Dunia Pendidikan Anak: Harta Kerajaan Allah di Ladang Bumi
Prof. Hendry Izaac Elim, Ph.D
Ilmuan Fisika Indonesia, Pattimura university
29 Juli 2023
Menyadari jumlah anak-anak di seluruh dunia dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dengan jumlah total anak-anak berusia 0 tahun hingga 14 tahun mencapai ~2,06 miliar di tahun 2023 atau ~24% dari total penduduk bumi di abad 21 ini. Angka ini diprediksi sesuai data world bank dan unicef akan terus menurun hingga tahun 2100, dengan jumlah total anak-anak tersebut akan mencapai 1,90 miliar.
Di Indonesia jumlah penduduk mencapai 274 juta di tahun 2021 dimana sekitar 25% dari jumlah tersebut terdiri dari anak-anak usia kurang dari 14 tahun. Jika ditunjau jumlah sekolah SD, SMP dan SMA di seluruh Indonesia yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020/2021, maka total sekolah SD, SMP dan SMA negeri dan swasta di Indonesia masing-masing  mencapai 148.743 sekolah, 40.597 sekolah, dan 13.865 sekolah, dimana propinsi Jawa Barat memiliki jumlah total sekolah terbanyak dari seluruh propinsi di Indonesia.Â
Pemerintah Indonesia dengan orientasi pembangunan anak Indonesia bertujuan agar dapat diatasi kemiskinan anak baik dari segi kesehatan dan gisi maupun pendidikan terjangkau serta lingkungan hidup bermasyarakat yang berkarakter sehat. Untuk mencapai tujuan mulia (on target high quality education) tersebut diperlukan memahaman yang benar, terutama melalui jalur pendidikan mulai dari usia sebelum sekolah hingga tingkat SD, SMP dan SMA.
Dalam dunia pendidikan, sains dan teknologi, anak-anak dalam usia pendidikan terutama yang berusia 8 tahun atau yang lebih muda merupakan jenjang dimana pebentukan karakter manusia hingga mencapai fase permanen (permanent character). Hal ini pertama kali diselidiki oleh ilmuan atheis ketununan Yahudi asal Austria, Prof. Sigismund (Sigmund) Schlomo Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) di usia 46 tahun seorang psikiater handal dunia atau ahli neurologi berpengalaman lulusan doktor kedokteran dari Universitas Vienna pada tahun 1881 yang meneliti sekitar 1000 anak-anak dan berkesimpulan bahwa manusia karakternya sudah tidak berubah setelah mencapai 7 tahun.
Hal diatas yang awalnya cukup revolusioner karena menyangkut karakter manusia, kemudian kurang lebih  50 tahun  setelah kepergian Prof. Sigmund Freud, pada tahun 1980-an para ahli atau psikiater (neurologists) Amerika bersepakat meneliti hal tersebut kembali untuk memastikan kebenaran hasil temuan Prof. S. Freud. Mereka mengambil sampel anak-anak sejumlah 1000 orang dan menyelidiki karakter mereka, diperoleh bahawa pada usia setelah 8 tahun karakter manusia sudah tidak berubah lagi.Â
Dengan demikian penemuan batas permanen karakter hidup manusia berada pada usia 7 tahun hingga 8 tahun. Hasil riset para ilmuan yang berbeda di Negara yang berbeda dengan jumlah sampel anak yang sama menunjukan hukum kekekalan Allah di dalam karakter manusia. Artinya Allah yang kekal menciptakan manusia dengan sistim karakter/ tingkah lalu yang kekal. Cata pikir Allah (the mind of GOD) seperti ini sangat cocok dengan karyaNya pada seluruh penciptaan alam semesta (universe creation) yang berlandaskan ilmu Fisika sesuai hukum-hukum kekekalan (conservation laws).
Pertanyaan yang perlu dijawab selanjutnya oleh para  ilmuan atau peneliti:Â
(1). Bagaimana untuk menangani anak-anak di usia setelah 8 tahun dan kurang dari usia dewasa 17 tahun (8 tahun < usia anak-anak < 17 tahun) ?
(2). Jika usia anak kurang atau sama dengan 8 tahun untuk pendidikan karakter, maka sudah pasti pendidikan anak setelah 8 tahun lebih pada pengetahuan anak (children knowledge) ?
Kedua pertanyaan diatas perlu dijawab untuk memahami harta kerajaan Allah terutama pada pendidikan terbaik dan berkualitas dari anak-anak didik. Kami menggunakan harta sebagai pendidikan yang dapat dibawa oleh jiwa dan roh manusia pada Sang Pencipta selama-lamanya.Â
Sebelum memahami sesama manusia khususnya anak-anak diperlukan pemahaman pribadi diri sendri (understanding the inner beauty of human being). Dengan kata lain sebelum mendidik anak-anak diperlukan pemahaman pendidik yang benar yang telah menguasai ilmu karakter dan pengetahuan anak-anak (the behavior and mind theory of children). Ilmu (logos) atau pengetahuan kebenaran (the truth knowledge) dari Allah pada usia pertumbuhan anak-anak meliputi 3 hal penting dalam berbagai bidang (multiple disciplines) yaitu pandangan terintegrasi dari (1). Otak (brain perfective), (2). Kognisi atau perspektif mental (cognition/ intuition), dan Tingkah laku/ Karakter (behavior).Â
 Kesimpulan dari penjelasan dan uraian keilmuan menunjukan bahwa pendidikan karakter perlu dilakukan lebih dahulu terutama pada anak-anak berusia 8 tahun atau lebih muda sebelum mengajar pengetahuan pada anak-anak. Sedangkan anak-anak usia sekolah diatas usia 8 tahun atau kelas 3 SD hingga SMA sangat dibutuhkan pendidik dengan pengetahuan yang memadai. Sebagai contoh tim asistensi mengajar Universitas Pattimura yang berorientasi pada sekolah-sekolah daerah 3T (terluar/ tertinggal/ terbelakang) di propinsi Maluku dalam 2 tahun terakhir (2022/2023) berfokus pada pendidikan dasar SD dan SMP meliputi mata pelajaran dasar Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan bahasa Inggris telah menuai hasil di daerah pinggiran pulau Ambon terutama di jasirah leihitu dan leitimur, pulau Buru terutama di namrole dan leksula, kepulauan Kei pada daerah kota Tual, dan Kepulauan Aru pada kota Dobo.Â
Dengan menerapkan sistim dunia pendidikan anak yang benar, maka harta kerajaan Allah di ladang Bumi dapat dituai oleh negara-negara bijaksana yang telah menerapkan pengetahuan dan pemahaman sains dari dasar pikir hukum-kukum kekekalan tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H