Mohon tunggu...
Prof. Hendry I. Elim
Prof. Hendry I. Elim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Prof. H. I. Elim, a Simple Physicist with 3 main writing issues: [1]. Creative and Innovative Intellectual Educator; [2]. Freedom of Innovation works (Kerja Merdeka Berkreasi), and [3]. Amazing Natural Resources of Indonesia Archipelago. Prof. Elim is originally a creative, innovative, and disruptive Indonesia physicist .

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Transformasi Peran Para Ilmuan dalam Menjangkau Sekolah-Sekolah di Daerah 3T

30 Mei 2023   09:54 Diperbarui: 30 Mei 2023   11:16 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu diketahui dengan kemajuan teknologi mutahir berskala nanochip atau 1000 kali lebih kecil dari tebal rambut manusia pada sistem digital yang sering disebut Industri 4.0 yaitu menerapkan sistem robotic atau Industry 5.0 melalui kontrol pemrograman dengan menggunakan serba internet atau internet of things (IoT) didukung oleh sekitar 50 ribu satelit dalam berbagai tipe dan fungsinya berorbit di atmosfir bumi sehari-hari, gabungan data dunia atau big data (BD) dan kepintaran buatan atau artificial intelligent (AI) dalam mempersiapkan masyarakat mutahir (society 5.0) yang mulai diterapkan di negara maju seperti Jepang yang berdaerah kepulauan, membutuhkan para ilmuan terdepan (frontier scientists) terutama di bidang fisika dan fisika terapan (applied physics) di tempat mereka bekerja.

Sehingga tulisan ini bertujuan sebagai masukan dari para ilmuan lokal setempat untuk membangun daerah 3T secara tepat sasaran sehingga tidak memboroskan energi, dan anggaran negara kepulauan (archipelago countries) seperti Indonesia.

Hal ini dilakukan mengingat dunia yang sedang dilanda berbagai masalah global baik secara fisik (human flesh and environmental earth), mental (mind and heart) maupun kerohanian (spiritual content) yang menimbulkan banyak keresahan penduduk dunia.

Hal itu disertai dampak negara tetangga disekitarnya akan masalah ekonomi global, pandemic Covid-19, peperangan antar negara tetangga seperti Rusia dan Ukraina, berbagai kerusakan lingkungan atmosfer, laut dan daratan bumi akibat pemanasan global (global warming) terutama dari gas CO2/CO dari peningkatan produksi industri, kendaraan bermotor, pembakaran lahan, serta masalah ajaran rohani (false teaching/ non-sense logic) yang kurang berkenaan secara kebenaran di bumi (earthly facts) dan di surga (heavenly evidence) karena keterbatasan latar belakang pendidikan teologi/agama, filsafat, budaya/seni, sains, teknologi dan kedokteran.

Sehingga saran solusi (suggestive solutions) dari kami dalam artikel ini lebih ke arah kreativitas dan inovasi berdasarkan transformasi local wisdom dan bukan "sistem daur ulang."

Sebagai cendekiawan daerah kepulauan Maluku, perlu ketepatan penyelesaian masalah Daerah 3T khususnya daerah kepulauan yang sangat berbeda dengan daerah dataran luas (continent) seperti pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan di Indonesia sesuai kerangka transformasi atau proses daur ulang.

Pengertian transformasi yaitu suatu proses mengubah struktur kerja dari proses yang tidak berguna menjadi luaran (output) berharga dengan struktur yang baru. 

Sedangkan pengertian daur ulang adalah mengubah struktur solusi kerja dari hasil buangan yang sudah tidak berguna menjadi struktur kerja semula yang masih sempurna atau sebelum difungsikan.

Pada pendekatan penulis di sini digunakan transformasi Daerah 3T yang secara umum sangat mendesak dalam peningkatan kualitas sumber daya daerah lokal dalam berbagai tantangan pendidikan secara khusus dan ekonomi secara umum.

Dengan kemajuan pendidikan Daerah 3T diharapkan dapat meningkatkan masa depan ekonomi daerah tersebut yang jauh lebih makmur di masa mendatang sesuai dengan potensi alam kepulauan yang hanya dapat terhubung lewat jalau laut seperti program Pak Jokowi, Tol Laut (TL).

Melalui program tersebut dengan hanya membayar ~7%/ penumpang yaitu jauh lebih murah dari angkutan kapal swasta atau sebagai saran berupa pembangunan Tol Udara (TU) yang masih belum diterapkan secara nasional di Indonesia karena biaya operasional yang masih sangat tinggi, namum memiliki efisiensi tinggi dari segi waktu dan mobilitas ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia daerah kepulauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun