Mungkin sedikit dari kita, orang Indonesia yang sadar bahwa negara ini diberi banyak kelebihan dibanding negara lain diantaranya adalah Sumber Daya Alam (SDA) dan letak Indonesia yang strategis di tengah-tengah bangsa di dunia.
Indonesia memiliki wilayah yang panjang mencapai 5200 km dan lebar mencapai 1870 km . Total garis pantai Indonesia mencapai 54.516 km yang terbentang sepanjang Samudera India, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Samudera Pasific, Laut Arafuru, Laut Timor, dan wilayah kecil lainnya. Indonesia setara dengan luas wilayah Eropa Barat.
Dalam aspek perdagangan global sekarang, perdagangan South to South termasuk transaksi antara India, China Indonesia menunjukkan peningkatan yang cepat. Sejak 2008 pertumbuhan ekspor negara berkembang yang didorong permintaan negara berkembang lainnya meningkat dengan signifikan. Kontribusinya mencapai 54%. Hal ini jauh berbeda dengan kondisi tahun 1998 yang hanya 12%.
Pertumbuhan kuat dari China baik ekspor maupun impor memberi dampak yang penting bagi perdagangan regional dan global. Impor China meningkat tajam selama dan setelah krisis ekonomi global tahun 2008. Di samping itu konsumsi China yang besar dapat menyerap ekspor yang besar dari negara-negara sekitar termasuk Indonsia.
Di Asia Tenggara, Indonesia seharusnya  jadi kekuatan utama karena negara kita ini punya kawasan dan kekayaan dan sumber daya alam yang amat kaya. Disisi lain, konsekwensi dari implementasi komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya Asean-China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya untuk mendapat manfaat nyata dari integrasi ekonomi tersebut.
Pada kepulauan kita  terdapat beberapa alur laut yang punya nilai strategis ekonomi dan militer global yaitu Selat Malaka (yang merupakan Sea Lane of Communication -SLoC), Selat Sunda (ALKI1), Selat Lombok dan Selat Makassar (AKLI 2), dan Selat Ombai Wetar (AKLI 3). AKLI kepanjangan dari Alur Laut Kepulauan Indonesia.Â
Indonesia perlu mengedepankan upaya memaksimalkan pemanfaatan SLoC maupun AKLI. Kita punya potensi menjadi gerbang konektivitas nasional dan internasional. Ini sesuai dengan keinginan pemerintah saat ini yang ingin mewujudkan Poros Maritim Dunia (World Maritim Axis)
Selat Malaka yang awalnya menjadi tumpuan jalur pelayaran kontainer global, di masa depan akan bergeser karena Selat Malaka dirasa sempit dan kurang dalam untuk dilalui kapal pengangkut bertonase besar demi melayani kebutuhan ekspor dan impor beberapa kawasan dan fungsi konetivitas.
Kapal kargo generasi pertama panjangnya 105- 200 meter dengan kapasitas angkut 800 TEUs (Twenty-foot Equivalent Unit-- ukuran kapasitas kargo). Kini rerata kapal angkut jauh lebih besar dan mencapai panjang 335 meter yang mampu mengangkut 10 kali lebih besar. Bahkan ada kapal cargo bernama New Panamax dengan panjang hampir 400 meter dan mampu mengangkut 14.500 TEUs. Kapal-kapal bertonase besar ini memerlukan kedalaman sebesar 16 meter untuk dapat bersandar. Saat ini sedang diproduksi kapal kargo yang memerlukan kedalaman 30 meter. Kapal jenis ini akan mengalami kesulitan jika lewat selat Malaka dan selat Sunda.
Disinilah letak challenge selat Lombok. Lombok yang wilayahnya merupakan daerah AKLI 2 dan berkedalaman lebih dari 30 meter, berpotensi menjadi gerbang konektivitas itu. Tempat yang tepat untuk bersandar kapal-kapal itu adalah Kabupaten Lombok utara (KLU).
Sebuah perusahaan swasta telah berkomitmen untuk membangun sebuah global hub di wilayah Kayangan- KLU yang dinamakan Bandar Kayangan dan menempati 7000 ha dan mampu dilewati kapal-kapal bertonase besar karena memiliki laut dalam di sekitar pantainya. Ini akan menjadi satu kawasan ekonomi yang menjanjikan dan menjadi hub penting bagi kawasan Asia dan Indonesia sendiri. Di sinilah akan berdiri kota pelabuhan dan perdagangan berskala internasional, mirip Singapura atau Dubai.
Global Hub Kayangan punya enam core bisnis yaitu pelabuhan internasional, energi, perdagangan, industri,  pariwisata dan tempat tinggal. Kehadiran mega proyek ini  bisa mengangkat ekonomi kawasan setempat sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan di wilayah NTB.
Yang menarik dari konsep Zainul Majdi ini adalah akan diterapkannya prinsip Empat P yaitu Public, Private,  People and Partnership. Konsep ini melibatkan semua pemilik tanah mula-mula (tergabung dalam koperasi Tanah Pusake). Para pemilik tanah mula-mula dan keturunannya yang sudah menjual tanahnya itu, tetap akan tinggal diwilayah ini dan akan mendapat keuntungan selamanya dari pengembangan kawasan. Ini penghargaan bagi  pemegang hak ulayat. Terobosan yang belum pernah ada di Indonesia.
Proyek ini akan ground breaking pada Juli atau Agustus tahun ini. Diharapkan presiden Jokowi akan menghadirinya (baca http://bit.ly/2GQJpbH). Ground breaking ini adalah upaya awal untuk mewujudkan Singapura di wilayah timur Indonesia yaitu Lombok.Â
Ini adalah langkah besar dan salah satu legacy Gubernur NTB, Zainul Majdi (TGB) di akhir masa jabatannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H