Mohon tunggu...
Prof. Hendry I. Elim
Prof. Hendry I. Elim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Prof. H. I. Elim, a Simple Physicist with 3 main writing issues: [1]. Creative and Innovative Intellectual Educator; [2]. Freedom of Innovation works (Kerja Merdeka Berkreasi), and [3]. Amazing Natural Resources of Indonesia Archipelago. Prof. Elim is originally a creative, innovative, and disruptive Indonesia physicist .

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Keterbatasan Artificial Intelligence (AI) dari Human Intelligence (HI)

11 November 2023   08:45 Diperbarui: 11 November 2023   09:09 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber ribadi) Ilustrasi keterbatasan AI dibandingkan dengan HI. 

Keterbatasan Artificial Intelligence (AI) dari Human Intelligence (HI)

karya: Prof. Hendry Izaac Elim, Ph. D

Ilmuan Fisika Indonesia

Universitas Pattimura

Email: prof.hendry.izaac.elim@gmail.com

Kemajuan inovasi super-computer, pengembangan fisis perangkat lunak (softwares) yang terintegrasi dengan mesin (machine learning system with automatic engineering) telah membuat kerjaan manusia dibumi dengan kecepatan instant (ultrafast response). 

Gaya hidup serba mudah dan cepat serta instant tanpa banyak interaksi dengan sesama manusia telah mengalami penyebaran seperti virus kehidupan yang mewabah umat manusia di abad 21 ini. 

Pemikiran filsafat hidup yang ditunjang hubungan spiritual dengan kepercayaan pada Tuhan yang Maha Kuasa di Alam Semesta yang tanpa batas ini, telah membuat aktivitas pekerjaan dan kehidupan sesama manusia di bumi menjadi sangat bergantung pada teknologi yang mobile kemanapun manusia bepergian. 

Salah satu teknologi paling mutahir di abad super-canggih ini adalah Artificial Intelligence (AI) yang ditunjang oleh super-computer, big data (giant electronic and magnetic storages) , dan internet of things (IoT)  yang dikontrol oleh software-machine learning devices. 

Teknologi AI ini kemudian dikembangkan dengan dukungan berbagai bahasa baik bahasa umat manusia maupun bahasa pemrograman pintar (large language models/ LLMs). 

Kondisi dan situasi kehidupan industry robotik (Industry 5.0) dengan masyarakat super-modern (society 5.0) diatas telah menghantarkan pola interaksi dan aktivitas hidup manusia ke level yang jauh lebih intuitif, karena telah di-support oleh berbagai system imaging berdimensi tinggi (melampaui ruang 3 dimensi dan waktu) serta masukan komunikasi ineraksi cahaya (Photonics technology) tergandeng berbagai respons dari satelit di atmosphere dan luar angkasa. 

Keadaan style hidup berbagai bangsa dan suku bangsa di bumi akhirnya harus menanggapi penggunaan perangkat AI yang telah mendunia. Teknologi AI ini telah terkoneksi mulai dari: (1). sistim data penduduk, (2). sistim kontrol keamanan perumahan rakyat, (3). Berbagai produksi hasil industri teknologi pertanian, perkebunan, pangan dan produk makanan maupun minuman, kendaraan bermotor, perkapalan, pesawat serta drone pintar. 

Pertanyaannya: 

Apakah teknologi AI yang telah ditunjang LLMs serta sistim robotik pintar lainnya yang terintegrasi dengan data angkasa luar dari perangkat satelit pintar (smart high resolution satellite) jauh lebih pintar dari kepintaran manusia (human intelligence, HI) ? 

Berikut pembahasan jawaban kami:

(1). Human Intelligence, HI bekerja 🏋🚴💯💪🏋🚴💯💪🏋🚴💯💪🏋🚴💯💪berdasarkan: (a). logika kreatif, (b). perasaan hidup yang sangat sensitif, (c). keinginan dan watak yang sangat abstrak secara fisis maupun sosial dan kerohanian. 

(2). AI berfungsi dan beraktifitas atas sebuah sistim pemprograman yang dapat belajar secara mandiri (self-learning AI system) dari sejumlah data jaringan server (big data) seluruh bangsa bangsa yang terdata dan dapat dishare sesuai dengan aturan kerjasama antar perusahan, organisasi dan negara secara terstruktur dan dilindungi secara hukum internasional. 


(3). Kelemahan AI ada pada keterbatasan intuitif dari sistim dan model pemprograman data yang dikelola melalui berbagai teori, metode pikir riset, model pengolahan statistik pintar, dan kemampuan devices dengan sensitivitas ultrafast (supercepat). 

(4). AI juga terbatas dalam merespons atau menanggapi berbagai masalah hidup manusia yang masih belum terungkap dalam seluruh Big Data dunia. Contohnya: dalam sistim medik operasi dengan robotik yang sangat akurat, tetapi tiba tiba ada gerakan tidak terduga dari pasien yang telah dibius lokal maka pemrograman operasi tersebut akan bergeser atau salah target yang telah diperhitungkan secara matang. 


(5). Keterbatasan AI intinya ada pada kemampuan hidup manusia (HI) yang sangat abstrak baik secara logika bekerja, maupun dalam hal hubungan sosial yang inovatif serta kondisi hati atau kerohanian yang supra-ratio. 

Dengan demikian kelebihan HI dari AI akan menjadi tolok ukur pengembangan teknologi terdepan (frontier high technology development). Keunggulan HI dalam segala lingkup kehidupan yang melampaui kompleks hidup yaitu abstraksi dalam berpikir, respons hati dalam merasakan dunia sekitar dan masyarakat dalam lingkup sehari-hari maupun dalam menghadapi bendara alam yang tidak terduga. Disamping itu HI juga jauh lebih maju (advanced spiritual faith) yang tidak dimiliki AI. 

Sekian kontribusi kami, semoga menambah wawasan dan intelektual hidup para sahabat yang selalu bekerja untuk kemajuan aktivitas hidupnya sehari hari. 

God bless, 

Hendry







Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun