Mohon tunggu...
Prof. Hendry I. Elim
Prof. Hendry I. Elim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Prof. H. I. Elim, a Simple Physicist with 3 main writing issues: [1]. Creative and Innovative Intellectual Educator; [2]. Freedom of Innovation works (Kerja Merdeka Berkreasi), and [3]. Amazing Natural Resources of Indonesia Archipelago. Prof. Elim is originally a creative, innovative, and disruptive Indonesia physicist .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Keilmuan dan Proses Pendidikan yang Sempurna, Tangga Kerja Berkelanjutan

15 Agustus 2024   15:10 Diperbarui: 15 Agustus 2024   15:14 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber pribadi) Budaya Keilmuan dan Proses Pendidikan yang Sempurna: Tangga Kerja Berkelanjutan.

Budaya Keilmuan dan Proses Pendidikan yang Sempurna: Tangga Kerja Berkelanjutan

Prof. Hendry Izaac Elim

Ilmuan Fisika Indonesia

Universitas Pattimura

Budaya keilmuan (Scientific culture) sangat penting dalam mempersiapkan generasi yang kekal (Eternal generation) yang terus-menerus meregenerasikan keturunannya dari generasi satu ke generasi selanjutnya selama-lamanya, atau dengan kata lain generasi kekal yang membentuk bangsa yang dipilih oleh Sang Pencipta (Tuhan Allah yang mahahadir (omnipresent GOD)).

Kenapa budaya keilmuan merupakan sebuah keharusan dalam masyarakat yang hidupnya sehari-hari secara bijaksana tunduk dan takut akan Allah yang kekal, pembawa damai sejahterah di bumi?

Menurut Sang Pencipta (EL0HYM/ O God): Ia ber Firman, "umat KU binasa karena kurang pengetahuan" (My people are destroyed due to the lack of knowledge, Holy Bible, Hosea 4:6).

Pendapat Allah yang Maha Esa tersebut menyatakan bahwa tanpa mengejar pengetahuan atau meningkatkan keilmuan pribadi manusia maka mereka akan binasa dengan sendirinya di alam planet bumi yang makin hari makin banyak masalah penduduk karena kepadatan dan kerusakan lingkungan hidup manusia oleh dirinya sendiri.

Filsafat keilmuan yang Maha Penyayang di atas menginsafkan bumi bahwa tanpa proses transformasi yang terus menerus untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan keilmuan, maka hidup manusia sudah tidak berkelanjutan (sustainability).

Kejadian alam semesta yang berisi seluruh sains dan teknologi Allah (ThEOS/ RuWaCh) sangat kaya akan pengetahuan keilmuan, bahkan seorang pemenang nobel di bidang kimia pun belum tentu bisa membuat satu jenis rumput yang hidupnya berkelanjutan dari atom-atom penyusun DNA seperti carbon (C), Oksigen )O), Hidrogen (H) dan Nitrogen (N). 

Sebagai para ilmuan yang berhikmat murni dari surga, perlu mencontohi cara Sang Pencipta (Creator) bekerja, berpikir, dan melayani beraneka ragam ciptaanNya. Yang paling mudah diterapkan adalah pada lingkungan bumi sebagai salah satu planet terkecil di alam semesta yang letaknya pada galaksi Milky Way (Bima Sakti) di antara bertriliun-triliun galaksi di alam semsta.

Pada poster gambar di artikel ini terlihat cara sederhana untuk mengimplementasikan perbuatan-perbuatan allah yang Ajaib di bumi, yaitu dimulai dari pendidikan tinggi umat manusia yaitu dari tingkat universitas (S1), kemudian ke tingkat pasca sarjana (postgraduate) jenjang strata 2 (Master degree) dan strata 3 (Dr/ Ph.D/ D.Sci/ Dr. Eng/ Dr. rer.nat), hingga ketingkat tertinggi Guru Besar (profesor yang ahli di bidang khusus). 

Siklus pendidikan tinggi yang berjenjang in perlu difokuskan pada setiap siklus tingkatan di setiap strata yang berbeda kualitasnya. Semakin tinggi mengejar pengetahuan, pemahaman dan pengembangan ilmu semakin banyak tanggung jawab yang memerlukan ketekunan, kesabaran, dan etika keselamatan umat manusia.

Dengan demikian maka tidaklah mengherankan jika para ilmuan yang rendah hati dan penuh kesopanan dalam menghargai sesama manusia seperti dirinya sendiri sangat memahami budaya keilmuan dan kehidupan sebagai siklus pengembangan ilmu berkelanjutan (Scientific culture and life: ongoing cyclical work). 

Sebaliknya bagi mereka yang menganggap remeh sekolah tinggi dan pengembangan ilmu lebih cenderung menghina para ilmuan dan lebih fokus hidupnya untuk mengejar materi-materi yang tidak bernyawa.

Kesimpulan budaya keilmuan yang mengandalkan pengembangan pendidikan tinggi di masyarakat akan menopang generasi kekal yang hidupnya dalam kebenaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun