Mohon tunggu...
Elik Khoirun Ni mah
Elik Khoirun Ni mah Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Freelancer and Teacher

Just a teacher who wants to be a writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Seseorang Tahu Segalanya di Umur 18 dan Tidak Tahu Apa-Apa di Umur 22

22 Februari 2024   07:02 Diperbarui: 22 Februari 2024   07:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Alex Green from Pexels

Kutipan tersebut saya dapatkan dari sebuah platform, dimana kalimat tersebut berhasil membuat saya terenyuh. Tidak hanya itu, kalimat tersebut juga ada pada lirik lagu Taylor Swift berjudul nothing new. Dari hal tersebut, saya mencoba mengulik apa yang sebenarnya terjadi pada usia-usia tersebut dan menemukan tulisan menarik berjudul Understanding The Quarter-Life Crisis.

Sering kali di usia 20 hingga 30 an awal, orang-orang berpikir akan menjalani masa-masa menyenangkan dalam hidupnya. Seperti mendapatkan pekerjaan, menempuh pendidikan tinggi, menjalani sebuah hubungan di jenjang yang lebih serius, ataupun membuka bisnis dan mengembangkan karir mereka. Namun faktanya, di masa-masa tersebut, banyak orang mengalami kekhawatiran dan ketidakpastian akan pertanyaan-pertanyaan mengenai plan, goal, dan hubungan mereka. Para ahli menamai hal semacam ini dengan quarter life crisis. So, apa itu quarter life crisis? mari kita bedah pelan-pelan.

Quarter life crisis adalah sebuah keadaan dimana seseorang mengalami masa dirinya merasa terjebak, kehilangan motivasi hingga arah, dan kecewa akan apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka merasa stuck sedangkan melihat kemajuan teman-temannya telah jauh atau bertanya-tanya mengapa belum mendapatkan pasangan sedangkan temannya sudah menikah bahkan sudah mempunyai anak.

sumber: Alex Green from Pexels
sumber: Alex Green from Pexels

Harvard Business Review menjelaskan bahwa ada 4 fase ketika menghadapi quarter life crisis;

  • Seseorang merasa terjebak dalam kehidupan personal maupun kehidupan profesionalnya.
  • Kemudian seseorang itu muncul rasa kesepian, sedih, kehilangan identitas, hingga mempertanyakan tentang nilai-nilai hidup.
  • Lalu di fase isolasinya, ia  mulai mencari kembali identitasnya mencoba mengubah rencana maupun goalnya.
  • Yang terakhir adalah membangun ulang kepercayaan diri dan komitmen.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa di umur 20an keatas sangat rentan mengalami quarter life crisis. Masa transisi dimana seseorang memulai kehidupan barunya dan merasa bingung akan situasi yang berbeda.

Saya jadi mengenang ketika masa sekolah, dimana penuh ambisi, harapan, dan rencana-rencana luar biasa juga dikelilingi banyak teman baik. I was bright at that time, nothing worried about haha. Hal tersebut merupakan wajar. Ada masa-masa dimana tidak selamanya tangan ini digenggam erat untuk diarahkan pulang, ada masa dimana genggaman tersebut lepas dan bertemu jalan buntu. Tidak apa, appreciate and enjoy every day, and be kind.

source: 

https://onlinedegrees.bradley.edu/blog/understanding-the-quarter-life-crisis/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun