Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemimpin Agama dan Tokoh Bangsa Seharusnya Selalu Pelihara Persaudaraan

10 September 2024   23:04 Diperbarui: 10 September 2024   23:21 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhir pidato Sri Paus Fransiskus saat di halaman masjid Istiqlal, Sri Paus mengucapkan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Pidato itu mengundang tepuk tangan gemuruh dari hadirin yang ada, karena merupakan semboyan negara kita.

Saat acara di masjid Istiqlal itu, banyak pihak yang hadir. Baik dari pihak masjid Istiqlal sendiri, ada keluarga Gus Dur yaitu ibu Shinta Nuriyah dan anak-anaknya yang aktif pada kegiatan moderasi agama yaitu Yenny Wahid dan Alisa Wahid. Juga ada tokoh Hindu, Budha, Kong Hu Chu dan tokoh Kristiani sendiri.

Pada saat itu juga, Sri paus menyaksikan lorong yang menghubungkan masjid itu dengan gereja Katedral yang disebut terowongan Silaturahmi. Imam Besar majid Istiqlal Nasarudin Umar dan Sri Paus menandatangani prasati di terowongan tersebut.  

Sri Paus mengagumi ide terowongan itu dan menurutnya itu adalah terowongan persahabatan; simbol yang memperkuat persaudaraan.  Kutipan kalimatnya adalah sebagai berikut  " Kita kaum beriman yang berasal dari tradisi keagamaan yang berbeda-beda memiliki sebuah tugas untuk dilakukan. Membantu semua orang melewati terowongan ini dengan pandangan yang diarahkan menuju terang. Dengan demikian, di akhir perjalanan, kita akan mampu mengenal dalam diri mereka yang berjalan di samping kita seorang saudara seorang saudari yang dengannya kita dapat berbagi kehidupan yang saling mendukung satu sama lain," katanya.

Hal perbedaan memang tak asing bagi Sri Paus. Beliau merupakan pemimpin 1,4 miliar umat Katolik yang tersebar di seluruh dunia. Mereka dari bangsa yang berbeda-beda, bahasa yang berbeda-beda, warna kulit yang berbeda-beda namun mereka adalah umat Katolik. Di lingkup Vatikan yang merupakan negara kota, para uskup dan pegawai yang berada di  Vatikan juga berasal dari bangsa yang berbeda-beda. Sehingga Sri Paus memang terbiasa untuk bekerja dan berada dalam suasana yang berbeda-beda.

Inilah sikap tokoh agama dan tokoh bangsa yang diperlukan oleh warga dunia. Pemahaman bahwa kita adalah berbeda, namun seharusnya punya sikap dan sifat seperti sahabat atau saudara. Bagaimanapun persahabatan dan persaudaraan itu penting dan masyarakat yang plural dan demokratis seperti sekarang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun