[5]. Jepang ~ 1942.
Pada kesempatan ini, ketika kami merenungkan apa yang telah kita kontribusikan selama setengah abad lebih usia hidup di Repubrik Indonesia (RI) yang menjelang usia tua, 78 tahun, maka sudah pasti tidak terhitung kontribusi Allah yang Maha Kuasa (El-Shaddai) pada tuntunan keselamatan dan kehidupan rakyat Indonesia dalam berbangsa dan berwawasan nusantara.
Sebagai seorang pribadi pendidik yang berlatar belakang pendidikan yang sempurna (perfect educational background) mulai dari tingkat pendidikan karakter pada taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD), hingga tingkat peningkatan pengetahuan (advanced knowledge process) pada sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), universitas strata 1 (Sarjana S1), strata 2 (master/ S2) dan strata 3 (Doktor/ S3), dan jenjang penghargaan gelar fungsional pendidik tertinggi, professor/ Guru Besar, maka hadiah yang terindah untuk “kakek 78 tahun” RI tempat kami dilahirkan, dididik dan dibesarkan untuk berkarir dalam perlindungan negara sendiri adalah hasil-hasil karya tangan sendiri dalam mengembangkan ilmu dan mendidik para murid baik di tempat kerja maupun dilingkungan hidup tempat kami bernaung yang terdiri dari 17480 pulau dan ~35 propinsi.
Puji dan syukur pertama-tama kami panjatkan pada kemurahan Tuhan Sang Pencipta (EL0HYM/ O GOD) atas penyertaanNya dalam kehidupan sederhana sehari-hari hingga kami memasuki setengah abad lebih di Negara tercinta tempat kami diutusNya.
Seperti kata seorang ilmuan yang paling popular di planet bumi, Prof. Dr. Albert Einstein (1879-1955):
“Agama tanpa Sains akan terjadi Kebutaan, dan Sains tanpa Agama, akan berakibat Kepincangan”.
Hal ini artinya sebagai ilmuan Fisika Internasional, Prof. Einstein (di Princeton university, USA) yang seumur hidupnya mengembangkan ilmu fisika hingga akhir hidupnya (~76 tahun) menyadari bahwa sains membutuhkan agama agar dapat berjalan normal sesuai kodrat Allah menciptakan manusia. Sedangkan agama membutuhkan keterlibatan sains agar dapat melihat dengan benar karya-karya ciptaan Allah di alam semestaNya.
Disisi lain, ilmuan Inggris terkenal, Prof. Isaac Newton, Ph.D yang pertama kali menemukan kalkulus atau dasar hitung matematika dalam penerapannya untuk menjelaskan alam semesta secara mekanika klasik (classical mechanics) mencontohi kehidupan bekerja dengan tekun dan tanpa menikah hingga akhir hayatnya pada usia ~ 85 tahun (1642-1727).
Dari kedua contoh pemikir yang setia (faithful mystery thinker), Prof. Einstein dan ketekungan pekerja tanpa menghiraukan keinginan menikah (pure hard working person), Prof. Newton didapati hasil-hasil penemuan akan pengetahuan Allah yang berlandaskan logika kekekalan (conservation logic/ Eternal reality) yang akan bertahan kebenarannya selama-lamanya (everlasting wisdom dan knowledge).