Di beberapa tempat di Indonesia, ada yang tidak pernah melakukan upacara bendera termasuk merayakan Hari Kemerdekaan Indoensia. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Sukoharjo yang ternyata baru melakukakan upacara pengibaran bendera merah putih yang merupakan bagian dari peryaan Hari Kemerdekaan ke 77 Republik Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah pada tahun ini.
Kejadian itu bermakna penting karena hal itu menghapus stigma bahwa pondok pesantren itu adalah psat penyebaran faham radikal atau anti NKRI. Ini tidak lepas dari pimpinan dan pengelola Ponpes itu yaitu Abu Bakar Baasyir (ABB) selama ini dikenal sebagai sosok yang anti Pancasila dan NKRI. Dia juga banyak menghabiskan waktunya sebagai narapidana terorisme. Di masa lalu dia adalah seorang jihadis -- penentang pemerintah dan banyak memfasilitasi kegiatan kekerasan / terorisme di Indonesia.
Yang menyedihkan dari ABB dan Ponpes ini di masa lalu bahwa dia adalah pihak yang menginspirasi beberapa pihak dalam kegiatan terorisme. Sebutlah bom Bali pertama yang sangat mengejutkan banyak orang, dilakukan oleh beberapa alumni dari Ponpes ini. Beberapa media dan NGO asing juga menyebut bahwa Ponpes ini sangat radikal sehingga menjadi acuan bagi beberapa orang untuk melakukan kegiata terorisme.
Sehingga, kegiatan peringatan HUT Indonesia di Ponpes ini membalikkan anggapan orang terhadapnya. Seperti yang diucapkan oleh ABB usai peringatan itu " Selama ini belum pernah ikut, bahkan sejak Ponpes ini berdiri. Upacara bendera 17 Agustus kan bentuk rasa syukur mendapat nikmat dari Allah SWT berupa kemerdekaan," ujarnya.
Upacara pertamakalinya di Ponpes ini tak luput dari perhatian pemerintah. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan , Muhadjir Effendy menjadi inspektur upacara pada kesempatan itu. Menteri yang sekaligus mantan rector Universitas Muhammadiyah Malang itu menekankan bahwa perlu ada keseimbangan antara menguasai pengetahuan umum dan ilmu agama.
"Kami bersyukur bisa menggelar upacara bendera HUT ke-77 Kemerdekaan Indonesia di pondok pesantren ini. Kami berharap ponpes ini tetap mengedepankan ke-Indonesiaan dan keislaman. Ada perimbangan antara pengetahuan umum dan ilmu agama. Pengetahuan umumnya luas, ilmu agama dan karakter para santri juga kuat," ujar Muhajir Efendy.
Memang tak ada yang salah dengan pendalaman agama. Namun sebagaimana kita tahu bahwa agama sejatinya mengajarkan kedamaian bukan kekerasan. Dan memang, keselarasan antara pengetahuan umum dan agama itu penting. Sama halnya dengan negara dan agama itu sama-sama penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H