Mohon tunggu...
Elina A. Kharisma
Elina A. Kharisma Mohon Tunggu... Guru - Berbagi hal baik dengan menulis

Seorang kutu buku dan penikmat musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa Indonesia Bukan Hanya Bahasa Para "Nanny"

26 Oktober 2015   16:17 Diperbarui: 26 Oktober 2015   17:51 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi - anak belajar dengan ibunya (Shutterstock)

Suatu hari, seorang orang tua murid mendatangi saya untuk menanyakan tentang perkembangan akademis anaknya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Beliau kemudian mengatakan bahwa sudah berusaha membantu anaknya belajar Bahasa Indonesia dengan cara meminta nanny (pengasuh) anak itu untuk mengajak anaknya berbicara Bahasa Indonesia sedangkan dengan anggota keluarga yang lain, anak itu akan berbicara dengan bahasa yang lain. Sayangnya, pengasuh itu malah lebih sering menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan anak tersebut.

Mendengarkan penjelasan itu, saya pun mengerti alasan yang membuat anak itu kadang-kadang merasa enggan untuk berusaha lebih keras di pelajaran Bahasa Indonesia. Mungkin saja anak itu kurang bisa menghargai dan kurang bersemangat berbahasa Indonesia karena hanya nanny yang menggunakannya. Di kesempatan yang lain, ada juga seorang orang tua murid yang menemui saya. Meskipun bukan seorang WNI, beliau merasa senang karena di sekolah buah hatinya dapat melihat bahwa Bahasa Indonesia juga digunakan oleh orang-orang yang berpendidikan tidak hanya oleh asisten rumah tangga dan sopirnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang tua yang ingin anaknya dapat menguasai bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa sehari-hari sudah sangat menjamur di kalangan keluarga kelas menengah ke atas. Di sekolah yang berbasis kurikulum internasional atau nasional plus, anak-anak akan berinteraksi dengan teman-teman menggunakan bahasa Inggris. Di rumah pun tidak jarang ada yang secara intensif berkomunikasi dengan anggota keluarganya menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Mandarin. Sedangkan yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia adalah pengasuh, asisten rumah tangga, satpam, sopir atau orang lain yang sosoknya tidak punya otoritas seperti orang tua mereka. Lingkungan keluarga yang seperti dapat membuat anak-anak tidak fasih menggunakan bahasa yang menjadi identitas bangsa mereka sendiri karena merasa bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang keren untuk digunakan.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, menguasai bahasa internasional memang diperlukan untuk mengimbangi tuntutan jaman. Akan tetapi, mempelajari bahasa yang lain tentu bisa dilakukan tanpa mengesampingkan bahasa Indonesia. Keinginan untuk menguasai bahasa yang lain tidak seharusnya menggerus semangat untuk tetap bangga berbahasa Indonesia. Keterampilan berkomunikasi dengan bahasa yang lain juga tidak boleh mengurangi penghargaan kita terhadap bahasa Indonesia dan membuatnya seolah-olah menjadi hal yang tidak penting.

Menyambut peringatan Hari Sumpah Pemuda, mari sebagai generasi penerus bangsa, kita kembali memupuk rasa bangsa berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia bukanlah sekedar bahasa persatuan yang menyatukan semua rakyat Indonesia tetapi juga merupakan identitas seluruh warga negara Indonesia. Artinya, bahasa Indonesia adalah bahasa untuk seluruh lapisan masyarakat bukan hanya identitas kelompok atau kalangan tertentu yang sering dipandang sebelah mata. Terampil berinteraksi menggunakan bahasa lain merupakan pilihan tetapi sebagai orang Indonesia, fasih berbahasa Indonesia merupakan suatu kebanggaan.

Bagi para orang tua, jadikanlah ini sebagai tantangan untuk mendidik buah hati anda untuk tetap bangga akan Bahasa Indonesia meskipun mereka juga mempunyai keterampilan berbahasa lain. Andalah sosok yang tepat untuk memberikan teladan dan menunjukkan semangat berbahasa Indonesia. Apalabila mereka melihat anda sendiri yang berbahasa Indonesia, maka tidak akan ada anggapan bahwa Bahasa Indonesia hanya untuk para nanny.

Selamat menyambut Hari Sumpah Pemuda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun