Belakangan beredar kabar tentang seorang figur publik yang bersitegang dengan perangkat warga terkait hewan qurban. Isu menjadi makin panas ketika dikait-kaitkan pula dengan perbedaan pandangan politik antara artis tersebut dengan warga sekitar.
Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, seharusnya momentum Idul Adha bukan menjadi ajang polemik. Bukan pula menjadi sumbu perpecahan karena perbedaan politik. Lebih dari itu, spirit hari raya ini sejatinya adalah tentang memantik kepedulian sosial.
Dalam peringatan atau prosesi qurban bulan Zulhijah, ada banyak hal yang bisa menjadi perekat antar warga. Dimulai dari tahap pendaftaran hewan. Kadang, ada satu hewan seperti sapi, yang dibeli berdasarkan patungan/urunan dari tujuh orang. Artinya, ada tujuh orang yang bergabung atau bergotong royong untuk membeli satu sapi. Â Â
Sering kali, hewan-hewan qurban dikumpulkan dahulu di lapangan atau pekarangan belakang masjid. Paling tidak, umumnya di satu hari menjelang penyembelihan. Proses pemeliharaan dilakukan bersama-sama oleh warga. Lagi-lagi, ada nilai kebersamaan di sana.
Di hari H pemotongan hewan, warga berduyun-duyun saling membantu. Hewan yang sudah disembelih dikuliti dan dipotong kecil-kecil. Setelah itu, dikemas mencapai berat tertentu dan dibagikan secara merata. Biasanya, pembagian ini melibatkan karang taruna atau remaja-remaja yang berkeliling kampung.
Bila melihat proses perayaan Idul Adha semacam itu, dipastikan bahwa tiap tahapan selalu berisi semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Oleh sebab itu, tidak pantas jika hari raya ini justru diwarnai polemik yang berujung pada saling serang kata-kata kasar.
Prosesi Idul Adha merupakan salah satu wujud napak tilas sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Perjuangan dan pengorbanan para nabi yang ikhlas dan penuh cinta pada Tuhan Yang Maha esa seharusnya menginspirasi umat manusia.
Perbuatan baik hendaknya selalu berorientasi pada pengabdian atau ibadah untuk Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga, keinginan untuk dipuji oleh manusia atau berharap pada selain ridho Tuhan (sikap riya') bisa digerus.
Keihklasan dalam beribadah adalah kunci diterimanya amalan. Tidak hanya itu, ibadah yang dilakukan dengan kerelaan pasti berdampak maksimal pula bagi kehidupan dunia.
Hewan dan daging qurban yang disumbangkan bagi masyarakat luas akan bisa memberi manfaat optimal. Ia tidak sekadar menjadi piranti seremonial. Lebih dari itu, ia menjelma perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi, di lingkungan yang majemuk dan kaya akan budaya seperti Indonesia. Keihklasan dan kebersamaan dalam berkurban akan ikut andil sebagai media kerukunan umat. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H