasilkan materi yang nilainya besar. Ada banyak alasan di balik pilihan itu. Misalnya, karena sesuai dengan minat dan bakat, profesi tersebut memberikan banyak manfaat untuk orang lain, pekerjaan itu memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri mereka, dsb. Hal-hal seperti tentu tidak dapat diukur dengan materi.
Yang terakhir, jika memilih untuk studi lanjut karena keinginan naik gaji, bisa saja di kemudian hari akan mengalamii kekecewaan. Hal ini bisa terjadi ketika besarnya kenaikan gaji dipandang tidak sepadan dengan segala daya dan upaya yang dikerahkan selama proses pendidikan. Kekecewaan itu dapat mempengaruhi performa, sikap dan dedikasi terhadap pekerjaan yang ditekuni.
Oleh sebab itu, jika tujuan utamanya adalah untuk "meng-upgrade" diri, maka kepuasan datangnya dari tingkat perkembangan diri setelah studi.
Kemudian akan sangat membanggakan jika dalam dunia kerja orang-orang dapat melihat kompetensi diri berkembang setelah menempuh studi lanjut.
Jadi, jika Anda ingin kembali belajar untuk menambah gelar demi kenaikan gaji, ada baiknya direnungkan kembali. Sebab, sejatinya gaji akan mengikuti kompetensi.
Mari kita sekolah setinggi-tingginya karena mau memuaskan keinginan intelektual untuk terus belajar, mengembangkan keterampilan dan karakter yang saleh sehingga diri kita memberikan lebih banyak manfaat untuk orang-orang di sekitar kita.
Bagaimana dengan materi?
Tentu kita butuh uang. Tetapi ingat, lapangan kerja juga selalu membutuh orang-orang yang kompeten.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H