Sudah menjadi rahasia umum bahwa guru disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Sebuah sebutan yang erat kaitannya dengan hal-hal yang dilakukan guru begitu mulia hingga tidak ada hal yang mampu membayar jasanya. Namun terkadang saya berpikir itu hanyalah sebuah sebutan yang membuat para guru zaman dulu menerima nasib, hidup pas-pasan lantaran gajinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Kini relevansi sebutan itu dipertanyakan orang mengingat banyak guru berpendapatan besar.
Dalam puisi Dengan Kata Lain, Joko Pinurbo mengingatkan bahwa kita tidak bisa membayar guru karena begitu banyak hal yang guru lakukan demi kebaikan anak didiknya. Menyiratkan bahwa jasa guru tidak bisa diukur dengan materi apapun. Ada juga jargon "I am a teacher. What's your super power?" yang menggambarkan bahwa guru seperti sosok yang mempunyai kekuatan super. Sebenernya, apa sihkerennya jadi guru?
Setelah mengalami sendiri pahit manisnya menjadi seorang guru, saya merasa bahwa bukanlah masalah gaji atau bayaran yang membuat guru itu istimewa. Merupakan hal yang wajar jika guru adalah seorang yang pintar dan pandai berbagi ilmu. Bukanlah hal yang terlalu istimewa kalau guru terlatih mengatur kegiatan pembelajaran karena guru harus menguasai manajemen kelas.
Bukan hal yang luar biasa jika guru mampu mengerjakan pekerjaan administrasi lainnya karena memang demikianlah tuntutan dari sekolah. Seberat apapun medan mengajar, guru harus tetap setia menunaikan tugasnya bukti sebuah komnitmen atas profesi yang dipilih. Yang menjadi seorang guru berbeda dengan guru lainnya adalah cara mereka bersikap ketika mengalami tantangan saat mengajar terutama saat berhadapan dengan siswa yang "menyulitkan".
Setiap guru pasti menemui anak yang membuat kegiatan belajar mengajar lebih susah baik. Ada yang membuat guru harus melakukan upaya ekstra karena lemah dari sisi akademis. Ada juga yang membuat guru kepayahan karena sikapnya. Tidak jarang guru harus mengelus dada karena hal itu. Namun, ini tidak dapat dijadikan pembenaran untuk meluapkan emosi sesuka hati.
Guru harus pandai mengendalikan diri bahkan saat para murid menjengkelkan. Â Akan tetapi, bukan berarti guru tidak boleh mengutarakan perasaannya. Murid juga perlu tahu kalau hal-hal yang mereka lakukan membuat gurunya kesal. Namun, guru yang penuh pengendalian diri akan mengutarakannya dengan bijak dengan cara yang tidak melukai hati dan merendahkan martabatnya anak didiknya. Jika demikian, tentu publik tidak akan mendengar kabar terjadinya kekerasan oleh guru terhadap para muridnya.Â
Tidak dapat dipungkiri, memang ada anak-anak yang masih akan "menjawab" ketika ditegur oleh guru tetapi saya yakin cara siswa menanggapi teguran guru juga dipengaruhi oleh cara guru menyampaikan teguran atau peringatan itu. Tidak tepat rasanya jika hanya menyoroti cara siswa meresponi teguran guru tanpa menilik bagaimana guru menegur, memperingatkan, dan menghukum siswa itu.Â
Tidak hanya pandai mengendalikan diri saja, seorang guru juga harus bisa memaafkan. Detik ini dibuat kesal oleh siswa, detik selanjutnya harus bisa berdamai dengan siswa tersebut dan mulai lembaran baru kembali. Hari ini mengalami kesulitan karena ada siswa yang berulah, hari berikutnya memperlakukan siswa itu sama baiknya seperti ketika anak itu belum membuat masalah. Guru yang memaafkan dengan tulus juga tidak akan mengungkit-ungkit kesalahan siswa apalagi memberikan hukuman yang pointless.
Mengendalikan diri dan memaafkan tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi kalau hal itu terjadi berulang kali disaat raga sudah lelah dan dipundak masih banyak beban kerja. Kedua hal itu juga menjadi tantangan tersendiri bagi guru karena tidak hanya mengurusi satu-dua anak saja. Namun, tidak ada alasan yang membenarkan guru untuk tidak menghidupi kedua hal tersebut. Jika semua guru mampu mengendalikan diri dan memaafkan siswanya, tentu mengurangi kemungkinan terjadi kekerasan terhadap siswa baik secara fisik maupun verbal. Itulah dua hal yang membuat guru keren versi saya. I am a teacher. What's your super power?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H